TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jajaran Kodim 1307/Poso mengerahkan dua satuan setingkat peleton (SST) untuk membantu korban gempa magnitudo 6,0 yang mengguncang wilayah Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, pada Minggu (17/8/2025) pukul 05.38 WIB pagi.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan jajaran Kodim 1307/Poso dan Pemda Kabupaten Poso bersama unsur terkait di wilayah sudah melakukan upaya dengan mendirikan tenda lapangan di dua lokasi.
Dua lokasi tersebut yakni di RSUD Poso untuk mewadahi pasien yang trauma terhadap gempa susulan dan di depan gereja yang roboh untuk membantu pelaksanaan ibadah.
Selain itu, jajaran Kodim 1307/Poso juga mengerahkan truk, velbed, dan sekop untuk membantu penanganan bencana tersebut.
"Direncanakan besok Kodim 1307/Poso bersama instansi terkait melaksanakan kegiatan pembersihan rumah yang rusak pasca gempa," kata Wahyu saat dikonfirmasi Tribunnews.com, pada Minggu (17/8/2025).
Berdasarkan laporan sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa yang berpusat di darat pada koordinat 1,30 LS dan 120,62 BT dengan kedalaman 10 kilometer itu menyebabkan 29 orang mengalami luka-luka.
Sebanyak 13 orang di antaranya dirujuk ke RSUD Poso di mana mana 2 orang dalam kondisi kritis dan 6 orang lainnya mendapat perawatan di Puskesmas Tokorondo.
Selain itu, Gereja Jemaat Elim di Desa Masani juga dilaporkan mengalami kerusakan.
Sementara itu, di Kabupaten Sigi, guncangan dilaporkan dirasakan sedang selama sekira 7 detik.
Masyarakat juga dilaporkan sempat keluar rumah, dan BPBD setempat melakukan langkah monitoring serta koordinasi dengan aparat setempat.
Gempa yang berpusat di 18 km barat laut Poso, 82 km timur laut Sigi, 89 km barat laut Morowali Utara, 93 km tenggara Kota Palu, dan 1.625 km timur laut Jakarta itu dirasakan sebagian besar warga di wilayah Kecamatan Poso Pesisir seperti Desa Masani, Tokorondo, Towu, Pinedapa, Tangkura dan Lape merasakan dampak guncangan.
Sementara itu di Kabupaten Poso, gempa dirasakan kuat selama kurang lebih 15 detik.
Sebagian besar masyarakat juga dilaporkan berhamburan keluar rumah untuk mencari tempat aman.
Sesaat setelah guncangan mereda, BPBD Kabupaten Poso segera melakukan monitoring dan koordinasi dengan pemerintah kecamatan serta desa setempat untuk melakukan pendataan.
Dalam kurun beberapa jam setelah gempa, BNPB menyatakan upaya penanganan darurat terus dilakukan oleh BPBD Kabupaten Poso, termasuk assessment lapangan dan koordinasi dengan aparat setempat.
Kebutuhan mendesak yang dilaporkan sementara adalah tenda dan obat-obatan untuk mendukung penanganan warga terdampak.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M., juga telah mengintruksikan jajaran untuk segera mengambil langkah cepat.
Melalui Kedeputian Bidang Penanganan Darurat, Kepala BNPB memerintahkan untuk berkoordinasi dengan unsur di daerah.
Suharyanto juga memerintahkan segenap tim agar segera menuju ke lokasi kejadian untuk memberikan pendampingan, monitoring dan segala hal yang menjadi prioritas penanganan darurat.
"Analisa betul kondisi di sana. Kita segera masuk kesana," tegas Suharyanto dalam Siaran Pers BNPB pada Minggu (17/8/2025).
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari atau yang akrab disapa Aam menyatakan BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD setempat dan pihak terkait di tingkat kecamatan serta desa untuk melakukan pendataan, pemantauan, dan penanganan pascagempa.
Ia mengatakan sebagai langkah kesiapsiagaan, masyarakat disarankan segera mencari tempat aman dan menghindari bangunan yang retak atau berpotensi roboh, memastikan jalur evakuasi di rumah, sekolah, dan tempat kerja bebas hambatan, serta menyiapkan tas siaga bencana berisi kebutuhan pokok, obat-obatan, dokumen penting termasuk senter.
Selain itu, Aam juga mengimbau warga untuk mematikan aliran listrik, gas, dan air jika diperlukan untuk mencegah risiko kebakaran atau kebocoran.
Sebagai penguat sistem peringatan dini, lanjut dia, masyarakat juga dapat membuat alarm darurat dari perkakas rumah tangga seperti panci atau kaleng bekas yang disusun atau ditumpuk ke atas.
Jika terdapat guncangan dari aktivitas gempa bumi, kata Aam, maka perkakas itu akan terjatuh dan menimbulkan suara sebagai pertanda adanya bahaya.
"Masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada terhadap potensi gempa susulan," ungkap dia.
"Masyarakat diharapkan hanya mengikuti perkembangan informasi resmi dari BNPB, BMKG dan BPBD melalui kanal terpercaya, serta tidak terpancing oleh informasi yang belum terverifikasi kebenarannya," pungkasnya.
(Gita Irawan)