Klinik IVF dengan Harga Terjangkau Kini Ada di Bandung
GH News September 15, 2025 02:09 PM
Jakarta -

Bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) adalah program kehamilan dengan metode pembuahan sel telur oleh sperma yang dilakukan di laboratorium. Metode ini bisa menjadi pilihan bagi pasangan yang kesulitan untuk memiliki momongan, karena masalah infertilitas yang tidak lagi bisa ditangani oleh pengobatan dan terapi konvensional.

Kendati demikian, biaya bayi tabung terbilang mahal, yaitu berkisar antara Rp 60- Rp 100 juta per siklus untuk prosedurnya saja. Harga tersebut belum termasuk obat-obatan dan lain sebagainya.

Sehingga, upaya menghadirkan layanan bayi tabung atau IVF yang lebih terjangkau begitu penting. Dokter obgyn Hanoum Husni Syam, SpOG, Subsp. Fer yang juga merupakan founder Rumah Sakit Ibu dan Anak Grha Bunda, Kota Bandung mengungkapkan, jumlah kelahiran anak melalui bayi tabung di Jawa Barat juga masih terbilang sedikit.

"Presentasi bayi IVF di Jabar sangat kecil, padahal penduduknya mencapai 50 juta jiwa. Dalam setahun (bayi yang lahir dari IVF) bahkan tidak mencapai 2.000 orang. Apakah karena IVF belum banyak diketahui masyarakat, atau memang karena biayanya yang mahal," ungkap dr Hanom di Bandung, Minggu (14/9/2025).

Oleh karena itu, pihaknya saat ini telah berupaya menghadirkan layanan program IVF dengan harga yang lebih terjangkau. Layanan IVF di RSIA Grha Bunda Kota Bandung bisa diperoleh dengan harga mulai dari Rp 45 jutaan.

"Tidak murah, tapi lebih terjangkau. Di Indonesia sudah cukup banyak klinik bayi tabung dengan harga di atas Rp 50 jutaan," terangnya.

Meski lebih murah, layanan yang diberikan tetap mengikuti standar IVF pada umumnya. Artinya, tidak ada fasilitas atau proses yang dikurangi. Tingkat keberhasilannya pun ditargetkan sama dengan IVF konvensional.

"Yang kita terapkan itu bukan low cost IVF. Low cost IVF sudah jarang diterapkan di dunia, karena dosis yang diberikan minimal dan angka keberhasilannya kecil," paparnya.

dr Hanom menjelaskan, biaya bisa ditekan dengan melakukan efisiensi prosedur IVF dari seluruh lini, serta adanya bantuan subsidi obat-obatan dari rekanan farmasi.

"Harga Rp 45 juta itu pun untuk pasien tertentu, seperti kasus pasien PCO (polycystic ovaries), karena dosis yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Setiap pasien juga memiliki respon yang berbeda-beda," ungkapnya.

Dengan harga tersebut, pihaknya menargetkan angka keberhasilan 30-40 persen, sama dengan standar keberhasilan IVF di dunia. Menurutnya, pastinya tidak ada yang 100 persen.

Pasien juga dapat memilih layanan medis PGT-A. Layanan tersebut menjadi langkah pemeriksaan genetik untuk memilih embrio normal sebelum dilakukan transfer embrio ke dalam rahim. PGT-A juga dapat mendeteksi kelainan kromosom embrio dan menurunkan potensi keguguran. Jadi, peluang keberhasilan menjadi lebih besar.

"Sebelum ditransfer, kita pilih genetik yang bagus terlebih dahulu. Hal ini penting untuk ibu di atas usia 40 tahun atau kehamilan dengan riwayat kelainan genetik," jelasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.