Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Nina Dwi Putri, Sp.A (K) mengatakan campak hanya menyerang anak merupakan salah contoh mitos terkait penyakit akibat Morbillivirus yang berkembang di masyarakat.

"Campak hanya penyakit anak-anak, tidak betul. Orang tua yang tidak kebal juga, bisa kena campak," kata dia dalam seminar bertema “Cegah Campak dari Rumah Kita” yang diadakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta di Jakarta, Selasa.

Karena itu, agar tak terkena campak, seseorang harus diimunisasi campak dan dipastikan dosisnya lengkap. Imunisasi campak diberikan tiga kali pada anak, yakni saat berusia 9 bulan, 18 bulan, dan kala dia duduk di kelas 1 SD.

"Kalau di atas kelas 1 SD dan belum lengkap, bisa datang ke puskesmas untuk dilengkapi imunisasi kejar," kata Nina.

Berbicara mitos lainnya terkait campak, Nina menyebut pasien campak tidak boleh mandi sebagai salah satunya. Menurut dia, karena campak menekan daya tahan tubuh, kondisi tubuh yang tak bersih justru berbahaya bagi pasien.

"Kalau tidak bersih, bakteri di kulit bisa merusak mata, masuk ke mulut lalu menyebabkan diare, pneumonia. Jangan lupa sikat gigi karena penting sekali, supaya tidak menyebabkan infeksi," ujar dia.

Lalu, karena virus campak menekan daya tahan tubuh, maka pasien terkena infeksi lain selain campak, seperti infeksi bakteri, terkena radang di otak, dan lainnya.

Pada orang dengan penyakit kronik misalnya kanker, penyakit jantung bawaan, asma, gizi buruk, bahkan rentan mengalami komplikasi dan kematian terutama kalau terlambat diagnosis dan pengobatan.

Komplikasi campak antara lain tuli, diare, pneumonia (kebanyakan menjadi penyebab kematian), radang otak dan selaputnya, kebutaan karena lapisan mata rusak.

"Cek sudah lengkap atau belum. Kalau belum imunisasi dan terpapar campak, segera lengkapi vaksin sebelum 72 jam setelah terpapar. Bantu anak berobat, cegah jangan sampai orang sekitar tertular campak," kata Nina.

Adapun campak ditandai gejala seperti demam tinggi, muncul ruam, mata merah, batuk dan pilek. Selagi ruam keluar, bisa timbul komplikasi salah satunya radang paru atau pneumonia, gangguan saraf, sehabis kena campak bisa ada infeksi otak, dan terakhir menyebabkan kerusakan otak jangka panjang.

Merujuk data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, per September ini, diketahui sebanyak 218 kasus campak, tanpa ada laporan terjadi penyakit yang memberat dan bahkan kematian.