Grid.ID- Pernikahan bukan hanya sebuah ikatan hukum atau janji suci, tetapi juga perjalanan panjang yang dipenuhi cinta, pengorbanan, dan kebersamaan. Namun, ada banyak kebiasaan kecil yang jika dibiarkan, bisa menjadi “dosa” yang merusak keharmonisan rumah tangga.
Dosa-dosa ini kerap dianggap sepele, tetapi perlahan dapat memperpendek umur pernikahan. Kesadaran untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut menjadi kunci agar pernikahan tetap bertahan sepanjang usia.
1. Kurangnya Komunikasi
Dikutip dari YouTango.com, Minggu (24/8/2025), komunikasi adalah fondasi utama dalam setiap pernikahan. Ketika pasangan tidak lagi mampu berbicara secara jujur dan terbuka mengenai perasaan, masalah, atau bahkan hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, lambat laun jarak emosional akan terbentuk.
Banyak pasangan yang akhirnya terjebak dalam rutinitas, merasa cukup dengan keberadaan bersama, tanpa menyadari bahwa komunikasi yang sehat adalah “jembatan” untuk memperkuat hubungan. Tanpa komunikasi, perbedaan kecil bisa membesar menjadi pertengkaran besar. Itulah sebabnya, menjaga dialog yang penuh cinta dan keterbukaan sangat penting agar pernikahan tidak cepat rapuh.
2. Hilangnya Kasih Sayang dan Sentuhan
Sentuhan penuh kasih seperti berpegangan tangan, berpelukan, atau sekadar ciuman kecil sering dianggap hal remeh setelah menikah bertahun-tahun. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa sentuhan fisik berperan besar dalam menjaga keintiman emosional dalam pernikahan.
Saat kasih sayang mulai berkurang, pasangan bisa merasa tidak lagi diperhatikan atau dicintai. Kondisi ini berpotensi menciptakan jarak emosional, meskipun secara fisik tetap bersama. Jika dibiarkan, hilangnya sentuhan dapat menjadi pintu masuk kehampaan emosional yang merusak umur pernikahan.
3. Kritik Berlebihan dan Selalu Menyalahkan
Memberikan masukan kepada pasangan tentu penting, tetapi kritik yang berlebihan bisa menjadi racun dalam pernikahan. Ketika setiap tindakan pasangan selalu disoroti dan tidak pernah dianggap cukup baik, maka kepercayaan diri dan harga dirinya perlahan terkikis.
Kritik tanpa empati akan membuat pasangan merasa tidak dihargai sebagai individu. Akibatnya, suasana rumah tangga menjadi penuh ketegangan. Pernikahan seharusnya menjadi tempat pulang yang aman, bukan arena penghakiman setiap hari.
4. Tidak Mendukung Impian Pasangan
Setiap individu memiliki cita-cita dan tujuan hidup, dan dalam pernikahan, dukungan pasangan adalah hal yang sangat penting. Ketika impian pasangan diabaikan atau dianggap tidak penting, hal itu bisa menimbulkan perasaan kecewa yang mendalam.
Tidak adanya dukungan dapat membuat pasangan merasa sendirian dalam mengejar mimpi. Lebih buruk lagi, ia bisa merasa harus “mengecilkan diri” demi menjaga hubungan. Kondisi ini membuat pernikahan kehilangan makna sebagai ruang saling mendukung, sehingga rentan memperpendek umurnya.
5. Mengabaikan Batasan Pribadi
Setiap orang memiliki batasan emosional, mental, maupun fisik. Dalam pernikahan, batasan ini harus dihormati agar rasa saling menghargai tetap terjaga.
Jika pasangan sering melanggar batasan, misalnya dengan mengabaikan privasi, memaksa kehendak, atau tidak mendengar penolakan, hubungan akan mudah rusak. Penghormatan terhadap batasan bukan berarti menjauh, tetapi justru menunjukkan kedewasaan dalam mencintai. Sebaliknya, mengabaikan batasan hanya akan menimbulkan luka yang sulit disembuhkan.
6. Tidak Menghargai Pasangan
Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi adalah merasa pasangan akan selalu ada tanpa perlu diperjuangkan. Padahal, setiap orang tetap membutuhkan apresiasi, perhatian, dan rasa dihargai.
Jika pasangan merasa diabaikan atau tidak dianggap penting, lambat laun akan muncul rasa kecewa dan lelah. Tanda-tanda kecil seperti tidak pernah mengucapkan terima kasih, tidak memberikan perhatian, atau lupa menunjukkan cinta bisa memperpendek umur pernikahan. Oleh karena itu, selalu tunjukkan penghargaan meski dalam hal-hal kecil.
7. Kurang Menghabiskan Waktu Berkualitas Bersama
Banyak pasangan yang sibuk dengan pekerjaan, anak, atau aktivitas pribadi hingga melupakan pentingnya waktu bersama. Padahal, waktu berkualitas tidak harus berupa liburan mewah.
Bisa cukup dengan berjalan bersama, makan malam sederhana, atau berbincang ringan sudah dapat mempererat ikatan. Tanpa waktu berkualitas, pernikahan hanya menjadi rutinitas tanpa keintiman. Inilah yang sering membuat pasangan merasa seperti “sekadar tinggal serumah,” bukan lagi sebagai mitra hidup sejati.
8. Menyimpan Dendam dan Sulit Memaafkan
Pernikahan tidak pernah lepas dari konflik, tetapi menyimpan dendam hanya akan membuat luka semakin dalam. Ketika pasangan enggan memaafkan, perasaan marah dan kecewa akan terus menumpuk menjadi racun.
Hubungan yang penuh dendam akan dipenuhi pertengkaran tanpa solusi, dan perasaan cinta perlahan terkikis. Memaafkan bukan berarti melupakan, melainkan memberi kesempatan untuk tumbuh lebih dewasa. Tanpa kemampuan ini, pernikahan akan sulit bertahan lama.
9. Tidak Mampu Berkompromi
Pernikahan adalah tentang kebersamaan, bukan kemenangan satu pihak. Tanpa kompromi, setiap perbedaan akan menjadi medan perang yang melelahkan. Kompromi bukan berarti mengorbankan diri sepenuhnya, tetapi menemukan titik tengah yang adil untuk kedua belah pihak.
Ketika pasangan terus bersikeras dengan egonya masing-masing, maka pernikahan akan dipenuhi konflik yang menguras energi. Kompromi adalah bentuk cinta, dan tanpanya, pernikahan bisa berakhir lebih cepat dari yang diharapkan.
10. Membandingkan Pasangan dengan Orang Lain
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi pasangan selain dibandingkan dengan orang lain. Setiap orang memiliki keunikan, dan pernikahan adalah tentang menerima kelebihan sekaligus kekurangan.
Membandingkan pasangan hanya akan membuatnya merasa tidak cukup baik, tidak dihargai, bahkan merasa gagal. Jika kebiasaan ini terus dilakukan, pasangan akan kehilangan semangat untuk bertahan dalam hubungan. Menghargai pasangan apa adanya jauh lebih berharga daripada menuntutnya menjadi orang lain.