Gebyar Pembenihan Tanaman Pangan Nasional ke X Sumsel, Dirjen Kementan: Bibit, Bebet, Bobot Penting
Kharisma Tri Saputra September 14, 2025 02:32 AM

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Dr Yudi Sastro membuka secara resmi Pembukaan Gebyar Perbenihan Tanaman Pangan Nasional Ke-X Tahun 2025 yang digelar di Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, pada Sabtu (13/9/2025).

Kegiatan ini merupakan agenda nasional, dalam rangka mendorong kemandirian benih dan memperkuat ketahanan pangan Indonesia, yang berlangsung selama 3 hari, mulai 13 hingga 15 September 2025 diisi dengan berbagai kegiatan.

Seperti, pameran benih unggul, gelar teknologi, temu bisnis, diskusi panel, serta pelatihan teknis bagi petani dan pelaku usaha pertanian.

Menurut Yudi, pihaknya menekankan bahwa kualitas, ketersediaan, dan ketepatan waktu distribusi benih menjadi kunci sukses swasembada pangan. 

“Terkait dengan swasembada, salah  satu kompenen yang penting itu adalah benih. Jadi ada pepatah, bibit, bebet, bobot itu sangat penting," katanya. 

Dijelaskan Yudi, jika menanam benihnya salah, hal itu dijamin hasilnya juga tidak akan optimal sehingga harus dipastikan untuk optimal. 

"Jadi, benihnya harus cukup datangnya tepat waktu, kualitasnya baik dalam hal ini unggul dan bersertifikat, ini yang harus dipastikan benihnya tersedia dengan kualitas yang baik serta terjangkau masyarakat petani, " tandasnya. 

Menurutnya Gebyar Perbenihan Tanaman Pangan Nasional Ke-X Tahun 2025 di Sumsel ini sangat tepat, karena Sumsel lumbunh pangan dan banyak program startegis. 

"Kita bangga Sumsel akan melaunching mandiri benih, dan ini bagi kami penghargaan luar biasa karena dengan cara begini jadi isu dan hambatan terkait produktifitas bisa kita selesaikan tahap demi tahap, "

Pada sisi lain dalam hal swasembada pangan ini sendiri, pihaknya menyatakan jika hal ini bukan tugas Kementan saja tetapi semua stakeholder yang ada untuk swasembada pangan yang berkelanjutan. 

Kementerian Pertanian pun menaruh harapan besar pada Sumsel, sebagai motor penggerak kemandirian benih nasional. 

“Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi dengan target tertinggi dalam program swasembada beras, jagung, dan gula. Kami sangat bangga, dan gebyar kali ini sangat tepat diselenggarakan di sini,” ujar Yudi, seraya swasembada pangan beras dan jagung bisa tercapai tahun 2025 sesuai amanah Presiden kepada Menteri Pertanian. 

Sementara Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru mengatakan Inisiatif besar untuk mewujudkan kemandirian benih di daerah lumbung pangan.

Langkah ini menjadi bukti nyata komitmen Sumsel, dalam mendukung swasembada pangan nasional. 

“Kita berkesempatan hadir dalam acara yang memikirkan nasib petani. Sumsel mengambil peluang besar ini dengan meluncurkan gerakan Sumsel Mandiri Benih,” kata Herman Deru. 

Herman Deru menyampaikan, jika kebutuhan benih nasional saat ini mencapai 370 ribu ton secara nasional, sementara Sumsel sendiri membutuhkan sekitar 27 ribu ton per tahun. Namun sayangnya, produksi benih unggul lokal masih berada di angka 8 ribu ton. 

"Ini artinya, peluang masih sangat terbuka lebar bagi para penangkar benih di Sumatera Selatan," ucapnya. 

Ia berharap Kementerian Pertanian, turut mengawasi mutu benih agar kualitas pertanian meningkat secara signifikan.

