Kalau bukan lewat karya seperti ini, apa yang akan dikonsumsi anak-anak kita? Pertunjukan ini bukan hanya hiburan, tetapi cara kreatif memperkenalkan budaya kita dengan mudah dan asyik
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) Irene Umar menekankan pentingnya menghadirkan seni budaya dalam format yang lebih dekat dengan generasi muda.
Menurut dia, pementasan seni tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana efektif memperkenalkan budaya dengan cara menyenangkan.
“Kalau bukan lewat karya seperti ini, apa yang akan dikonsumsi anak-anak kita? Pertunjukan ini bukan hanya hiburan, tetapi cara kreatif memperkenalkan budaya kita dengan mudah dan asyik,” katanya dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dalam hal ini, ia menyoroti salah satunya pagelaran Aniwayang by Desa Timun di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta yang menghadirkan inovasi seni pertunjukan yang menggabungkan wayang kulit tradisional dengan sentuhan modern.
Menurut dia, pagelaran itu yang dihadirinya secara langsung pada Sabtu (13/9) itu menciptakan pengalaman interaktif yang segar dan menarik bagi anak-anak maupun keluarga.
“Pagelaran ini keren, gokil habis, dan inilah yang harus dibudayakan oleh anak-anak Indonesia. Wayang yang dikemas seimut ini membuat anak-anak merasakan keajaiban budaya kita. Padahal ini adalah warisan budaya Indonesia yang ditampilkan dengan cara berbeda,” ujarnya.
Keberadaan Aniwayang dinilai menjadi bukti bahwa inovasi dapat berjalan beriringan dengan pelestarian budaya. Melalui pendekatan modern, seni wayang kulit dapat kembali hidup di hati generasi muda tanpa kehilangan makna aslinya.
Pertunjukan itu juga menjadi contoh bagaimana subsektor seni pertunjukan dalam ekosistem ekonomi kreatif mampu menyatukan nilai tradisi dan kreativitas baru.
Adapun pagelaran Aniwayang Live itu mengusung tema ‘Kenalan Yuk’ yang memperkenalkan karakter unik Desa Timun seperti Cila, Cili, Cilo, dan Ayam.
Sebanyak lima dalang tampil secara bersamaan memeriahkan acara ini, yaitu Daud Nugraha (Cili), Ricca Nugraha (Cila), Hiro Nugraha (Ayam), Carmen Nugraha (Cilo), serta Nasya Hikari (Desa Timun).
Pertunjukan langsung pagelaran itu menghadirkan atmosfer mirip pagelaran wayang kulit tradisional, lengkap dengan interaksi penonton, kehadiran dalang, musik, hingga permainan interaktif yang dirancang khusus bagi keluarga dan anak-anak.
Kreator Aniwayang, Daud Nugraha menjelaskan bahwa gagasan pagelaran itu lahir dari kecintaan terhadap wayang kulit sekaligus upaya melestarikan budaya.
“Kami ingin menjadikan Aniwayang sebagai jembatan generasi muda untuk mengenal dan mencintai budaya tradisional. Harapannya, lahir generasi yang kreatif, bercerita, dan berbudaya,” ujarnya.
Adapun pagelaran Aniwayang by Desa Timun berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 4 Oktober 2025 di Museum Wayang, Kota Tua, Jakarta dan pertunjukan tersebut akan digelar secara reguler sebulan sekali.