TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tiga aktivis asal Tanjungbalai, Asahan, Sumatera Utara yang bertekad menjumpai Presiden RI, Kapolri, dan Komisi III DPR RI dengan berjalan kaki dari Sumatera Utara ke Jakarta kini sudah tiba di Palembang, Sumatera Selatan pada Selasa (26/8/2025).
Ketiga pria tersebut yakni Kacak Alonso, Rudi Bakti, dan Riansyah.
Perjalanan mereka sudah dimulai 2 Agustus 2025 dengan berjalan kaki dari Kota Tanjung Balai, Sumut.
Mereka ingin menyuarakan kebebasan berpendapat, perbaikan hukum, serta perlindungan atas masalah yang dihadapi.
Ketika tiba di Palembang rombongan itu menginap di Vivo kost, Jalan Jenderal Sudirman, lalu melanjutkan lagi perjalanannya.
"Sejak tadi malam kami sudah masuk di perbatasan Palembang-Banyuasin, hari ini kami melanjutkan perjalanan lagi menuju ke Lampung kemudian ke Jakarta. Kami ingin bertemu pak Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Kapolri dan Komisi III DPR RI, " ujar Kacak kepada Sripoku.com dan Tribunsumsel.com.
Bahkan Kacak Alonso membawa sebuah buku karya Prabowo Subianto berjudul Paradoks Indonesia.
Buku tersebut ingin diberi tandatangan Presiden RI sebagai bentuk kekaguman dari karya tersebut.
"Saya bawa juga buku yang ditulis pak Presiden Prabowo Subianto supaya ditandatangani langsung sama beliau," katanya.
Dari rumah ketiga pria tersebut hanya membawa uang sekitar Rp 1 juta sebagai keperluan.
Meski membawa uang seadanya, tidak menjadi rasa khawatir sebab banyak rekan-rekan organisasi yang di perjalanan turut membantu.
"Kadang kalau tidak ada tempat untuk istirahat kami cari penginapan murah. Bawa uang Rp 1 juta dari rumah, sisanya ada kawan yang bantu dari organisasi kirim uang ditransfer," katanya.
Selama di perjalanan mengaku selain rasa lelah, rasa was-was dengan tindak kriminal dan kendaraan besar yang melintas.
Tidak hanya itu, ketiganya tak menampik seringkali rindu kampung halaman meski baru 24 hari menempuh perjalanan.
"Ada lah rasa was-was kami ini kayak dibegal atau ada kendaraan besar takut ditabrak. Kalau sedang rindu rumah dan keluarga kami hilangkan dengan cara tenangkan diri dan istirahat, tekad untuk sampai Jakarta itu lebih besar," tuturnya.
Alonso menjelaskan tujuannya bertemu dengan Presiden RI, Kapolri dan Komisi III DPR RI adalah menyuarakan kebebasan berpendapat dan perbaikan hukum.
Sebab Alonso mendapat intimidasi dari seorang oknum polisi di Polda Sumut yang diduga mengkriminalisasi dengan cara melaporkannya tentang kasus ITE.
Alonso bercerita awal mulanya pada Maret 2025 ia merekam anggota Ditresnarkoba Polda Sumut yang menangkap pelaku narkoba, lalu menyebarkannya ke grup WhatsApp.
Ketika video disebar oknum polisi berpangkat Kompol tersebut marah dan meminta Kacak Alonso untuk menghapus video dan membuat video klarifikasi.
"Ya saya turutin lah kemauan dia. Disuruh buat video klarifikasi sampai dua kali saya ikutin juga," katanya.
Sekitar bulan Juli 2025 bukannya selesai, ternyata masalah tersebut masih diungkit dan berujung Kacak Alonso dilaporkan kasus UU ITE terkait video tersebut. Menurut Alonso ia dilaporkan oknum polisi tersebut hanya karena tidak mau menjadi saksi di persidangan pelaku narkoba yang ditangkap.
Dari situ psikologis Alonso terganggu karena mendapat intimidasi dan ancaman dari oknum polisi tersebut.
"Saya sudah turuti buat video klarifikasi malah dilaporkan kasus UU ITE hanya karena saya tidak mau jadi saksi di persidangan. Dia bilangnya dengan nada intimidasi mau jadikan saya tersangka video itu, ini buat psikologis saya terganggu," katanya.
Oleh karena itu ia ingin bertemu dengan Presiden RI Prabowo Subianto, Kapolri dan Komisi III DPR RI untuk meminta perlindungan dan keadilan atas masalah yang dihadapinya.
"Kami ingin bertemu Presiden di Istana negara membahas masalah ini," katanya.
Alonso menargetkan tiba di Jakarta pada awal September 2025 mendatang.
"Target kami sampai tanggal 10 September 2025," tutupnya.
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com