Firasat Buruk Ibu Tiara Sebelum Tahu Putrinya Tewas Dimutilasi Alvi, Sempat Coba Menghubungi
Moch Krisna September 10, 2025 05:32 AM

TRIBUNSUMSEL.COM - Terpukulnya orang tua Tiara Angelina Saraswati (TAS) tewas dimutilasi secara sadis kekaishnya bernama Alvi Maulana (AM).

Am membunuh dan memutilasi TAS di kos mereka di kawasan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa (2/9/2025) dini hari pukul 2.00 WIB.

Orang tua korban dihadirkan untuk kepentingan penyidikan kejahatan sadis, yang melibatkan tersangka AM asal Desa Aek Paing, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.

 

PENGAKUAN - Alvi Maulana (24) tega membunuh dan memutilasi TAS (25) warga Desa Made, Kecamatan/Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, yang tak lain adalah kekasihnya. Dia mengaku kesal sering diomeli korban hingga gelap mata membunuh dan memutilasi korban dan membuang potongan tubuhnya di Pacet, Mojokerto.
PENGAKUAN - Alvi Maulana (24) tega membunuh dan memutilasi TAS (25) warga Desa Made, Kecamatan/Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, yang tak lain adalah kekasihnya. Dia mengaku kesal sering diomeli korban hingga gelap mata membunuh dan memutilasi korban dan membuang potongan tubuhnya di Pacet, Mojokerto. (Tribun Jatim Network/Mohammad Romadoni)

 

"Yang pasti orangtua (Korban) kaget mengetahuinya, apalagi korban mempunyai adik perempuan," kata Kasat Reskrim Polres Mojokerto, AKP Fauzy Pratama, Selasa (9/9/2025) mengutip dari Surya.co.id

Dari keterangan orangtua korban kepada penyidik, yang bersangkutan seolah mendapat firasat buruk terjadi sesuatu pada putri sulungnya.

Mereka sempat berupaya menghubungi dan mencarinya korban, pada akhir Agustus 2025 hingga kejadian kelam menimpa korban di mana dia dibunuh dan diperlakukan secara keji di kamar kos, Lakarsantri, Kota Surabaya, Minggu (31/8) sekira pukul 02.00 WIB dini hari.

Pada momen itu, ibu korban merasakan kekhawatiran yang amat sangat hingga berusaha mencari, meski dirinya dengan korban sangat jarang berkomunikasi dengan anak sulung dari dua bersaudara tersebut.

"Orang tua korban seakan mendapat firasat ada sesuatu yang terjadi pada anaknya, sehingga ibunya berusaha menghubungi korban. Itu beberapa hari sebelum kejadian," ungkap Fauzy.

Dari informasi yang dihimpun, korban hampir setahun tidak pulang dan terakhir komunikasi dengan adiknya tahun 2024 lalu.

Diduga hubungan korban dengan keluarga tidak harmonis.

Polisi kini bersama ahli forensik melakukan proses identifikasi terhadap jenazah korban, di RS Bhayangkara Pusdik Sabhara, Porong Kabupaten Sidoarjo.

Keluarga korban dihadirkan untuk kepentingan dalam proses forensik   tersebut.

Ahli forensik dilibatkan untuk kepentingan penyidikan kasus ini, sekaligus menyatukan jasad korban dalam kondisi tidak utuh yang nantinya akan diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

"Kita selesaikan dulu uji forensik, jika hasilnya sudah keluar akan segera kita komunikasikan dengan pihak keluarga korban untuk lebih lanjutnya," pungkas Fauzy. 

Diketahui, korban dan tersangka menjalin hubungan spesial semenjak kuliah. Usai lulus 
keduanya tinggal bersama di rumah kos, Lakarsantri Kota Surabaya.

Tersangka AM bekerja serabutan selama tinggal bersama korban di Surabaya, nyambi sebagai Driver online (Ojol) menggunakan sepeda motor Yamaha NMax warna putih.

"Untuk korban dari info yang kami dapat, tidak bekerja. (Korban) Menemani dan membantu di kos dengan tersangka," tukas Kasat Reskrim. 

