BANJARMASINPOST.CO.ID - Rabu (3/9/2025), sekitar pukul 14.25 WITA, menjadi jam dan menit awal titik bangkai helikopter PK-RGH ketika ditemukan.
Eko Subiantoro, satu di antara anggota tim relawan (anggrek 1) yang juga pendiri Tangan Tangan relawan itu menyatakan kesaksiannya.
Tim nya menemukan lokasi awal helikopter jatuh di kawasan hutan Mantewe Kabupaten Tanahbumbu Kalsel.
Lokasinya berada di antara lereng Gunung Lumut, setelah Gunung Putar terlewati.
Medannya di lereng gunung lumut itu lebih terjal, kemiringannya mencapai 50 derajat lebih. Namun berkat semangat timnya akhirnya apa yang dicari ditemukan.
Pertama kali melihat adalah Abah Idut bersama menantunya, warga lokal Mentewe Tanbu yang ikut dalam tim relawan anggrek satu.
Kebetulan, warga lokal sebanyak tiga orang di tim anggrek satu itu berada di jejeran paling depan di tim ini.
"Saya dengar dari belakang, si anak menantunya itu teriak, kai-kai itu ada terpal. Terpal apa, terpal putih," cerita Eko Subiantoro, kepada Banjarmasin Post pada program Saksi Kata, Jumat (5/9/2025).
Setelah didekati ternyata itu bukan terpal melainkan garis putih yang berasal dari ekor heli.
"Begitu didekati, (ketemu ekor heli), langsung teriak ketemu, ketemu, ketemu," cerita Eko Subiantoro.
Disitulah tim gabungan sekitar 23 orang itu sudah turun dari atas bukit berhamburan.
"Di sinilah kadang-kadang euforia teman-teman saking semangatnya lupa keselamatannya sendiri. Kalau misalnya tim itu terburu-buru turun itu bisa guling. karena itu saya teriak setop, untuk turun pelan-pelan," kenang Eko.
Setelah menemukan ekor heli, timnya membuat marka koordinat.
"Kami laporkan ke posko langsung berapa koordinat titik temuan ekor heli itu, (menggunakan handy talky)," cerita.
Selanjutnya, tim disebar membuat barikade menyisir lokasi turun bareng.
Turun sekitar seratus lima puluh meter lebih jauh, relawan berhasil menemukan jenazah pertama.
Tubuh terbujur di tanah, dikelilingi semak basah. Bau hangus sudah tidak tercium lagi karena dua hari helikopter hilang kontak. Ditambah hujan kerap membasahi titik kejadian.
"Begitu lihat jasad pertama, saya langsung tutupi dengan kain merah. Kain itu seperti kain parasut atau tas yang di situ," cerita Eko.
Tim bergerak ke bawah lagi, bangkai badan helikopter terlihat jelas. Badannya gosong terbakar, tas dan barang-barang berserakan.
“Saya melihat visual kepalanya (heli) dari pandangan visual awal di dalam puing, kami melihat tiga jenazah,” cerita Eko.
Beberapa tubuh masih utuh, sebagian ada yang terhimpit logam yang terbakar.
Kemudian turun lagi, ada lagi jenazah ditemukan lagi satu, jaraknya sampai 80 meter hingga seratus meter.
"Kami perintahkan tim untuk tidak menyentuh barang bukti apapun. kecuali, mengumpulkan barang-barang yang berharga, misal tas, sepatu laptop, difoto dikumpulkan di datu tempat. Dan jasad menutup korban dengan kain yang ada," kata dia.
Tugas mereka hanya mengidentifikasi, memberi tanda, lalu melaporkan ke posko. Kabar penemuan bangkai heli segera dikirim ke posko.
Tim SAR lain bergerak cepat menuju titik koordinat. Sambil menunggu, tim Eko mulai membuat rintisan jalur evakuasi.
Setelah dilaporkannya penemuan bangkai helikopter yang hilang itu, Evakuasi dilakukan oleh tim lainnya.
