Perempuan Sukabumi Jadi Korban Perdagangan Manusia di China, Gubernur Dedi Mulyadi Segera Turun Tangan!
Faza Anjainah Ghautsy September 19, 2025 07:34 PM

Grid.ID- Seorang perempuan di Sukabumi diketahui jadi korban perdagangan manusiadi China. Gubernur Dedi Mulyadi kemudian segera turun tangan.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi diketahui akan memberikan atensi khusus terhadap kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) jaringan internasional. Kejadian ini diketahui dialami oleh RR (23), perempuan asal Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi.

"Kemaren kan ada TKI yang di Korea nggak bisa pulang kita pulangin. Hari ini ada masalah lagi ya kita tangani," kata Dedi.

Terkait kasus perdagangan manusia tersebut, dia menyebutkan akan berkoordinasi dengan Polda Jawa Barat dan Mabes Polri. Dia berharap agar hal ini bisa segera ditangani.

"Nanti saya akan berkoordinasi dengan Polda dan Mabes Polri, harus cepet ditanganin, kalau hari ini hambatannya di mana, nanti kita telepon hambatannya di mana" kata Dedi, dilansir dari TribunJabar.id.

Sebelumnya, diwartakan bahwa RR menjadi korban TPPO setelah berkenalan dengan seseorang di media sosial. Dia tergiur dengan tawaran pekerjaan dengan gaji yang tinggi.

Kuasa hukum korban, Rangga Suria Danuningrat, menyampaikan bahwa kliennya tidak berangkat sendiri, melainkan bersama rekannya dari Sukabumi dan kelompok sindikat yang diduga terlibat dalam TPPO. Dia menduga ada empat orang yang menjadi bagian dari sindikat tersebut.

"Berdasarkan keterangan saksi, RR itu bareng sama temannya. Masalahnya temannya ikut ke sana atau tidak, kalau ikut berarti hilang jejak. Tapi kalau tidak ikut, minimal dia bisa jadi saksi. Nanti polisi akan mencari keluarganya," kata Rangga.

Rangga menjelaskan bahwa kasus yang menimpa RR ini awalnya dari perkenalan korban dengan Johan Andri dan adiknya, Yudi. Keduanya diketahui merupakan warga Cugenang, Cianjur.

Mereka lalu mengiming-imingi RR dengan tawaran gaji besar antara Rp15 juta hingga Rp30 juta per bulan untuk bekerja di luar negeri. Tanpa sepengetahuan keluarga, korban akhirnya terjerat bujuk rayu itu.

"Keluarga sama sekali tidak tahu bahwa RR berkenalan dengan orang di media sosial. Bahkan saat keberangkatan pun tidak tahu. Orang tua hanya mengira RR ngekos di Cikembar, dekat pabrik tempatnya bekerja," jelas Rangga.

Korban perdagangan manusia di China ini, terakhir kali pulang ke rumahnya di Cibatu pada 26 April 2025. Setelah itu, RR kembali ke kosan dan tidak pernah muncul lagi.

"Satu bulan setelah keberangkatan, keluarga masih tenang. Dari situlah awal mula putus kontak dengan RR," ucap Rangga.

Melansir dari Kompas.com, RR diketahui merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya mengalami keterbelakangan mental, sementara kedua orangtuanya sudah lama berpisah.

Adapun, setelah RR menghilang pihak keluarga kemudian mencoba mencarinya ke kosan dan tempat kerjanya pada Juni 2025. Di sana, ternyata RR diketahui sudah lama tak masuk kerja.

Berdasarkan keterangan korban, dia menceritakan bahwa sempat dibawa ke Cianjur, Cugenang, dan Bogor. Selanjutnya, RR dinikahkan dengan pria asal China melalui modus pernikahan palsu.

"Dia mengaku dibawa ke Cugenang lalu dikawinkan dengan orang China lewat modus pengantin. Ada orang yang bertindak sebagai wali. Pasti ada dokumen yang dipalsukan," ungkap Rangga.

"Dia yang jadi penghubung antara orang China dengan jaringan di sini," ungkap Rangga.

Adapun, sindikat ini diduga melibatkan empat orang, yaitu dua warga Cugenang, satu orang di Bogor, dan seorang WNI keturunan Tionghoa di Jakarta. Rangga berharap aparat segera menangkap para pelaku dan memulangkan RR.

Pihak keluarga korban bersama kuasa hukum telah membuat laporan ke Polres Sukabumi Kota. Laporan tersebut tercatat dengan nomor STTLP/B/451/IX/2025/SPKT/Polres Sukabumi Kota/Polda Jawa Barat.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.