...Ketika seseorang menyadari manfaat bacaan, maka ia akan mencintai kegiatan membaca dan menjadikannya kebiasaan yang berkelanjutan
Jakarta (ANTARA) - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) memacu gerakan literasi lewat Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), inisiatif untuk menjadikan perpustakaan bukan hanya sebagai ruang membaca, melainkan ruang untuk mengembangkan kreativitas masyarakat.
Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, menyampaikan TPBIS hadir untuk mengubah stigma lama perpustakaan dan pustakawan.
"Melalui TPBIS, masyarakat dituntut menjadi lebih kreatif berkat adanya keterlibatan banyak pihak. Kegiatan-kegiatan di TPBIS ini pada hakikatnya untuk memfasilitasi kegiatan literasi tingkat tinggi yaitu kreativitas," katanya.
Menurutnya, kreativitas yang difasilitasi TPBIS memberi harapan baru bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
"Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh tingkat literasi yang dimiliki, mulai dari mengenali, memahami, menerapkan, menganalisis, menyintesis, mengevaluasi, hingga pada tahap tertinggi yaitu menciptakan sesuatu," paparnya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa kegiatan membaca tetap menjadi fondasi utama dalam menjalankan berbagai Program TPBIS. Para pengelola TPBIS diminta untuk selalu memulai setiap program dengan kegiatan membaca.
"Ketika seseorang menyadari manfaat bacaan, maka ia akan mencintai kegiatan membaca dan menjadikannya kebiasaan yang berkelanjutan," ucap Aminudin.
Ia berharap, melalui forum ini akan ada berbagai replikasi dari pemerintah daerah di 385 kabupaten/kota, 2.496 desa dan kelurahan, serta 34 provinsi yang telah menjalankan Program TPBIS, sehingga TPBIS dapat menjadi contoh bagi pihak lain melalui proses belajar bersama dan pembelajaran sejawat (peer learning).
Sementara itu, Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Adin Bondar menyampaikan pemanfaatan program TPBIS oleh masyarakat menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
"Perpustakaan di kabupaten/kota menunjukkan peningkatan kunjungan yang lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Total masyarakat yang terlibat dalam program TPBIS sekitar delapan juta orang," kata Adin.
Adin mengemukakan, replikasi program TPBIS telah dilakukan secara luas di berbagai daerah yang hingga saat ini telah berjalan di 3.237 perpustakaan (kabupaten/kota dan desa), dengan dukungan 236 pelatih ahli, 1.384 fasilitator daerah, serta regulasi daerah yang semakin kuat.
"Sebanyak 30 peraturan daerah telah menetapkan TPBIS sebagai program prioritas. Selain itu, ada 83 peraturan kepala daerah, dan 45 peraturan desa/kelurahan yang juga menetapkan program ini sebagai prioritas," paparnya.
Sedangkan Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas), Didik Darmanto, menyampaikan pentingnya kolaborasi berbagai pihak yang terarah dan berkesinambungan dalam membangun literasi bangsa.
"Bappenas merumuskan enam pilar utama sebagai landasan kolaborasi yaitu integrasi kebijakan, koordinasi lintas sektor, pendanaan bersama (co-financing), inovasi program, keberlanjutan program, serta akuntabilitas dan transparansi," kata Didik.