120 Ribu Prajurit Tumbang, Rusia Melaju di Donetsk: Moskow Intip Kelemahan Benteng Ukraina
Hasiolan Eko P Gultom September 02, 2025 04:32 AM

120 Ribu Prajurit Tumbang, Rusia Melaju di Donetsk: Moskow Intip Kelemahan Benteng Ukraina

TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Rusia dilaporkan terus maju di Ukraina timur, membuat kemajuan bertahap namun diawasi ketat pasukan Ukraina di wilayah Donetsk.

Merangseknya pasukan Rusia ini terjadi saat pemerintahan Amerika Serikat melalui presidennya, Donald Trump tengah berupaya menengahi kesepakatan damai antara Moskow dan Kiev.

Kemajuan yang paling terlihat terjadi awal bulan ini di dekat kota Dobropillya, di Donetsk utara, tempat pasukan Rusia menyerbu maju dengan dua cabang yang menyerupai telinga kelinci.

"Manuver tersebut menjadi berita utama sebagai kemajuan tercepat Rusia dalam beberapa bulan, tetapi para pakar militer mengatakan kemajuan tersebut belum menghasilkan kendali yang kuat," tulis ulasan TMT, dikutip Senin (1/9/2025). 

Pertahanan Ukraina telah menghambat kemajuan lebih lanjut, dan Pasukan Moskow kesulitan untuk mengonsolidasikan posisi.

"Tugas mereka bukan untuk melawan Ukraina secara langsung, tetapi untuk maju sejauh mungkin... dengan harapan ada yang menerobos," ujar analis militer Alexei Alshansky kepada TMT

"Hal ini mengakibatkan kerugian besar (bagi pasukan Rusia)," kata analis tersebut.

TENTARA RUSIA - Foto ini diambil pada Sabtu (15/3/2025) dari Kementerian Pertahanan Rusia memperlihatkan tentara Rusia berjalan di Kursk, Rusia barat, setelah mereka memukul mundur pasukan Ukraina yang menduduki wilayah tersebut sejak Agustus tahun 2024.
TENTARA RUSIA - Foto ini diambil pada Sabtu (15/3/2025) dari Kementerian Pertahanan Rusia memperlihatkan tentara Rusia berjalan di Kursk, Rusia barat, setelah mereka memukul mundur pasukan Ukraina yang menduduki wilayah tersebut sejak Agustus tahun 2024. (Telegram Kementerian Pertahanan Rusia/Ruslan Sergeev)

Rugi Banyak, Tumbalkan 120 Ribu Prajurit  

Hitungan independen yang dilakukan oleh kantor berita Mediazona yang diasingkan dan layanan BBC Rusia menyebutkan jumlah kematian personel militer Rusia yang terkonfirmasi di atas 120.000, meskipun jumlah korban sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.

Rusia sudah menguasai sekitar 70 persen wilayah Donetsk, termasuk ibu kota regional yang direbut oleh pasukan separatis pro-Kremlin pada tahun 2014.

Apa yang masih berada di tangan Ukraina memiliki bobot strategis yang sangat besar, yang diyakini banyak orang sebagai alasan Presiden Vladimir Putin mendesak Kiev untuk melepaskannya sebagai bagian dari kemungkinan perjanjian damai.

TERUS MAJU - Gambar kemajuan Pasukan Rusia (merah) dan serangan balasan Ukraina (biru) di wilayah utara Donetsk, Ukraina. Kemajuan ini dibarengi dengan jatuhnya banyak personel militer Rusia.

Kiev telah memperkuat wilayah kota yang membentang sekitar 50 kilometer (30 mil) dari Slovyansk dan Kramatorsk di utara hingga Druzhkivka dan Kostyantynivka di selatan, mengubahnya menjadi penghalang yang kuat terhadap kemajuan Rusia lebih lanjut.