Dari delapan unsur tim SRU yang naik melalui flying camp Cabang Nangka, 23 orang berhasil mencapai punggungan Gunung Putar. Sisanya bertugas mendukung logistik dari bawah.
Komponen tim itu beragam, Tangan-Tangan Relawan, Borneo Rescue, Rumah Zakat, gabungan Mapala, Gajah Fire & Fighter, BPK Sedap, TNI Yonif 828/BWM, hingga Forest Lestari. Koordinasi lapangan dipimpin Letda Ckm Fendi.
Kebetulan, Eko diperintahkan tim itu untuk pimpin pasukan tim Anggrek Satu.
Eko menceritakan ulang, jika dia bisa bergabung dengan tim anggrek, karena merasa terpanggil beredar kabar hilangnya keberadaan helikopter milik PT Eastindo Air pada Senin (1/9/2025).
Pada Senin sorenya Eko Subiyantoro bercerita sudah bersiap menuju Tanahbumbu.
Namun, rencana keberangkatan timnya sempat tertunda. Mobil operasional mereka yakni Daihatsu Luxio masih di bengkel, tak kunjung selesai diperbaiki.
Malam itu dua bersama tiga teman lainnya hanya bisa menunggu mobil selesai. Tapi Akhirnya pencarian harus ditunda sehari karena mobil belum selsai.
Kemudian, dia dan kawannya berangkat pada Selasa (2/9/2025) pagi, sekitar pukul setengah delapan.
Mereka sudah berkoordinasi dengan Borneo Rescue, tim yang lebih dulu berada di lokasi.
Setibanya di lokasi, suasana posko terasa sibuk. Basarnas, TNI, Polri, masyarakat, juga berbagai kelompok relawan sudah berkumpul. Semua dengan peran masing-masing.
Eko membawa satu orang dari Tangan-Tangan Relawan dan dua orang dari Forest Lestari. Dia melapor ke komandan operasi SAR, yang kala itu mereka sedang memvalidasi data di peta.
Di hadapan para komandan lapangan, Eko menjelaskan apa yang timnya bawa, yakni dua relawan dengan keahlian Geographic Information System (GIS) dan aplikasi Alpinquest.
Diakui Eko, dia dan tim sudah mengolah data tracking sesuai titik hilang kontak radar, jejak terakhir di flight radar, hingga kemungkinan lintasan heli. Data itu diserahkan ke posko untuk menambah detail koordinasi.
Selasa (2/9/2025), Smzore harinya, tim SAR gabungan sepakat berpindah mendekati titik pencarian. Eko menyampaikan pihaknya mendirikan flying camp di area perkebunan sawit.
Tujuan mendirikan tenda itu agar operasi pada esoknya yakni Rabu bisa lebih dekat dengan titik sasaran.
Diutarakannya, Tim mawar satu itu, ada 28 orang yang bermalam yakni gabungan unsur TNI dan relawan. Mereka membagi diri menjadi dua regu, diberi sandi Anggrek 1 dan Anggrek 2.
Nah, baru pada Rabu (3/9/2025) pagi, pukul 06.30, regu Anggrek 1 bergerak lebih dulu. Dipandu tiga warga lokal mereka menembus jalur curam menuju Gunung Putar.
“Kami berangkat tanpa sarapan, hanya minum kopi dan makan telur,” cerita Eko.
Adapun, logistik yang berat dibawa Anggrek 2, yang menyusul dari belakang.
Di Gunung Putar itu, sekitar pukul 13.00 wita mereka baru sampai di ketinggian 2700 kaki.
Dari data flight radar terakhir heli sempat terdeteksi 2.950 kaki. Dengan kecepatan 115 knot. Karena itu dari analisa Eko dan tim helikopter diperkirakan masih melintas cepat di atas jalur mereka. Artinya, lokasi jatuh sang helikopter belum tercapai.
Tim melanjutkan perjalanan. Hingga berada di antara lereng Gunung Lumut, setelah Gunung Putar terlewati, yang selanjutnya tim akhirnya menemukan ekor helikopter tersebut.
(Banjarmasinpost.co.id/ Nurholis Huda)