 

Kehidupan Tiara

Tiara merupakan anak pertama dari dua bersuadara.

Adik korban, Rani masih duduk dibangku kelas II SMA Negeri di Lamongan.

Orang tua korban sehari-harinya berjualan sempol di depan Masjid Agung Lamongan.

"Pernah jualan es tebu, kemudian ganti jualan sempol," kata Ketua RT 003 Desa Made, Sukirno, Minggu (7/9/2025). Dikutip Tribunjatim.com

Setiawan Darmadi setiap hari berjulan sempol bersama istri di depan Masjid Agung. 

Jualan sempol menurut pengakuan Darmadi, kata Sukirno, dirasakan lebih untung dari pada jualan es tebu.

" Sebelumnya jualan es tebu, tapi itu sudah lama. Dan ganti jualan sempol," katanya.

Dari jualan selama ini, dipakai untuk membiayai kedua anaknya. Yang pertama lulus kuliah di Universitas Trunojoyo dan adiknya yang kini masih duduk di bangku SMA.

Sejak adanya  informasi kejadian yang yang menimpa kakaknya, Rani diketahui seorang diri di rumah. Kedua orang tuanya berangkat ke Mojokerto.

Rani sekitar pukul 16.00 WIB sore tadi dijemput  dan diajak ke rumah pamannya, Teguh.

"Saya ajak ke rumah. Saya ini pamannya," kata Teguh saat berpapasan dengan Tribun Jatim Network di depan rumah korban.

Rani banyak diam saat ditanya Tribun Jatim Network, dan menjawab ketika ditanya sekolahnya. "SMA Negeri 3, kelas 2," kata Rani.

Sembari mengunci pintu rumahnya, Rani bergegas menuju motor pamannya dan dibonceng menuju rumah sang paman Teguh.

Suasana lingkungan rumah orang tua korban tak terlihat ramai oleh warga sekitar. Yang terlihat hanya ada Ketua RT, Ketua RW dan Kepala Desa Made serta dua warga lainnya.

 

Kronologi Pembunuhan

Berdasarkan keterangan polisi, keduanya menjalin asmara kurang lebih selama empat tahun. 

Hingga suatu malam mencekam terjadi di dalam kamar kos tersebut, Minggu (31/8/2025) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB. Pelaku baru pulang ke kos setelah beraktivitas di luar pada larut malam. 

Namun, korban tidak membukakan pintu dan mengunci pelaku di luar kos. 

"Hendak masuk ke rumah (kos) dikunci oleh korban. Kemudian menunggu sampai dengan satu jam. Satu jam berikutnya dibukakan,” ujarnya. 

Dini hari itu, keduanya sedang berkonflik. Korban membukakan pintu dalam keadaan marah dan menyebut kata-kata yang dinilai menyakiti pelaku. 

"Pada saat dibukakan dengan peristiwa yang sama layaknya seorang wanita dalam kondisi yang marah dengan kosakata yang tidak pada umumnya. Dan hal itu sebenarnya sudah berulang sejak sebelum-sebelumnya,” kata Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto, Senin (8/9/2025).

Selain itu, berdasarkan keterangan kepolisian, pelaku mengaku tertekan karena tidak bisa memenuhi gaya hidup korban yang tinggi.

“Hal tersebutlah yang menjadi sebuah akumulasi akhirnya memicu cekcok di malam hari tersebut,” sambungnya. 

Lebih lanjut, saat dibukakan pintu, korban tak banyak bicara lagi dan langsung menuju ke lantai dua kos. Sementara pelaku menuju dapur mengambil pisau. 

“Korban naik ke atas ke lantai dua dan pelaku menuju ke dapur mengambil sebuah pisau yang ditusukkan di bagian leher yang mengakibatkan hilangnya nyawa korban,” bebernya.

Pelaku lantas memisahkan tubuh korban bagian daging dan tulang menggunakan berbagai macam senjata tajam. Jumlahnya, sekitar ratusan.

