Hari Ini, 14 Agustus 1945 Lalu, Jepang Menyerah Tanpa Syarat kepada Sekutu
Moh. Habib Asyhad August 14, 2025 09:34 AM

Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Indonesia yang tengah kosong kekuasaan segera memanfaatkannya untuk memproklamasikan kemerdekaan.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -14 Agustus 1945 benar-benar menjadi hari yang bersejarah tak hanya bagi Jepang tapi juga bagi dunia. Hari itu adalah hari berakhirnya supermasi Jepang, juga menjadi lonceng berakhirnya Perang Dunia II yang habis-habisan itu.

Jepang tidak bisa berbuat apa-apa lagi setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasakhi masing-masing pada 6 dan 9 Agustus 1945. Jepang sudah tidak bisa menghindar lagi dari kekalahan Perang Dunia II.

Dan keputusan terakhirnya, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Menyerah tanpa syarat artinya menyerah di mana tidak ada jaminan apa pun yang diberikan kepada pihak yang menyerah. Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada Agustus 1945 menandai akhir Perang Dunia II.

Tapi pengeboman oleh Amerika ke Hiroshima dan Nagasaki tentu tidak muncul dari ruang kosong. Awalnya adalah serangan Jepang kepada Pangkalan Laut Amerika di Pearl Harbour, Hawaii, pada 7 Desember 1941. Dengan penyerang Pearl Harbour, Jepang ingin melumpuhkan kekuatan laut Amerika sehingga lebih mudah menguasai Asia Pasifik.

Mengutip Kompas.com, serangan Jepang itu menewaskan 2.403 orang dan menyebabkan 1.178 orang lainnya terluka. Tak butuh lama, sehari setelahnya, Kongres Amerika Serikat langsung menyatakan perang terhadap Jepang.

Dam dalam kurun waktu empat tahun, AS secara intens telah membakar 67 kota di Jepang. Seiring dengan terdesaknya Jepang dalam Perang Dunia II, Sekutu membuat ultimatum yang tertuang dalam Deklarasi Potsdam. Lewat Deklarasi Potsdam, Sekutu menyerukan agar Jepang menyerah tanpa syarat.

Tapi Jepang tambeng, mereka tidak menghiraukan deklarasi tersebut dan menolak menyerah kepada Sekutu.Karena itulah Sekutu kemudian memutuskan menyerang Jepang dengan senjata nuklir atau bom atom yang baru saja dikembangkan AS dalam Proyek Manhattan.

Dan terjadilah, pada 6 Agustus 1945,little boy dijatuhkan di Kota Hiroshima. Sekitar 70.000 hingga 80.000 penduduk Hiroshima tewas dalam peristiwa itu. Dan tiga hari kemudian, 9 Agustus 1945, Amerika Serikat kembali mengebom Jepang, tepatnya di Kota Nagasaki. Bom kedua yang dijatuhkan di Nagasaki disebut Fat Man, bom nuklir yang kekuatannya lebih besar dari sebelumnya. Hanya dengan satu bom, seluruh kota Nagasaki dapat dihancurkan. Korban jiwa mencapai 70.000 hingga 120.000 jiwa.

Pada saat yang sama, tanggal 9 Agustus 1945, pasukan Uni Soviet menyerang Manchuria, wilayah utara China yang diduduki Jepang. Serangan ini menghancurkan pasukan Jepang yang sedang berperang di China dan Korea.

Lalu bagaimana lagi, Hiroshima dan Nagasaki sudah hancur lebur, ditambah kekalahan di Manchuria dari Uni Soviet, pilihan Jepang paling realistis saat itu adalah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Hingga akhirnya, pada 14 Agustus 1945 Kaisar Jepang Hirohito memutuskan untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Keesokan harinya, pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito menyampaikan langsung keputusan menyerahnya Jepang tanpa syarat terhadap Sekutu melalui radio nasional. Pasukan Jepang sendiri berusaha menyembunyikan berita ini, supaya tidak terdengar oleh para pemuda Indonesia.

Namun berita tersebut terdengar oleh salah satu tokoh Tanah Air pada masa itu. Tokoh yang mendengar berita Jepang menyerah kepada Sekutu adalah Sutan Syahrir.

Begitu Syahrir mendengar berita tersebut, ia segera menindaklanjutinya dengan mengajak para pejuang golongan muda untuk mendesak Soekarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sambil menunggu penyerahan kekuasaan di Indonesia kepada Sekutu, Jepang diwajibkan menjaga status quo, yang artinya Jepang wajib menjaga Indonesia dari penguasaan Belanda.

Lalu apa yang terjadi di Indonesia kemudian?


Indonesia dalam kondisi vacuum of power

Menyerahnya Jepang kepada Sekutu tentu berimbas pada kondisi politik di Indonesia, lebih tepatnya di Indonesia terjadi kekosongan kekuasan aliasvacuum of power. Awalnya, berita penyerahan Jepang sebenarnya ingin disembunyikan dari tokoh-tokoh di Indonesia. Tapi berita Jepang menyerah kepada Sekutu didengar melalui radio oleh Sutan Syahrir.

Mengetahui hal tersebut, Syahrir menyadari Indonesia mengalami vacuum of power. Kekosongan kekuasaan di Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1945 ingin dimanfaatkan para tokoh golongan muda untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Itulah kemudian yang melatari peristiwa Rengasdengklok yang sebelumnya diawali perdebatan antara golongan muda dan Sukarno-Hatta. Dua tokoh tua itu berpendapat bahwaJepang masih berkuasa secara de facto. Karena itulah mereka ingin sidang bersama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) terlebih dulu, yang tugasnya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, agar tidak terjadi pertumpahan darah dengan tentara Jepang.

Tak ingin bertele-tele, para pemuda itu kemudian membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Untungnya, perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua dapat segera diakhiri. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pun sukses terlaksana pada 17 Agustus 1945.

Tapi Indonesia tak bisa serta-merta begitu saja menikmati kemerdekaannya. Apalagi kalau bukan karena Belanda datang lagi dan ingin menguasai Indonesia kembali. Dan Indonesia baru benar-benar diakui kemerdekaan pada 1949 setelah Konferens Meja Bundar dan serangkaian perlawanan yang tak kenal mundur.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.