4 Keluhan Suami yang Paling Sering Diungkapkan dalam Pernikahan, Para Istri Wajib Tahu!
Mia Della Vita September 02, 2025 09:34 AM

Grid.ID- Mengapa banyak pria sering merasa tertekan dalam pernikahan? Simak jawabannya dalam artikel ini.

Pernikahan sering dianggap sebagai ikatan penuh cinta, kebersamaan, dan saling mendukung. Namun, di balik itu, banyak suami justru menyimpan keluhan yang jarang diungkapkan secara terbuka.

Dalam sesi terapi pernikahan, keluhan-keluhan ini sering muncul sebagai pemicu utama konflik rumah tangga. Menariknya, hal-hal tersebut tidak selalu berkaitan dengan masalah besar, tetapi juga menyangkut kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. Dikutip Your Tango, Senin (1/9/2025), berikut beberapa keluhan paling sering disampaikan para suami dalam pernikahan menurut sejumlah pakar psikologi dan konselor hubungan.

1. Istri yang Terlalu Kritis

Salah satu keluhan utama suami dalam pernikahan adalah sikap pasangan yang terlalu kritis. Kritik terhadap kebiasaan, gaya hidup, pilihan, bahkan karakter pribadi bisa memunculkan tekanan besar. Menurut psikolog klinis Dr. Susan Pazak, kritik yang terus-menerus membuat seorang suami merasa tidak dihargai dan kehilangan rasa dicintai.

Meskipun ada perubahan sikap dari pihak suami, sering kali usaha tersebut dianggap tidak cukup atau segera diikuti kritik baru. Hal ini menimbulkan siklus yang melelahkan, di mana pasangan merasa tidak pernah benar di mata istrinya. Kondisi ini, bila dibiarkan, dapat berubah menjadi rasa tidak dihormati bahkan kebencian dalam rumah tangga.

Namun, kabar baiknya, hal ini bisa diperbaiki melalui komunikasi sehat dan apresiasi. Memberikan pujian serta penghargaan atas usaha kecil pasangan dapat membantu memulihkan keharmonisan pernikahan.

2. Merasa Terlalu Sering Dihakimi

Selain kritik, banyak suami mengeluhkan perasaan selalu dihakimi. Dalam artikel Psychology Today, Dr. Harriet Lerner menekankan bahwa tidak ada pernikahan yang bisa bertahan bahagia jika salah satu pasangan merasa lebih sering dihakimi daripada dihargai. Bagi banyak pria, penilaian terhadap tindakan mereka sering diartikan sebagai penilaian terhadap nilai dirinya sebagai individu.

Menurut Larry Michel, pendiri Institute of Genetic Energetics, masalah ini membuat pria merasa tidak pernah cukup baik bagi pasangannya. Bahkan ketika ada kata-kata baik, sering disertai dengan penilaian tambahan yang membuat mereka merasa direndahkan. Akibatnya, mereka kehilangan rasa aman untuk mengekspresikan diri.

Solusi yang disarankan adalah dengan mengubah pola komunikasi. Alih-alih langsung menghakimi, pasangan disarankan untuk lebih dulu bertanya dan memahami maksud di balik tindakan suami. Dengan begitu, tercipta ruang saling menghargai dalam pernikahan.

3. Kurangnya Intimasi

Banyak pria juga mengeluhkan berkurangnya intimasi dalam pernikahan. Bagi sebagian besar suami, hubungan fisik bukan sekadar kebutuhan biologis, melainkan cara untuk merasakan kedekatan emosional. Sayangnya, perbedaan pandangan tentang intimasi antara pria dan wanita sering memunculkan jurang pemahaman.

Psikolog Patricia O’Gorman menjelaskan bahwa pria sering kali merasa ditolak ketika istri menolak berhubungan intim. Sementara itu, bagi banyak istri, intimasi membutuhkan kedekatan emosional lebih dulu, yang kadang sulit dicapai saat kehidupan dipenuhi stres, pekerjaan, anak, atau masalah keluarga.

Ketidakseimbangan ini bisa membuat suami merasa frustrasi dan ditinggalkan, sementara istri merasa terbebani. Terapi pernikahan dapat membantu pasangan menemukan kembali tujuan bersama dan mengingat alasan mereka menikah, sehingga keintiman dapat dibangun kembali.

4. Tumpukan Masalah Kecil yang Tak Pernah Selesai

Selain tiga hal utama di atas, banyak suami juga menyebut adanya "daftar panjang" keluhan dalam pernikahan. Menurut konselor William Meleney, keluhan yang paling sering diungkapkan mencakup kurangnya keintiman, komunikasi yang berlebihan dari pihak istri, hingga ketidakseimbangan tanggung jawab rumah tangga.

Beberapa suami merasa istri menganggap mereka tidak pernah cukup membantu, meskipun mereka sudah bekerja keras di luar rumah. Ada pula keluhan tentang istri yang terlalu emosional, terlalu ikut campur dalam pengasuhan anak, atau perbedaan pandangan terhadap keluarga masing-masing.

Meski terlihat sepele, kumpulan masalah kecil ini dapat menumpuk menjadi konflik besar. Penyelesaiannya bukan dengan saling menyalahkan, melainkan menciptakan komunikasi yang lebih sehat dan saling menghargai peran masing-masing dalam pernikahan.

Keluhan para suami dalam pernikahan sering kali berkisar pada kritik, penilaian berlebihan, kurangnya intimasi, dan masalah kecil sehari-hari yang menumpuk. Jika tidak ditangani, masalah ini bisa merusak keharmonisan rumah tangga. Namun, dengan komunikasi terbuka, penghargaan, dan usaha bersama, pernikahan tetap bisa menjadi ruang aman, penuh cinta, dan saling mendukung.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.