Hilangnya posisi-posisi ini, baik melalui pertempuran atau perjanjian damai, akan menjadi pukulan besar, kata Alshansky, seraya mencatat sumber daya yang telah dicurahkan Ukraina selama bertahun-tahun untuk pertahanan.

“Jika Rusia berhasil menguasai posisi pertahanan dengan [benteng] yang sudah jadi dan belum dihancurkan, bahkan tanpa melakukan perlawanan, maka Rusia jelas akan menggunakannya sebagai batu loncatan untuk perang di masa depan,” ujarnya.

Rusia Intip Kelemahan Benteng Ukraina

Pokrovsk, sebuah kota di sebelah barat garis depan saat ini yang berfungsi sebagai pusat logistik bagi pasukan Ukraina, juga berada di bawah tekanan.

Para blogger dan analis militer Rusia di Institut Studi Perang (ISW) yang berbasis di AS telah menunjukkan peningkatan serangan Rusia di sana, yang menunjukkan bahwa Moskow sedang menyelidiki kelemahan pertahanan Ukraina.

Meski demikian, para ahli memperingatkan agar tidak melebih-lebihkan momentum terkini di medan perang.

Yury Fedorov, analis militer lainnya, berpendapat kalau fokus utama Rusia tetap berada di wilayah sekitar Lyman, timur laut Krematorsk dan Slovyansk, tempat pasukannya menguji jaringan pertahanan Ukraina.

Namun, tambahnya, garis depan sebagian besar masih statis.

Di tempat lain, Rusia melanjutkan serangan berskala lebih kecil di wilayah Zaporizhzhia dan Kherson. Ukraina memperingatkan bulan ini bahwa Moskow sedang mengerahkan kembali pasukannya di sana sebagai persiapan untuk operasi selanjutnya.

Namun di kedua wilayah tersebut, sungai dan medan yang sulit telah membuat serangan besar lebih sulit dilakukan, terutama di era pesawat tak berawak yang dapat menyerang jembatan dan titik penyeberangan, kata Alshanksy kepada TMT.

TENTARA UKRAINA - Foto ini diambil dari Facebook Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada Senin (17/3/2025), memperlihatkan tentara Ukraina dari brigade infanteri ke-58 melakukan pelatihan di lokasi yang dirahasiakan, terlihat dalam postingan yang diunggah pada 7 Maret 2025.
TENTARA UKRAINA - Foto ini diambil dari Facebook Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada Senin (17/3/2025), memperlihatkan tentara Ukraina dari brigade infanteri ke-58 melakukan pelatihan di lokasi yang dirahasiakan, terlihat dalam postingan yang diunggah pada 7 Maret 2025. (Facebook Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

Pasukan Rusia dan Ukraina Berlomba Melawan Waktu

Kemajuan bertahap ini menyoroti tantangan yang ditimbulkan oleh ketergantungan Moskow pada apa yang disebut para analis sebagai "taktik kelompok infanteri kecil".

Alih-alih serangan massal, dua atau tiga tentara mungkin mencoba menyusup ke garis pertahanan Ukraina melalui rute terpisah, seperti yang diyakini telah terjadi dalam serangan di dekat Dobropillya bulan ini.

Jika ada yang berhasil, bala bantuan akan dikirim di belakang mereka.

Sementara taktik itu telah memungkinkan Rusia untuk maju sedikit di beberapa tempat, ISW mencatat bahwa taktik itu membuat pasukannya rentan terhadap serangan balik.

Untuk saat ini, tujuan Ukraina adalah men-delay kemajuan Rusia di setiap kesempatan, analis Fedorov berpendapat,  memperpanjang perang sementara kedua belah pihak menunggu untuk melihat apakah waktu atau tekanan politik eksternal akan mengubah keseimbangan.

"Kedua belah pihak terlibat dalam apa yang hanya bisa digambarkan sebagai perlombaan melawan waktu," ujarnya.

 

(oln/tmt/*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.