Herman Deru juga menyoroti pentingnya disiplin para petani dalam praktik pertanian. Ia mencontohkan keberhasilan sebuah program demplot dengan teknologi Korea Selatan yang berhasil meningkatkan hasil panen dari 6 ton menjadi 12 ton per hektare, hanya karena penerapan disiplin tinggi. 

"Dengan benih dan pupuk yang sama, hasil bisa berlipat hanya karena tepat waktu dan tepat cara," ungkapnya.

Selain membahas benih dan intensifikasi, Gubernur juga menyoroti permasalahan losses atau kehilangan hasil pasca panen yang masih tinggi, mencapai 11 persen. Ia menginstruksikan agar penyuluh pertanian lebih gencar dalam mendampingi petani untuk menurunkan angka ini ke bawah 5 persen. 

“Penyuluh harus aktif, dan saya sudah angkat 2.000 penyuluh, mereka harus terlibat langsung dalam pendampingan,” tuturnya.

Dengan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, penyuluh, dan petani, Herman Deru optimistis Sumsel bisa menjadi pionir kemandirian benih nasional. 

“Insyaallah dengan semangat gotong royong dan kerja nyata, Sumsel bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, dan bahkan membantu provinsi lain,” tandasnya. 

Pada tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Sumsel Bambang Pramono, melaporkan bahwa luas lahan baku sawah di provinsi ini mencapai lebih dari 621 ribu hektare, namun baru 20 persen kebutuhan benih yang mampu dipenuhi dari produksi lokal. 

Dengan gerakan mandiri benih ini, target Sumsel adalah dapat memenuhi 100 persen kebutuhan benih sendiri pada tahun 2029.

Gebyar perbenihan ini juga diramaikan dengan display varietas benih, seminar nasional, serta kunjungan ke lahan percontohan padi Apung seluas 3 hektare, yang merupakan teknologi baru untuk pertanian di lahan pasang surut.

Teknologi ini dinilai sangat potensial untuk dikembangkan di Sumatera Selatan yang 73 persen lahannya tergolong rawan, seperti pasang surut dan lebak dengan dihadiri 398 delegasi dari 28 provinsi, serta Pangdam II/Sriwijaya, Mayjen TNI Ujang Darwis, Kapolda Sumsel Irjen Pol Andi Rian R. Djajadi, Danrem 044/Gapo, Brigjen TNI Adri Koesdyanto, Anggota Komisi IV DPR RI Kartika Sandra Desi, para Kepala Dinas Pertanian serta para Petani.

Gebyar Perbenihan Tanaman Pangan Nasional Ke-X akan berlangsung selama 3 hari, mulai 13 hingga 15 September 2025, diisi dengan berbagai kegiatan seperti pameran benih unggul, gelar teknologi, temu bisnis, diskusi panel, serta pelatihan teknis bagi petani dan pelaku usaha pertanian.

Melalui kegiatan ini, diharapkan Sumatera Selatan dapat terus menjadi pionir dalam pembangunan sektor pertanian nasional yang mandiri, tangguh, dan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.

Acara ini juga menjadi ajang penandatanganan MoU antara Sumatera Selatan dengan sejumlah produsen benih dari berbagai provinsi seperti Jawa Timur dan Lampung. 

Mereka berkomitmen untuk menanam dan memproduksi benih langsung di Sumsel, yang akan didukung melalui APBD 1, APBD 2, serta dana dari Kementerian Pertanian.

Peningkatan produksi pangan di Sumatera Selatan sendiri sudah mulai terlihat dalam lima tahun terakhir. Data BPS menunjukkan produksi gabah meningkat dari 2,7 juta ton (2024) menjadi 3,3 juta ton (2025), berkat intervensi benih unggul yang dilakukan secara konsisten melalui bantuan APBN dan APBD.

Namun, tantangan masih ada. Indeks pertanaman Sumsel masih berada di angka 1,1—artinya sebagian besar petani hanya menanam sekali dalam setahun. Jika bisa ditingkatkan menjadi 1,5, produksi beras Sumsel diperkirakan bisa menembus angka 5 juta ton gabah kering giling (GKG) per tahun. 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.