Poin Penting:
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Muhammad Nurkholis
TRIBUNJATIM.COM, TUBAN – Viral di media sosial TikTok terkait adanya dugaan penambahan makam baru di kompleks pemakaman Sunan Bonang Tuban, Senin (25/8/2025).
Dalam video yang diunggah oleh akun TikTok bernama Parikesit pada tanggal 15 Agustus 2025, memperlihatkan kondisi makam di area Ring 1 kompleks pemakaman Sunan Bonang tempo dulu.
“Perhatikan foto tanggal 27 Mei 2009, masih asli, ada makam dengan nisan dari batu hitam berukir. Ini di Ring 1 komplek Pemakaman Sunan Bonang (hanya boleh untuk kaum keluarga (Dzuriat Sunan Bonang). Foto kedua, semua nisan bertuliskan nama2 klan ba'alwi, jejer rapat seperti bis parkir. Apakah pemalsuan ini dibuat jaman COVID?,” tulis akun tersebut dalam video.
Dengan viralnya video tersebut, berbagai respon diberikan oleh warganet.
Bahkan video tersebut telah mendapatkan like sebanyak 6.479 like dan 1.006 komen.
Salah satunya akun Udhila yang mengaku sebagai warga asli Tuban.
Ia berkomentar bahwa sebelum pandemi COVID-19, makam di Ring 1 masih relatif sedikit dan khusus untuk dzurriyah (keturunan) Sunan Bonang.
Namun saat dirinya berziarah tahun 2024, ia kaget karena mendapati banyak batu nisan baru yang berjajar rapat dan area makam yang sudah dikeramik.
“Di tahun 2018 itu masih sedikit, tidak ada habib di Ring 1 karena memang khusus untuk dzuriyah Sunan Bonang. Tahun 2020 ditutup karena pandemi. Pas 2024 saya ziarah, kaget karena banyak nisan baru rapat sekali kayak pagar, dan lantainya sudah dikeramik. Mungkin untuk mengelabui seolah renovasi,” tulis akun tersebut.
Menanggapi kabar itu, Agil Biunumaay (67), salah satu ahli waris yang juga pengurus makam Sunan Bonang, menegaskan bahwa informasi soal adanya makam baru tidak benar.
Menurutnya, awal mula munculnya nisan-nisan baru dengan bahan marmer di kawasan tersebut terjadi sekitar tahun 2010–2011.
Sebab ditahun tersebut telah dilakukan pembangunan besar berupa pembangunan cungkup besar serta penyeragaman nisan dengan marmer agar terlihat rapi.
“Yang nisan lawas dari batu kapur tetap dibiarkan karena mengandung nilai sejarah. Nissan yang baru juga sesuai dengan nama aslinya dulu, sedangkan yang tidak diketahui tidak diberi nama. Jadi bukan tiba-tiba ada makam baru,” ujar Agil.
Lebih lanjut Agil menceritakan bahwa, area Ring 1 pemakaman Sunan Bonang bukan hanya diisi oleh keturunan Ba’alawi saja, banyak keturunan jawa juga yang dimakamkan di area Ring 1 makam.
Hal itu karena lokasi tersebut pada awalnya adalah makam umum warga Kelurahan Kutorejo, Kecamatan/Kabupaten Tuban, sebelum ditetapkan sebagai situs cagar budaya.
“Kenapa banyak keturunan Arab atau Ba’alawi, karena 90 persen warga Arab di Tuban memang menetap di Kutorejo. Tapi bukan berarti mereka mengklaim sebagai keturunan Sunan Bonang,” imbuhnya.
Ia juga memastikan bahwa setelah penetapan area makam Sunan Bonang sebagai cagar budaya pada tahun 2010, tidak ada lagi proses pemakaman di Ring 1.
Sedangkan pemasangan keramik di area makam dan penataan nisan hanya dilakukan untuk kenyamanan peziarah dan agar kompleks makam tampak lebih rapi.
“Kalau terlihat berjejer rapi itu memang hasil penataan, bukan makam baru. Semua juga atas persetujuan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Jadi tidak benar kalau ada pemalsuan,” pungkasnya.