Jadi kami hitung untuk infrastruktur saja, Rp1 yang dikeluarkan oleh BGN itu telah memicu Rp5 uang masyarakat dalam bentuk investasi karena di 5.905 SPPG yang sekarang sudah operasional itu murni 100 persen uang masyarakat
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyatakan setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh BGN untuk infrastruktur dapat memicu investasi hingga sebesar Rp5 di 5.905 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Jadi kami hitung untuk infrastruktur saja, Rp1 yang dikeluarkan oleh BGN itu telah memicu Rp5 uang masyarakat dalam bentuk investasi karena di 5.905 SPPG yang sekarang sudah operasional itu murni 100 persen uang masyarakat. Kalau dihitung dengan rupiah di 5.905 titik itu, kurang lebih hampir Rp12 triliun (investasi)," katanya saat menghadiri pameran fotografi dalam rangka memperingati perjalanan satu tahun BGN meningkatkan kualitas gizi bangsa di ANTARA Heritage Center, Jakarta, Selasa.
Ia mengemukakan saat ini ada 19 ribu calon mitra yang mendaftar di portal resmi BGN dan saat ini sedang dalam tahap verifikasi.
Menurutnya, perputaran uang di SPPG dari anggaran yang selama ini dikucurkan dari APBN dapat memicu investasi berkali-kali lipat untuk memberdayakan, sekaligus menyejahterakan masyarakat yang turut menyukseskan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Ada 19 ribu mitra yang saat ini sedang kami percepat verifikasinya. Walaupun belum operasional, bangunannya sudah berdiri dan itu kurang lebih ada 19 ribu, kalau dikalikan Rp2 miliar saja sudah Rp38 triliun. Jadi, Rp38 triliun ditambah Rp12 triliun itu Rp50 triliun. Purchase yang kami keluarkan hanya sekitar Rp10,5 triliun, tetapi uang yang beredar di masyarakat, dari dana masyarakat kurang lebih Rp50 triliun," paparnya.
Berkat Program MBG, lanjut dia, terjadi peningkatan permintaan makanan dan minuman hingga delapan persen. Saat ini juga banyak restoran maupun kafe yang bertransformasi menjadi SPPG.
"Hal yang cukup menarik juga, ketika ada angka pertumbuhan permintaan makan-minum sampai delapan persen, itu kontra dengan faktor ikutannya. Biasanya faktor makan-minum itu ikutannya adalah faktor parkir, tetapi ternyata parkirnya turun, makan-minumnya naik tapi parkirnya turun, kemudian Menteri Keuangan mengatakan ini pasti karena faktor MBG dan saya sudah bisa jelaskan, karena di Cibubur, di Fatmawati (Jakarta Selatan), di Bogor, di berbagai daerah banyak restoran, kafe, dan katering yang berubah fungsi menjadi SPPG," tuturnya.
Ia mengemukakan setiap satu SPPG membutuhkan minimal 15 pemasok untuk beras, telur, sayur, ayam, buah, hingga susu, yang memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi UMKM yang bergerak di bidang peternakan hingga pertanian, yang selama ini produknya belum terdistribusi secara maksimal. Selain itu menyerap tenaga kerja yang turut meningkatkan penghasilan masyarakat.
Menurutnya, BGN akhirnya membentuk dua hal yang sangat penting untuk pembangunan wilayah untuk pertumbuhan ekonomi, yakni menciptakan permintaan baru atau new emerging market di daerah-daerah, serta menjamin penyerapan produk dari UMKM di bidang makanan dan minuman yang selama ini belum optimal.
"Jadi kita bisa menciptakan permintaan baru atau boleh dikatakan new emerging market karena apa yang kami berikan setiap hari ke anak-anak, terkadang bukan yang biasa mereka makan setiap hari. Jadi akhirnya ada demand baru atau new emerging market, dan kemudian yang paling penting adalah penjaminan pembelian, jadi Program MBG sengaja kami desain tidak hanya untuk satu sisi," ujar Dadan.
"Kemudian kami akhirnya membentuk program ini jadi sebuah ekosistem, sehingga tidak hanya satu sisi yang dapat manfaat karena uangnya cukup besar, jadi sayang kalau kita tidak buat menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.