BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Program pemanfaatan tanaman obat keluarga (Toga) melalui Asmantoga (Asuhan Mandiri Tanaman Obat Keluarga) dinilai memiliki potensi besar jika dijalankan dengan dukungan lintas sektor.
Hal ini disampaikan Subkoordinator membidangi urusan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga pada Dinas Kesehatan Tapin, Ratna Susanti, SKM, Minggu (14/9/2025).
Menurutnya, langkah awal bisa dilakukan dengan sosialisasi dan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat.
“Pelatihan dan pendampingan sangat penting agar masyarakat tidak merasa bingung dan termotivasi untuk merawat serta mengembangkan tanaman obat,” ujarnya.
Ratna menjelaskan, pemanfaatan lahan terbatas juga bukan kendala. Pekarangan sempit bisa disiasati dengan media alternatif seperti polybag, pot gantung hingga vertikal garden.
Agar program berkelanjutan, kader atau kelompok Asmantoga dapat berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk memperoleh izin dan dukungan, baik dalam bentuk pendanaan, penyediaan lahan maupun promosi.
Ratna menekankan pentingnya kolaborasi dengan puskesmas, dinas kesehatan, serta penyuluh pertanian.
“Dengan begitu, masyarakat mendapat edukasi ilmiah terkait tanaman obat sekaligus bimbingan teknis budidaya yang benar,” tambahnya.
Ratna menyebut, organisasi masyarakat seperti PKK juga bisa dilibatkan sebagai mitra pemberdayaan keluarga dan lingkungan.
“Dengan langkah bersama, inisiatif kader Astamantoga akan memiliki dasar kuat dan berpotensi menjadi program sukses serta berkelanjutan,” pungkasnya.
Rumah Siti Khadijah, warga Desa Banua Halat Kiri dijadikan model rumah binaan PKK karena pekarangan rumahnya yang sempit terdapat berbagai tanaman obat keluarga.
Salahsatunya asalah tanaman Bunga Telang yang dijadikan sirup karena berbagai khasiat untuk kesehatan otak dan tubuh.
Mama Nisa, sapaan akrabnya mengaku mengonsumsi bunga telang karena berbagai macam khasiat dari tanaman obat tersebut. (Banjarmasinpost.co.id/ Mukhtar Wahid)