Kepala, organ dalam, tulang, jaringan tubuh, satu potongan kaki kiri, dan satu potongan pergelangan tangan kanan korban, dan sebagainya. Bagian tubuh korban tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tas merah. Sebagian potongan lainnya masih disimpan di dalam kos. 

"Bagian dari upaya yang bersangkutan memutilasi, membuang, memusnahkan, bahkan sementara masih menyimpan bagian tubuh tertentu untuk menghilangkan jejak,” ungkapnya.

Lalu pelaku menuju Pacet untuk membuangnya secara menyebar. Pelaku melakukannya layaknya membuang kotoran.

Kemudian, sepekan setelahnya, tubuh-tubuh korban yang berceceran di semak-semak ditemukan warga berinisial S pada Sabtu (6/8/2025).

“S menemukan salah satu potongan tubuh berupa telapak kaki sebelah kiri kemudian dilaporkan ke Polsek Pacet kemudian Polsek melapor ke Polres,” ungkapnya. 

Setelahnya, polisi melakukan investigasi dan olah TKP bersama anjing pelacak Polda Jatim. Ditemukan sebanyak 76 potongan secara berceceran dengan jarak yang variatif, 50-100 meter. 

Salah satu potongan tubuh tersebut kemudian dianalisis forensik. Akhirnya ditemukan milik perempuan berinisial TAS. 

Tak membutuhkan waktu lama. Pada Minggu (7/9/2025) sekitar pukul 03.00 WIB, polisi menangkap pelaku di kamar kosnya.

Hingga akhirnya di dalam kamar kos tersebut ditemukan sejumlah barang bukti untuk alat eksekusi dan potongan tubuh lainnya, termasuk bagian kepala. 

Akibat perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 338 dan atau 340 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup.

 

Jadi Ratusan Potong

Seperti diketahui, Alvi membunuh dan memutilasi TAS di kos mereka di kawasan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa (2/9/2025) dini hari pukul 2.00 WIB.

Kini sejumlah 76 potongan tubuh ditemukan warga berinisial S di kawasan hutan Pacet, Mojokerto, Jatim pada Sabtu (6/9/2025).

Seorang warga berinisial S menemukan potongan tubuh korban bagian telapak kaki kiri pada Sabtu (6/9/2025) kemudian melapor ke Polsek Pacet.

Kasusnya dilimpahkan ke Polres Mojokerto. Setelah ditelusuri menggunakan anjing pelacak, ditemukan potongan tubuh korban sebanyak 76 bagian.

"Dengan bantuan anjing pelacak di TKP, sejumlah 76 potongan tubuh korban,” kata Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto, Senin (8/9/2025). Dikutip Kompas.com 

Setelah dilakukan penyelidikan kepolisian, pelaku masih menyimpan potongan tubuh korban yang lain di dalam kosnya. Sehingga, jumlahnya dipastikan ratusan

“Kalau saudara tadi menanyakan berapa potongan tubuh, saya sampaikan. Tulangnya dipotong-potong sampai ratusan,” imbuhnya. 

Pelaku memotong tubuh korban di bagian telapak tangan, kaki, kepala, organ dalam, sampai ke tulang-tulang. Saat ditemukan, kondisinya sudah dalam keadaan membusuk. 

“Pastinya sudah membusuk dan sudah dibuang dan berhasil kita temukan beberapa bagian organ dalam,” terangnya. 

Pelaku bahkan masih menyimpan kepala korban di belakang lemari kos karena hendak dibuang ke titik lainnya. Namun, dia lebih dulu diamankan.

“Ada yang masih tersimpan di rumah kos dan ada yang dibuang pada saat dini hari sebelum subuh dia lakukan,” ujarnya.

Diketahui, puluhan potongan tubuh korban milik perempuan TAS (25) asal Pacitan, Jatim ditemukan warga di semak-semak kawasan Pacet, Mojokerto pada Sabtu (7/9/2025) sekitar pukul 10.40 WIB.

Tubuhnya dibagi menjadi puluhan potongan jaringan tubuh, satu potongan kaki kiri, dan satu potongan pergelangan tangan kanan korban.

(*)

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.