Para penyintas itu memanfaatkan posko dan sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, balai desa, mushola, dan banjar sebagai lokasi pengungsian
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan data terkini ada sebanyak 14 orang meninggal dunia dan ratusan warga mengungsi akibat banjir disertai tanah longsor yang melanda tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Bali.
“Untuk korban meninggal terbanyak tercatat di Kota Denpasar delapan jiwa, kemudian Kabupaten Gianyar tiga jiwa, Jembrana dua jiwa, dan Badung satu jiwa,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Kamis.
BNPB mengkonfirmasi tim petugas gabungan masih melakukan upaya tanggap darurat berupa pencarian korban hilang, evakuasi warga terdampak, serta pengendalian banjir dan longsor.
Berdasarkan data yang diterima BNPB, ada dua warga yang hilang dalam pencarian mereka teridentifikasi di Kota Denpasar.
Kemudian, kata dia, ada sebanyak 562 orang warga terpaksa mengungsi di sejumlah titik pengungsian sementara yang terdiri atas 327 warga Jembrana dan 235 warga Denpasar.
Menurut Abdul, para penyintas itu memanfaatkan posko dan sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, balai desa, mushola, dan banjar sebagai lokasi pengungsian.
Adapun hasil asesmen tim reaksi cepat BPBD Bali mendapati ada lebih dari 120 titik banjir di Pulau Dewata itu.
Dalam hal ini Kota Denpasar menjadi wilayah dengan lokasi terbanyak yakni 81 titik, disusul Kabupaten Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan delapan titik, Karangasem dan Jembrana masing-masing empat titik, serta di Klungkung banjir berdampak di Kecamatan Dawan.
Selain banjir, tanah longsor juga dilaporkan terjadi di 18 titik, dengan rincian 12 titik di Karangasem, lima titik di Gianyar, dan satu titik di Badung.
Untuk mendukung pelayanan di pengungsian, BNPB menyalurkan bantuan berupa 200 lembar selimut, 200 matras, 300 paket sembako, 50 unit tenda keluarga, dua unit tenda pengungsi, satu unit perahu karet dengan mesin, serta tiga unit pompa air.