TRIBUN-BALI.COM - Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Jembrana membentuk tim anti bullying di masing-masing sekolah yang ada.
Adalah sebagai antisipasi terjadi kasus bullying yang dilakukan oleh teman di sekolah hingga berakibat fatal. Apalagi, belum lama ini seorang siswi di Jembrana terpaksa putus sekolah karena diduga jadi korban bullying teman sebayanya.
Kepala Disdikpora Jembrana, I Gusti Putu Anom Saputra mengatakan, seorang siswi asal Kecamatan Pekutatan yang sebelumnya diduga sebagai korban bullying di sekolahnya tersebut telah didaftarkan untuk melanjutkan pendidikan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
"Sudah kita daftarkan yang bersangkutan (NKA). Karena siswi tersebut ingin lanjut (pendidikan) di kejar paket," ungkap Anom saat dikonfirmasi, Kamis (18/9).
Dia melanjutkan, sebagai antisipasi hal serupa di kemudian hari, pihaknya telah menginstruksikan masing-masing sekolah untuk membentuk tim. Meskipun bukan tim khusus, sekolah bakal melakukan pencegahan kasus bullying dalam bentuk apapun di sekolahnya masing-masing.
"Kita sudah bentuk tim di masing-masing sekolah. Bukan tim khusus, tapi kita tegaskan agar sekolah lebih aware atau peduli lagi terhadap kasus serupa dan melakukan pencegahan," ungkapnya.
Birokrat asal Tabanan ini juga mengakui telah melakukan sosialisasi anti kekerasan dan bullying di sekolah yang ada di Gumi Makepung. Selain tim intern Disdikpora serta masing-masing sekolah, juga menggandeng Dinas PPAPPKB serta tim dari Kejaksaan Negeri untuk melakukan sosialisasi.
"Jadi ini bentuk kolaborasi untuk mencegah bersama-sama. Tapi yang paling berperan penting adalah masing-masing sekolahnya untuk mengawasi tingkah laku dari siswa siswinya di sekolah," tandasnya.
Untuk diketahui, sebelumnya seorang siswi SMPN di Kecamatan Pekutatan, Jembrana terpaksa putus sekolah karena diduga jadi korban bullying atau perundungan oleh teman-temannya di sekolah. Siswi yang diketahui berinisial NKA (14) ini sudah enam bulan tak sekolah. Selama menerima perundungan, ia juga bahkan pernah sakit bahkan jatuh pingsan kemungkinan karena trauma yang terlalu luar biasa.
Pasca informasi ini beredar, tim gabungan bidang PPA kemudian mengunjungi rumah NKA di Kecamatan Pekutatan. Selain memberikan semangat moril, juga melakukan pendampingan hingga pelaksanaan konseling di RSU Negara.
Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Badung terus memperkuat pengelolaan pendidikan inklusif di sekolah-sekolah. Bahkan kini untuk mencegah adanya bullying pihak Disdikpora melibatkan psikolog dan peran orang tua.
Bahkan penanaman remaja tangguh mental sehat, sudah dilakukan saat pelaksanaan siswa baru. Diharapkan siswa tidak ada saling bullying antar siswa, mengingat saat ini sekolah harus mampu menerima siswa berkebutuhan khusus.
Kabid Sekolah Dasar Disdikpora Badung, Rai Twistyanti Raharja tidak menampik hal itu. Pihaknya mengaku seluruh sekolah di Badung diharapkan mampu menerima peserta didik berkebutuhan khusus.
"Dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB), tersedia jalur afirmasi sebanyak 5 persen bagi siswa inklusi. Namun, kenyataannya tidak bisa dibatasi hanya di awal, karena sering kali anak terdeteksi berkebutuhan khusus saat sudah berada di tengah masa pendidikannya," jelas Rai Twistyanti, Kamis 18 September 2025
Untuk mendapatkan pelayanan yang baik di sekolah, termasuk menjaga hubungan baik antar siswa, Disdikpora Badung menyiapkan enam tenaga ahli psikolog yang bertugas melakukan asesmen, konseling, dan pendampingan siswa.
Selain itu, terdapat 17 Guru Pendamping Khusus (GPK) yang disebar secara mobile untuk membantu proses belajar di berbagai sekolah."GPK tidak memiliki kapasitas asesmen, namun mereka fokus mendampingi pembelajaran. Sedangkan asesmen dilakukan oleh psikolog dinas," jelasnya.
Sejak tiga tahun terakhir, Disdikpora juga memberikan pelatihan khusus kepada guru wali kelas melalui Diklat Pendampingan Belajar Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus.
Program ini bertujuan agar setiap sekolah memiliki guru, yang mampu melakukan skrining awal dan pendampingan dasar.
Bahkan seluruh kegiatan tersebut, terintegrasi dalam Unit Layanan Disabilitas (ULD) Kabupaten Badung yang dapat dipantau masyarakat melalui akun Instagram @sapainklusibadung.
"Jadi kami sangat berharap semua sekolah bisa menerima siswa berkebutuhan khusus, begitu juga gurunya sudah siap," ucapnya.
Terkait pencegahan kasus perundungan terhadap siswa disabilitas, Rai Twistyanti menegaskan pihaknya juga rutin melakukan sosialisasi ke siswa dan menggelar seminar parenting bagi orang tua.
"Jika ada kasus bullying, psikolog langsung turun melakukan konseling, baik kepada korban maupun pelaku. Peran orang tua sangat penting, sehingga kami libatkan mereka melalui seminar parenting dengan narasumber psikolog dinas,” ujarnya sembari mengatakan, Badung menargetkan terciptanya lingkungan sekolah yang ramah anak sekaligus inklusif bagi semua peserta didik. (*)