Pemandangan gerhana bulan total tampak di langit Indonesia pada Minggu-Senin, 7-8 September 2025. Puncak gerhana berlangsung pada Senin, 8 September 2025 pukul 00.30-01.52 WIB dini hari. Lantas, kapan gerhana bulan total selanjutnya bisa disaksikan?
Badan penerbangan dan antariksa AS (NASA) menjelaskan, gerhana bulan total atau GBT selanjutnya bisa disaksikan pada 3 Maret 2026. Fenomena astronomi ini bisa dilihat penduduk di Asia, Australia, kepulauan Pasifik, dan Amerika, seperti dikutip dari laman Science NASA.
Sementara itu, fenomena gerhana Bulan total 7-8 September merupakan GBT terakhir yang bisa disaksikan tahun ini.
Mengapa Gerhana Bulan Total Spesial?
Bulan Kemerahan
Peneliti dari Laboratorium Bumi dan Antariksa, Program Studi Fisika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr Judhistra Aria Utama M Si menjelaskan, gerhana Bulan total terjadi saat seluruh permukaan Bulan masuk ke dalam bayang-bayang gelap Bumi. Kondisi ini memicu pemandangan yang menarik untuk diamati.
"Pemandangan yang dramatis; Bulan akan tampak berwarna jingga, merah atau bahkan coklat gelap, akibat cahaya Matahari yang dipantulkan permukaan Bulan dibiaskan oleh atmosfer Bumi dan dipengaruhi pula oleh tingkat kekeruhan stratosfer planet kita," jelasnya, dikutip dari laman UPI, Senin (8/9/2025).
Saat Bulan bergerak ke bagian dalam bayangan Bumi (umbra), sebagian sinar Matahari yang melewati atmosfer Bumi mencapai permukaan Bulan. Sinar Matahari ini menerangi Bulan meskipun tampak temaram dengan warna merah-jingga.
Gelombang cahaya merah dan jingga memiliki panjang gelombang yang lebih panjang daripada gelombang cahaya biru dan ungu. Gelombang cahaya merah dan jingga berhasil menembus atmosfer Bumi, sedangkan gelombang biru dan ungu terpencar sebelum dapat menembus.
Hal inilah yang membuat Bulan tampak kemerahan atau jingga. Makin banyak debu atau awan di atmosfer Bumi saat gerhana, semakin merah pula Bulan karena hanya gelombang merah dapat menembusnya.
Bisa Dilihat Langsung dengan Aman
Gerhana Bulan total dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa alat bantu. Namun, jika punya, warga juga bisa mengamatinya dengan bantuan teleskop.
Berbeda dengan gerhana Matahari, menyaksikan gerhana Bulan juga tidak perlu pelindung mata. Cukup pastikan untuk mengamatinya di tempat-tempat dengan cuaca cerah, tidak hujan, tidak berawan, dan tidak ada polusi cahaya.
Sementara itu, NASA menjelaskan, gerhana Matahari sebagian sebenarnya akan terjadi pada 21 September 2025. Namun, fenomena ini dapat disaksikan oleh warga di Australia, Antartika, Samudra Pasifik, dan Samudra Atlantik.