Jakarta (ANTARA) - Direktur Rumah Vaksinasi Pusat Elsa Hufaidah menyampaikan bahwa gejala kejadian ikutan pasca-imunisasi yang ringan seperti bengkak di area injeksi dan demam wajar terjadi setelah anak mendapat suntikan vaksinasi.

"Kami selalu menginformasikan bahwa semua vaksin itu memang ada risikonya. Akan tetapi, memang risikonya itu tidak sebanding dengan kalau kita kena penyakitnya," kata Elsa di Jakarta, Sabtu.

Dia mengatakan bahwa gejala seperti demam ringan dan pembengkakan di area injeksi umumnya bisa ditangani sendiri di rumah.

Kalau anak demam ringan setelah mendapat imunisasi, menurut dia, orang tua bisa memberikan kompres hangat. Kompres hangat bisa diletakkan di dahi, lipatan ketiak, atau dada.

"Kalau suhu tubuh lebih dari 38 derajat Celsius baru diberikan obat penurun panas. Tapi kalau di bawah itu, cukup ditangani dengan perawatan sederhana," katanya.

Jika anak mengalami reaksi lokal seperti nyeri dan bengkak di area injeksi, Elsa mengatakan, orang tua bisa memberikan kompres dingin.

Gejala yang bisa muncul setelah anak mendapat imunisasi antara lain nyeri, kemerahan, dan bengkak di bagian tubuh yang disuntik serta sakit kepala, demam, dan tidak enak badan sesaat setelah mendapat vaksinasi.

Menurut informasi yang disiarkan di laman resmi Kementerian Kesehatan, kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang ringan biasanya akan sembuh dalam satu sampai dua hari tanpa diberi obat.

Untuk meredakan efek samping vaksinasi yang ringan, orang tua bisa mengupayakan anak cukup istirahat, memberikan cukup air minum, memberikan obat penurun panas jika perlu, serta memberikan kompres dingin pada bagian tubuh yang nyeri.

Gejala berat juga berpeluang muncul akibat respons sistem imun terhadap vaksin, antara lain syok akibat alergi berat, penurunan trombosit, kejang, dan otot lemah.

Namun, semua gejala itu sangat jarang ditemukan dan bisa diatasi tanpa menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang.