Tugas Refleksi Modul Pedagogik Topik 1-8 Pendidikan Agama Islam/PAI, PPG Kemenag 2025
Abu Hurairah September 16, 2025 04:32 AM

TRIBUNSUMSEL.COM - Berikut ini contoh Tugas Refleksi Pedagogik topik 1-8 pada Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam PPG Kemenag 2025.

Bapak/ibu guru peserta PPG setelah mengerjakan Tugas Mandiri Pedagogik yang terdiri dari topik 1-8 dilanjutkan untuk mengerjakan Tugas Refleksi.

Contoh Tugas Refleksi Pedagogik modul PAI topik 1-8 di bawah ini, hanya sebagai referensi untuk bapak/ibu yang kesulitan mengerjakan tugas.

Berikut contoh Tugas Refleksi Pedagogik dalam PPG Kemenag 2025 untuk modul PAI topik 1-8 yang dikerjakan di lms.ppgkemenag.id: 

Contoh tugas refleksi Modul Pedagogik PAI ini disusun oleh Jamaludin S.Ag, asal SMA N 2 MONTA.

Contoh TUGAS REFLEKSI MODUL PEDAGOGIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) 2025

TOPIK 2.PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Dari modul yang Anda pelajari, silakan:

1. Pilih materi yang menarik dan deskripsikan materi tersebut!
2. Lakukan analisis implementasi/penerapan materi tersebut!
3. Tuliskan pengalaman praktis dari proses pembelajaran yang mendukung atau bertentangan dengan materi yang dipelajari!
4. Uraikan tantangan yang dihadapi dan hikmah (lesson learn) yang didapatkan!
5. Buat rencana aksi penerapan materi tersebut dalam kegiatan pembelajaran!

1. Saya Memilih materi Topik 2.Pendekatan Pembelajaran Berdiferensiasi

Pemilihan materi pendekatan pembelajaran berdiferensiasi didasari oleh kebutuhan untuk mengakomodasi keragaman karakteristik siswa dalam satu kelas. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar, minat, latar belakang, dan tingkat kesiapan yang berbeda.

Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan adil, di mana setiap siswa diberi kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai potensi masing-masing. Hal ini sangat penting dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Selain itu, pendekatan ini relevan dengan tantangan pendidikan saat ini yang menuntut guru lebih kreatif dan fleksibel dalam mengajar. Kurikulum merdeka, misalnya, sangat mendorong praktik pembelajaran yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan individu siswa.

Dengan pemahaman tentang diferensiasi, guru dapat merancang aktivitas belajar yang bervariasi, memanfaatkan berbagai strategi, dan memberikan pilihan kepada siswa dalam cara mereka belajar dan menunjukkan hasil belajarnya. Ini juga membantu meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. 

Terakhir, pendekatan diferensiasi tidak hanya berdampak pada hasil akademik, tetapi juga membentuk iklim kelas yang positif. Siswa merasa dihargai karena kebutuhan mereka diakui dan difasilitasi.

Guru pun menjadi lebih peka terhadap dinamika kelas dan mampu membangun hubungan yang lebih kuat dengan peserta didik. Oleh karena itu, mempelajari dan menerapkan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di era pendidikan yang semakin menuntut personalisasi dan empati dalam pengajaran.

2. Analisis implementasi/penerapan materi

Implementasi pendekatan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah menjadi sebuah strategi yang semakin relevan untuk menjawab tantangan keberagaman peserta didik di dalam kelas. Guru dituntut untuk mampu mengenali dan memahami perbedaan kemampuan, minat, serta gaya belajar siswa sebagai dasar dalam merancang pembelajaran. Melalui asesmen awal dan observasi, guru dapat mengidentifikasi kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.

Pendekatan ini menempatkan Dari modul yang Anda pelajari, silakan: peserta didik sebagai pusat pembelajaran dan membuka ruang bagi setiap siswa untuk berkembang sesuai potensinya. 

Dalam praktiknya, sekolah yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi mendorong guru untuk menyesuaikan konten, proses, dan produk pembelajaran. Misalnya, guru menyediakan materi dalam berbagai bentuk (teks, video, infografis), memberikan pilihan dalam cara siswa mengerjakan tugas, dan membentuk kelompok belajar yang heterogen atau homogen sesuai tujuan. Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi siswa yang membutuhkan dukungan lebih, tetapi juga memberi tantangan tambahan bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi.

Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan adaptif terhadap keberagaman. Namun, implementasi di lapangan seringkali menghadapi kendala seperti keterbatasan waktu, jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas, serta kurangnya pelatihan guru dalam merancang strategi diferensiasi. Selain itu, tidak semua sekolah memiliki sumber daya atau teknologi pendukung yang memadai. Oleh karena itu, peran kepala sekolah dan manajemen pendidikan sangat penting dalam memberikan dukungan, baik dalam bentuk pelatihan, kolaborasi antar guru, maupun penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran berdiferensiasi.

Meskipun menghadapi tantangan, pendekatan pembelajaran berdiferensiasi tetap memberikan dampak positif terhadap iklim belajar di sekolah. Siswa menjadi lebih termotivasi, aktif, dan merasa dihargai karena kebutuhan belajarnya diakomodasi. Guru pun semakin reflektif dan kreatif dalam merancang pembelajaran yang bermakna. Untuk itu, diperlukan komitmen bersama dari seluruh elemen sekolah agar implementasi pendekatan ini berjalan secara optimal dan berkelanjutan demi mewujudkan pendidikan yang adil dan inklusif.

3. Pengalaman praktis dari proses pembelajaran yang mendukung atau bertentangan dengan materi

Pengalaman yang mendukung pendekatan diferensiasi:

1. Pemberian pilihan tugas sesuai minat siswa: Dalam salah satu kegiatan menulis di kelas, guru memberikan pilihan kepada siswa untuk menulis cerita pendek, membuat komik, atau membuat video singkat berdasarkan tema yang sama. Hasilnya, siswa tampak lebih antusias dan terlibat aktif karena mereka bisa mengekspresikan diri sesuai minat dan kekuatan masing-masing.

2. Pengelompokan siswa berdasarkan kesiapan belajar: Saat mengajarkan materi matematika, guru membagi siswa dalam kelompok berdasarkan hasil asesmen awal. Kelompok yang lebih siap diberi tantangan lebih tinggi, sedangkan kelompok yang membutuhkan dukungan diberi penjelasan tambahan dan latihan bertahap. Ini membantu siswa belajar sesuai dengan level kemampuan mereka tanpa merasa tertinggal atau bosan.

3. Penggunaan media pembelajaran yang beragam: Dalam pelajaran sains, guru menggunakan kombinasi video, percobaan langsung, dan gambar visual untuk menjelaskan konsep perubahan wujud benda. Pendekatan ini mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa (visual, auditori, kinestetik) dan meningkatkan pemahaman mereka secara menyeluruh.

Pengalaman yang bertentangan dengan pendekatan diferensiasi:

1. Pembelajaran satu arah dan seragam untuk semua siswa: Dalam beberapa sesi pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah dan lembar kerja yang sama untuk seluruh siswa, tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan atau gaya belajar. Akibatnya, siswa yang lebih cepat memahami materi menjadi bosan, sementara siswa yang tertinggal merasa kesulitan mengejar.

2. Penilaian yang tidak fleksibel: Guru hanya menilai siswa melalui satu bentuk ujian tertulis standar tanpa memberi alternatif lain, seperti proyek, presentasi, atau tugas kreatif. Ini menghambat siswa yang sebenarnya memiliki kemampuan, tetapi kesulitan mengekspresikannya melalui ujian tertulis, sehingga hasil belajarnya tidak mencerminkan potensi sebenarnya.

3. Kurangnya asesmen awal atau pemetaan kebutuhan siswa: Beberapa guru langsung memulai pembelajaran tanpa mengetahui terlebih dahulu tingkat kesiapan atau gaya belajar siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran tidak tepat sasaran, dan sebagian siswa mengalami kesulitan mengikuti pelajaran karena metode yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.

4. Tantangan yang dihadapi dan hikmah (lesson learn) yang didapatkan

Tantangan yang Dihadapi:

1. Waktu yang terbatas untuk perencanaan dan pelaksanaan

Guru sering merasa kewalahan karena merancang pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan waktu lebih banyak, terutama dalam menyusun materi, aktivitas, dan penilaian yang beragam sesuai kebutuhan siswa.

