Wanita Ini Racuni Dua Anaknya Kemudian Akhiri Hidup Karena Banyak Hutang dan Suami Sering Bohong
Eko Setiawan September 06, 2025 01:30 AM

TRIBUNBATAM.id - Punya banyak utang dan suami sering berbohong, kehidupan ibu dua anak ini berubah menjadi mengerikan.

Ia lebih memilih membunuh dua anaknya dengan cara diracun kemuduan mengakhiri hidup.

Hal itu dituangkan dalam secarcik kertas sebelum dia nekat meng akhiri hidupnya.

Korban adalah EN (34) mengakhiri hidup setelah meracun anaknya AA (9) dan AAP (1) di kontrakannya di Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat (5/9/2025). 

Surat itu menceritakan kondisi perasaannya akibat perlakuan suami. 

Ia juga curhat terlilit utang gegara kelakuan suami.  

Kronologi penemuan jasad ibu dan dua anak ini pertama kali diketahui oleh suami EN, YS. 

YS baru pulang dari kerja terkejut melihat jasad istri dan dua anaknya sekitar pukul 04.00 WIB sore. 

YS yang panik langsung berteriak histeris hingga mengundang perhatian warga sekitar.

Warga kemudian berinisiatif mendobrak pintu rumah tersebut.

Begitu berhasil masuk, pemandangan yang lebih mengejutkan pun tersaji. Kedua anak EN ternyata juga sudah tidak bernyawa, ditemukan dengan kondisi leher terjerat tali.

Tak lama berselang, pihak kepolisian tiba untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Dari hasil pemeriksaan di lokasi, petugas menemukan sebuah telepon genggam dan selembar kertas yang ditempel di dinding ruang tengah rumah kontrakan itu.

"Kami menemukan dari hasil olah TKP, ada sebuah surat wasiat atau surat yang ditulis oleh terduga korban (EN)," ujar Kasat Reskrim Polresta Bandung, Kompol Luthfi Olot Gigantara pada Jumat (5/9/2025).

Kompol Luthfi menjelaskan, kertas yang ditinggalkan korban itu berisi curahan isi hati.

"Isinya menceritakan terkait permasalahan keluarga dan permintaan maaf kepada keluarga, beserta kedua anak korban yang meninggal dunia," katanya.

Dalam tulisan tersebut, EN menuangkan perasaan lelah yang telah lama dipendamnya. Ia mengisahkan betapa berat kehidupan rumah tangga yang dijalaninya, ditambah beban utang yang terus menghimpit, serta rasa kecewa yang begitu mendalam terhadap sikap sang suami.

Tak hanya itu, EN juga menyampaikan permintaan maaf yang tulus kepada kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Ia merasa selama ini terlalu banyak merepotkan mereka dengan masalah yang dihadapinya.

Yang membuat hati semakin teriris, di bagian penutup surat, EN menuliskan pesan yang dialamatkan khusus untuk kedua anaknya. Dalam ungkapan terakhir itu, ia mengajak buah hatinya untuk pergi bersama dirinya, meninggalkan dunia ini.

Berikut isi surat wasiat yang ditemukan di lokasi kejadian:

Versi Sunda (Asli)

Mamah, bapa, ema, bapa, teteh, aa sadayana hampura abi, hampura abi ngakakukeun kieu. Abi tos cape lahir batin, abi tos teu kuat ngajalani hirup kieu, abi cape hirup ngagugulung hutang nu euweuh beresna, kalah beuki nambahan beuki dieu teh. 

Bari abi te apal hutang ka saha wae, sabaraha atawa urut naon. Abi cape boga salaki gede bohong wae teh, euweuh sadarna. 

Abi cape dinyerihatekeun wae teh, puguh ning ku batur geus dikucilkeun, pada ngomong keun, pada mikangewa bari jeung teu rumasa salah. 

Boga salaki kalah hayoh we gede bohong jeung gede hutang, CAPEEEEEEEEEEEEE sugan abi jeung budak geus maot mah aya sadarna, mun henteu sadar ge keun bae nu penting teu nyangsarakeun ka budak abi. 

Era karunya ngahesekeun wae lanceuk + kolot teh, abi geus eweuh mah moal ngahesekeun wae. Hampura abi teu bisa mulang tarima ka kolot jeung lanceuk-lanceuk.

Aa Alif, Dede Arlan, hampura mamahnya. Jalana kudu kieu, bakat ku nyaah mamah teh, daripada ditinggalkeun ku mamah, karunya ka ema. 

Mamah leuwih rido ka naraka daripada ninggal Aa + dede sangsara. da Aa + dede mah can gaduh dosa. keun we mamah nu nanggung dosana ka naraka, teu rido hirup dibawa susah Wae ku mamah teh. 

Hampura mamah teu tiasa nyumponan Sagala kabutuhan Aa + dede, hampura mamah teu tiasa ngabahagiakeun Aa + dede. Hampura aa teu jadi tari-nya. hampura Mamah. Aa + dede mah Insha Alloh ka surga.

Versi Indonesia (terjemahan)

Mamah, bapa, ema, bapa, teteh, dan aa, maafkan saya. Maafkan saya melakukan hal ini. Saya sudah lelah lahir batin, saya sudah tidak kuat menjalani hidup seperti ini. 

Saya lelah hidup terus-terusan terlilit utang yang tidak ada habisnya, malah semakin hari semakin bertambah. Padahal, saya tidak tahu utang kepada siapa saja, berapa jumlahnya, atau utang dari mana.

Saya lelah punya suami yang selalu bohong, tidak ada kesadarannya sama sekali. Saya lelah terus-menerus disakiti hatinya, sudah jelas-jelas dikucilkan orang lain, diomongin, dibenci, padahal tidak merasa berbuat salah.

Punya suami malah terus-terusan berbohong dan berutang. SAYA SANGAT LELAH. Saya harap, jika saya dan anak-anak sudah meninggal, dia akan sadar. Jika tidak sadar pun tidak apa-apa, yang penting tidak menyengsarakan anak-anak saya.

Saya malu dan kasihan selalu menyusahkan kakak-kakak dan orang tua. Jika saya sudah tidak ada, saya tidak akan menyusahkan lagi. Maafkan saya tidak bisa membalas budi kepada orang tua dan kakak-kakak.

Aa Alif, Dede Arlan, maafkan mamah. Jalannya harus seperti ini, karena mamah sangat sayang.

Daripada ditinggalkan oleh mamah, kasihan pada nenek. Mamah lebih rela ke neraka daripada melihat Aa dan dede sengsara. 

Sebab, Aa dan dede belum punya dosa. Biar mamah saja yang menanggung dosanya ke neraka. Mamah tidak rela hidup terus-terusan susah.

Maafkan mamah tidak bisa memenuhi segala kebutuhan Aa dan dede. Maafkan mamah tidak bisa membahagiakan Aa dan dede. Maafkan mamah, Aa tidak jadi menari ya. Maafkan mamah. Aa dan dede, insya Allah kalian akan masuk surga.

(*/tribun-medan.com)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.