BOLASPORT.COM - Pelatih Irak, Graham Arnold, disebut memperkenalkan filosofi baru untuk tim berjulukan Singa Mesopotamia tersebut. Ini pun bisa jadi keuntungan buat Timnas Indonesia jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Pelatih asal Irak, Nather Al-Khatib, mengatakan memuji bahwa kehadiran pelatih asal Australia Graham Arnold telah membuat harapan baru buat mereka.
Ini karena setelah Graham Arnold menukangi empat tim bersama Irak, mereka berhasil mencatatkan tiga kemenangan dan sekali kalah.
Ini menjadi catatan bagus buat Irak, yang bakal kembali berjuang di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Irak dalam ajang ini bergabung dalam Grup B Kualifikasi Piala Dunia 2026 bersama Arab Saudi dan Timnas Indonesia.
Turnamen ini dijadwalkan bakal bergulir di Jeddah, Arab Saudi, pada Oktober 2025 mendatang.
Jelang menghadapi ajang ini, Irak telah menjalani laga uji coba dengan tampil di King’s Cup 2025 Thailand.
Irak tampil dalam turnamen ini berharap bisa belajar dari gaya permainan Thailand yang dinilai mirip dengan Timnas Indonesia.
Untuk itu, pelatih asal Irak Nather Al-Khatib menilai bahwa tim asuhan Graham Arnold telah belajar banyak hal di Thailand.
Bahkan mantan pelatih Timnas Australia yang belum lama bergabung dengan tim pun bisa memanfaatkan itu dengan mendatangkan banyak pemain baru.
Oleh karena itu, Graham Arnold dinilai memiliki banyak keuntungan saat tampil di King’s Cup 2025 Thailand, karena bisa memantapkan teknik bermain dengan para pemain yang baru dipanggil juga.
Namun, Nather Al-Khatib mengatakan ada hal yang patut dikhawatirkan juga dari skuad Irak.
Menurutnya, jelang menghadapi Arab Saudi dan Timnas Indonesia, Irak dinilai masih memiliki banyak kekurangan, salah satunya posisi bek dan lini tengah.
Untuk posisi bek memang salah satunya yang dapat kepercayaan yakni pemain Persib Bandung Frans Putros.
Namun, pemain Persib itu mendapat kartu merah saat lawan Thailand di final King’s Cup, sehingga ini menjadi sorotan bagi pengamat sepak bola Irak.
Bahkan legenda Irak beberapa waktu lalu berharap Graham Arnold bisa lebih pintar lagi dalam memilih pemain untuk menghadapi Timnas Indonesia dan Arab Saudi.
Pasalnya, laga ini menjadi penentu buat Irak apabila ingin lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.
“Hal yang mengkhawatirkan di tim nasional Irak adalah berlanjutnya masalah lama yang belum terselesaikan, terutama ketiadaan bek tengah yang benar-benar mumpuni dan minimnya stok pemain di posisi bek kanan,” ujar Nather Al-Khatib sebagaimana dikutip BolaSport.com dari media Irak, Winwin, Jumat (19/9/2025).
Nather Al-Khatib menyoroti bahwa ini bisa menjadi kelemahan buat Irak yang dapat dimanfaatkan tim-tim lawan.
Untuk itu, ia menilai bahwa Arnold harus bisa memperbaiki celah atau kekurangan Irak ini agar bisa tampil maksimal pada Oktober nantinya.
“Saya rasa pelatih timnas tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini dalam waktu singkat,” ucap Nather Al-Khatib.
“Ia mungkin butuh waktu bertahun-tahun dan pemantauan lebih cermat terhadap kompetisi liga Irak untuk menemukan pemain berbakat yang mampu menutup celah besar itu.”
Tak hanya bek, tetapi Nather Al-Khatib juga menyoroti lini tengah Irak yang dinilai masih kurang solid dalam membangun serangan.
Menurut Nather Al-Khatib ini menjadi hal yang tak mudah, karena Graham Arnold dalam empat pertandingan yang dipimpinnya masih terus bereksperimen.
Untuk itu, Nather Al-Khatib mengakui bahwa laga melawan Arab Saudi dan Timnas Indonesia tak akan mudah.
Pasalnya, Graham Arnold juga membawa filosofi baru sejak menukangi Irak, sehingga tim dinilai masih berusaha untuk terbiasa dengan filosofi baru ini.
Nather Al-Khatib memang memuji filosifi baru Graham Arnold ini berbeda dari era pelatih-pelatih sebelumnya.
Namun, ia tak bisa menutup mata, bahwa Irak masih memiliki sejumlah kelemahan yang justru bisa menjadi keuntungan tim lawan.
Pasalnya, Nather Al-Khatib menilai bahwa masalah dasar Irak belum bisa diatasi Arnold, sehingga ini pun bisa membuka peluang buat Timnas Indonesia maupun Arab Saudi.
“Lini tengah tim nasional Irak butuh organisasi yang lebih baik. Walau sektor ini dianggap sebagai sumber kekuatan, tetap saja masih kurang padu dan belum ada kesinambungan permainan di antara pemain inti,” kata Nather Al-Khatib.
“Terlebih, pelatih masih terus bereksperimen dan belum menemukan susunan yang bisa memberinya kunci kemenangan pada laga-laga sulit di playoff, ketika Irak akan menghadapi dua sekolah sepak bola Asia yang berbeda,” jelasnya.
Walaupun Nather Al-Khatib memuji bahwa Arnold memberikan warna berbeda dengan filosofi counter-pressing.
Bahkan pelatih Irak itu menyebut bahwa serangan cepat yang diterapkan tim berjalan dengan baik.
“Arnold baru memimpin Irak dalam empat pertandingan, dan dengan kondisi serta waktu yang terbatas, tidak adil menilainya saat ini,” ungkap Nather Al-Khatib.
“Namun, yang patut dicatat adalah kemampuannya memperkenalkan falsafah baru di tim yaitu perolehan bola kembali dengan cepat.”
“Setiap kali Irak kehilangan bola, mereka bisa merebutnya kembali hanya dalam waktu tujuh detik. Falsafah ini tidak pernah ada di era pelatih sebelumnya,” tuturnya.
Walaupun Graham Arnold membawa filosofi baru yang bisa membuat Irak lebih berbahaya, masa transisi dan adaptasi justru bisa menjadi jelah bagi Timnas Indonesia.
Pasalnya, Singa Mesopotamia masih mencari kestabilan jelang laga berat melawan dua wakil Asia yang memiliki karakter berbeda yakni Timnas Indonesia dan Arab Saudi.
Apalagi pelatih Irak sendiri melihat tim asuhan Graham Arnold masih memiliki banyak kekurangan, sehingga situasi ini pun bisa jadi keuntungan buat Jay Idzes dan kawan-kawan.
Apabila tim asuhan Patrick Kluivert mampu memanfaatkan kekurangan Irak ini, bukan tak mungkin Timnas Indonesia buat kejutan nantinya.