2. Jumlah siswa yang banyak dan keberagaman yang tinggi

Dalam kelas dengan jumlah siswa yang besar, guru kesulitan mengakomodasi seluruh perbedaan gaya belajar, minat, dan kesiapan secara optimal. Hal ini membuat guru harus membuat prioritas dan strategi yang realistis.

3. Kurangnya pemahaman atau pelatihan

Tidak semua guru memiliki pemahaman mendalam tentang konsep diferensiasi atau cara menerapkannya secara praktis. Keterbatasan pelatihan dan dukungan dari pihak sekolah menjadi kendala dalam penerapannya.

4. Keterbatasan sumber daya dan fasilitas

Beberapa sekolah tidak memiliki cukup alat bantu belajar, teknologi, atau media pembelajaran yang mendukung variasi kebutuhan siswa, sehingga guru harus kreatif dalam menciptakan alternatif yang sederhana namun efektif.

Hikmah (Lesson Learned):

1. Pentingnya mengenali keberagaman siswa sejak awal

Guru menyadari bahwa mengenali profil belajar siswa secara dini melalui asesmen awal sangat membantu dalam merancang pembelajaran yang lebih tepat sasaran dan menyenangkan bagi semua pihak.

2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan inklusif 

Dengan pendekatan diferensiasi, siswa merasa dihargai dan lebih terlibat dalam proses belajar karena pendekatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka. Hal ini berdampak positif pada suasana kelas dan hasil belajar.

3. Guru menjadi lebih reflektif dan kreatif

Tantangan dalam diferensiasi mendorong guru untuk terus mengevaluasi strategi pengajarannya, mencoba pendekatan baru, dan lebih terbuka terhadap inovasi pembelajaran.

4. Tumbuhnya empati dan pemahaman antar siswa

Ketika siswa melihat bahwa setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda, mereka belajar untuk saling memahami dan bekerja sama dengan lebih baik, terutama dalam aktivitas kelompok yang dirancang secara strategis.

5. Rencana aksi penerapan materi dalam kegiatan pembelajaran

1. Pemetaan Profil Belajar Peserta

Didik Aksi: 

  • Melakukan asesmen diagnostik dan survei awal untuk mengidentifikasi kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar peserta didik.
  • Mencatat hasil asesmen sebagai dasar pengelompokan dan penentuan strategi pembelajaran.

Tujuan:

Agar guru memiliki gambaran komprehensif tentang keberagaman karakteristik siswa sehingga dapat menyusun pembelajaran yang tepat sasaran.

2. Penyusunan RPP

Berdiferensiasi Aksi:

  • Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat alternatif konten, proses, dan produk pembelajaran berdasarkan hasil pemetaan siswa. 
  • Menyediakan beberapa opsi kegiatan dan tugas yang menyesuaikan dengan variasi kemampuan dan minat siswa.

Tujuan:
Agar pembelajaran menjadi fleksibel, adil, dan mampu menjangkau kebutuhan semua peserta didik secara personal.

3. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Strategi

Fleksibel Aksi:

  • Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kelompok fleksibel berdasarkan kesiapan atau gaya belajar siswa.
  • Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti diskusi kelompok, eksperimen, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran mandiri.

Tujuan:

Untuk memberi ruang kepada setiap siswa belajar dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhannya dan meningkatkan keterlibatan aktif.

4. Penilaian Autentik dan

Berdiferensiasi Aksi:

Memberikan alternatif bentuk penilaian: proyek, portofolio, presentasi, kuis visual, dan lain-lain.

Menyesuaikan indikator keberhasilan dengan kemampuan awal siswa tanpa menurunkan standar kompetensi.

Tujuan:

Menjamin bahwa hasil penilaian mencerminkan kemampuan individu siswa secara lebih akurat dan adil.

5. Refleksi dan Tindak

Lanjut Aksi:

Melakukan refleksi rutin bersama siswa mengenai proses dan pengalaman belajar.

Mengadakan diskusi antar guru (komunitas praktisi) untuk berbagi praktik baik dan tantangan pelaksanaan diferensiasi.

Tujuan:

Sebagai sarana evaluasi untuk menyempurnakan strategi pembelajaran berdiferensiasi secara berkelanjutan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.