Macan Tutul Jawa, Kucing Besar yang Misterius
GH News September 06, 2025 12:09 PM
Jakarta -

Baru-baru ini masyarakat Lembang, Bandung, dan sekitarnya dilanda kekhawatiran akibat macan tutul yang lepas berkeliaran di wilayah sana.

Macal tutuln yang awalnya dikarantina di Lembang Park and Zoo itu kabur dan sampat saat ini masih dalam pencarian. Macan tutul Jawa atau berusia tiga tahun itu kabur disinyalir karena mengalami stress.

Dan jika melihat secara luas tentang macan tutul Jawa ini, kini menyandang status terancam punah atau Endangered menurut daftar merah IUCN, dan menjadi satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di pulau terpadat di Indonesia, setelah harimau Jawa dinyatakan punah sejak beberapa dekade lalu.

Sebagai predator puncak terakhir di ekosistem Jawa, peran macan tutul sangat penting. Namun, nasibnya kini berada di ujung tanduk akibat ancaman yang semakin nyata, mulai dari perusakan habitat hingga konflik dengan manusia.

Ditemukan 34 Ekor, Termasuk Varian Macan Kumbang

Sejak Februari 2024, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Yayasan SINTAS Indonesia meluncurkan survei nasional bertajuk Java-Wide Leopard Survey (JWLS). Program itu memanfaatkan teknologi kamera jebak (camera trap) dan pengumpulan sampel feses untuk melacak persebaran dan populasi macan tutul Jawa di alam liar.

Hasil awal dari 7 dari total 21 bentang alam yang menjadi target, mengungkap keberadaan 34 individu macan tutul Jawa-terdiri dari 11 jantan dan 23 betina. Menariknya, dari jumlah tersebut, 12 ekor merupakan macan kumbang yakni varian melanistik dengan bulu hitam pekat yang membuat penampilannya semakin misterius.

Laporan itu juga mencatat 126 aktivitas satwa di kawasan Raung-Ijen, termasuk feses macan tutul yang kini sedang dianalisis DNA-nya di laboratorium Universitas Gadjah Mada. Populasi secara nasional diperkirakan berada di angka sekitar 350 individu dewasa, tersebar di sedikitnya 29 habitat, sebagian besar berada dalam kawasan konservasi kecil dan terisolasi.

Meski jumlahnya terus menurun, macan tutul Jawa dikenal sebagai predator yang tangguh dan mampu beradaptasi dengan berbagai jenis habitat. Mereka bisa hidup di hutan primer, hutan sekunder, hingga kawasan perkebunan atau lahan campuran yang bersinggungan dengan aktivitas manusia. Sebagai predator generalis, mereka memangsa berbagai jenis hewan mulai dari tikus, ayam hutan, hingga rusa kecil.

Selain itu, perilaku kawin mereka yang fleksibel memungkinkan mereka tetap bereproduksi meski populasi sangat terbatas. Inilah yang membuatnya mampu bertahan hingga hari ini, meski tekanan terus meningkat.

Namun, adaptasi saja tidak cukup. Macan tutul Jawa menghadapi serangkaian ancaman serius, mulai dari deforestasi besar-besaran terus menyusutkan habitat mereka.

Data menunjukkan bahwa lebih dari 1.300 kilometer persegi hutan di Jawa hilang hanya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Kemudian, fragmentasi habitat yang menyebabkan populasi terisolasi satu sama lain, sehingga memperbesar risiko perkawinan sedarah (inbreeding) dan melemahkan kekuatan genetik.

Adapun konflik dengan manusia pun kian sering terjadi. Alih fungsi lahan, perburuan, hingga penyerangan ke peternakan warga mendorong konflik yang kerap berujung pada kematian satwa ini.

Berbagai upaya terus dilakukan untuk menyelamatkan satwa ikonik ini. Dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Macan Tutul Jawa 2016-2026 saat ini sedang dievaluasi ulang agar tetap relevan dengan kondisi terbaru di lapangan.

Survei nasional JWLS akan terus berjalan hingga awal tahun 2026 untuk menghasilkan pemetaan yang lebih akurat terkait populasi dan wilayah jelajah mereka.

Sementara itu, di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, populasi macan tutul diperkirakan berjumlah sekitar 24 individu di area yang menjadi lokasi pengamatan intensif. Pelibatan masyarakat lokal menjadi salah satu kunci untuk menjaga keberadaan satwa ini di alam bebas.

Tak hanya itu, pendekatan konservasi seperti penangkaran, program pelepasliaran, hingga translokasi juga mulai dikaji sebagai opsi tambahan untuk menjaga keberlangsungan populasi.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.