TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA- Terjawab sudah misteri pelaku kerusuhan saat demo bulan Agustus lalu di Surabaya.
Polisi membuka sosok pelaku sebenarnya.
Dilansir dari Kompas.com, Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nanang Avianto mengatakan, kerusuhan dalam aksi yang terjadi pada akhir Agustus 2025 lalu bukan dilakukan oleh mahasiswa atau pengemudi ojek online, melainkan oleh kelompok anarkis.
Hal itu disampaikan oleh Nanang saat merilis pengungkapan kasus perusakan akibat aksi kerusuhan di 10 kota di Jatim pada Kamis (18/9/2025) di Gedung Mapolda Jatim.
Nanang mengatakan, pada Sabtu (30/8/2025) siang, sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus di Surabaya menggelar aksi demonstrasi di depan Mapolda Jatim.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, saat itu aksi berjalan lancar meski di akhir sempat diwarnai lempar-lemparan gelas air mineral.
Nanang juga menemui massa dalam aksi tersebut.
Setelah aksi di Mapolda Jatim, sebagian mahasiswa bergeser menggelar aksi di Polrestabes Surabaya.
Namun, aksi tersebut berujung ricuh. Berdasarkan keterangan Nanang, kericuhan di Polrestabes Surabaya bukan dilakukan oleh massa mahasiswa, melainkan oleh kelompok anarkis tak dikenal.
“Murni mahasiswa (penyampaian aspirasi) dan ternyata disusupi kelompok anarko, ada videonya itu. Setelah selesai mereka (mahasiswa) mau pulang tidak boleh (oleh kelompok anarkis),” kata Nanang, Kamis (18/9/2025).
Ia menyebut, sebagian massa dari mahasiswa masuk ke dalam area Polrestabes Surabaya untuk menghindari kerusuhan aksi.
“Karena pada prinsipnya adik-adik mahasiswa saya yakin sebagai calon intelektual yang mempunyai pemikiran yang baik. Begitu juga mengetahui aturan-aturan dalam menyampaikan pendapat,” ucapnya.
Hal yang sama terjadi saat aksi solidaritas di Mapolda Jatim dari kalangan ojek online (ojol).
Nanang mengaku melihat kelompok anarkis yang menyusup dalam gerakan ojol.
“Karena beberapa kegiatan pun sama termasuk ojol. Waktu datang ke Polda saya lihat ada kelompok itu,” tuturnya.
Beruntungnya, saat aksi ojol, kelompok tersebut tidak melakukan gerakan apa pun sehingga aksi solidaritas untuk Affan Kurniawan berjalan tertib.
“Namun tidak melakukan reaksi karena mereka minoritas, tapi untung saja semuanya saling mengingatkan sehingga tidak terjadi hal-hal yang bersifat destruktif dan anarkis,” kata dia.
Nanang menyebut bahwa sebagian besar pelaku yang ditangkap saat kerusuhan aksi merupakan anak di bawah umur dan hanya ikut-ikutan.
“Dan ini juga kami sampaikan bahwa rata-rata kalau yang di bawah umur ini karena ikut-ikutan. Dan kemudian munculnya geng-geng motor ataupun geng-geng yang lain yang kalau saya lihat seperti mencari jati diri,” ucapnya.
Ia menduga bahwa anak di bawah umur atau ABH yang ikut aksi adalah korban provokasi dari paparan media sosial. “Karena mereka, kalau kita lihat, gampang sekali terprovokasi. Karena belum menemukan suatu figur di dalam kelompok itu,” kata Nanang.