Medan (ANTARA) - Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution mengajak seluruh kader Persatuan Pemuda Jawa (Pendawa) Indonesia bersama-sama memberantas narkoba dengan slogan 'nek wani ojo wedi-wedi'.

Makna 'nek wani ojo wedi-wedi', lanjut dia, kalau sudah di jalan yang benar, apabila menemukan rintangan seperti apapun tidak usah takut-takut.

"Saya ajak Pendawa sesuai slogan pertamanya 'nek wani ojo wedi-wedi' (kalau berani jangan takut-takut). Pendawa harus berani memberantas narkoba," seru Bobby saat menghadiri Milad ke-26 Pendawa Indonesia di Kantor Gubernur Sumut, Minggu.

Gubernur mengaku peredaran narkoba merupakan salah satu persoalan yang sangat serius di wilayah Sumatera Utara, dan harus diselesaikan secara bersama.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut melihat cita-cita Pendawa Indonesia dalam memajukan bangsa Indonesia, khususnya di Sumut sejalan Astacita Presiden RI, dan program kerja di Sumatera Utara.

Data Badan Narkotika Nasional menyebutkan 15,78 juta jiwa lebih jumlah penduduk Sumatera Utara, di antaranya 10,49 persen atau 1,5 juta jiwa pengguna narkoba.

"Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, perlu dukungan masyarakat. Salah satunya Pendawa Indonesia guna mencapai Astacita Presiden RI dan mewujudkan Indonesia Emas 2045," jelas Bobby.

Gubernur juga mengucapkan selamat hari jadi ke-26 tahun Persatuan Pemuda Jawa Indonesia di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Pihaknya telah mengenal Pendawa Indonesia sebagai organisasi kemasyarakatan yang bersifat paguyuban berdiri di Kota Medan, Sumatera Utara pada 26 tahun silam.

"Organisasi ini kemudian berkembang ke tingkat nasional, dan sudah tersebar pada 20 provinsi," tutur Bobby.

Ruslan, pendiri sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Pendawa Indonesia menyampaikan agar seluruh dulur selalu menjaga kekompakan.

Pendawa Indonesia dilahirkan dengan semangat gotong-royong tingkat ranting di Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara pada Kamis, 9 September 1999.

"Pendawa hadir untuk menjalin silaturahmi lintas suku. Jadi yang menjadi anggota Pendawa bukan hanya orang Jawa, tapi ada juga Cina, Papua, dan lainnya," tutur Ruslan.