Akamai & IDC: GenAI Pacu 80% CIO APAC Beralih dari Cloud ke Edge
Liana Threestayanti September 04, 2025 09:34 AM

Sebanyak 80% CIO di kawasan Asia Pasifik (APAC) pada 2027 akan beralih dari penyedia cloud ke layanan edge, menurut prediksi terbaru IDC.

Pergeseran ini mencerminkan tuntutan yang kian mendesak dari penerapan kecerdasan buatan generatif (GenAI), yang membutuhkan performa lebih tinggi, kepatuhan ketat, serta kemampuan skala yang relatif sulit dicapai dengan arsitektur cloud tersentralisasi.

Dalam laporan berjudul “The Edge Evolution: Powering Success from Core to Edge” yang dibuat untuk Akamai Technologies, IDC menegaskan bahwa arsitektur cloud konvensional tidak lagi memadai untuk memenuhi kebutuhan bisnis modern.

Model hub-and-spoke membuat aplikasi AI real time terhambat karena latensi, biaya cloud sering melonjak tak terduga, dan regulas yang beragam menimbulkan tantangan kepatuhan.

Selain itu, IDC mencatat hampir separuh dari perusahaan kesulitan mengelola lingkungan multicloud yang semakin rumit.

Di titik inilah, edge memainkan peran. Infrastruktur edge memungkinkan komputasi dilakukan lebih dekat ke pengguna, mengurangi latensi, sekaligus mempertahankan adaptabilitas dan skalabilitas cloud publik. Dengan demikian, perusahaan dapat memenuhi tuntutan performa, menjaga kepatuhan, dan mengendalikan biaya sambil mempercepat penerapan GenAI.

“AI hanyalah sekuat infrastruktur yang dijalankan,” kata Parimal Pandya, Senior Vice President, Sales, dan Managing Director, Asia Pasifik di Akamai Technologies. Artinya, AI bukan hanya soal algoritme dan model tapi juga kesiapan infrastruktur yang melandasinya.

Parimal menekankan bahwa adopsi infrastruktur edge yang terdistribusi akan menjadi kunci untuk mengelola performa, keamanan, dan biaya beban kerja AI modern.

IDC juga mencatat, saat ini 31% organisasi di APAC telah menggunakan aplikasi GenAI di tahap produksi, sementara 64% masih dalam tahap uji coba. Momentum ini menunjukkan perlunya transformasi infrastruktur segera, agar perusahaan tidak tertinggal dalam kompetisi.

“Strategi edge tidak lagi bersifat teoretis—strategi ini diterapkan secara aktif untuk memenuhi tuntutan dunia nyata akan kecerdasan, kepatuhan, dan skala,” ujar Daphne Chung, Research Director di IDC Asia Pasifik.

Tren serupa juga terlihat di Asia Tenggara. Sebanyak 91% perusahaan ASEAN memprediksi GenAI akan mendisrupsi bisnis mereka dalam 18 bulan ke depan. Saat ini, 16% perusahaan sudah mengenalkan aplikasi GenAI di tahap produksi, sementara 84% lainnya masih dalam tahap uji coba.

Mayoritas, yakni 96% perusahaan, mengandalkan IaaS cloud publik untuk beban kerja AI, namun investasi pada edge semakin meningkat untuk mendukung operasional jarak jauh dan kontrol data yang lebih baik.

IDC menegaskan, untuk tetap terdepan, perusahaan harus memodernisasi infrastruktur dengan memadukan cloud dan edge, menerapkan kerangka kerja Zero Trust, serta memastikan interoperabilitas agar terhindar dari vendor lock-in. Dengan langkah tersebut, bisnis akan lebih siap menghadapi masa depan yang berbasis AI.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.