Badung, Bali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, menyelenggarakan ritual upacara Pemahayu Jagat, Mapekelem dan Nangluk Merana pascabencana banjir Bali.

“Prosesi ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam secara niskala, serta memohon keselamatan agar Kabupaten Badung dan Pulau Bali terhindar dari bencana,” ujar Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa di Mangupura, Minggu.

Ia mengatakan ritual upacara tersebut bermakna sebagai wujud menjaga harmoni antara manusia dan alam semesta yang diharapkan dapat membawa manfaat nyata bagi kelestarian alam dan kehidupan masyarakat Badung.

“Semoga apa yang kami lakukan ini berjalan lancar, serta membawa manfaat bagi semua. Inilah bentuk komitmen bersama dalam mewujudkan alam yang gemah ripah loh jinawi,” kata dia.

Bupati Adi Arnawa menjelaskan kejadian bencana banjir Bali yang terjadi Rabu (10/9) lalu itu merupakan momentum refleksi bersama dalam memperbaiki cara mengelola lingkungan.

Menurut dia pembuangan sampah ke sungai dan aliran air harus dihentikan sepenuhnya karena berdasarkan kajian peristiwa banjir tersebut diakibatkan salah satunya karena luapan air adalah sampah yang dibuang sembarangan.

“Bagaimanapun, jika kami salah mengelola alam, dampaknya akan kembali kepada kita sendiri. Hal sederhana yang bisa kita lakukan bersama adalah membuang sampah pada tempatnya,” kata dia.

Ia menambahkan serangkaian kejadian tersebut diharapkan dapat menyadarkan seluruh pihak untuk menjaga alam serta merenungkan berbagai peristiwa yang telah terjadi.

“Harapan kami, setelah pelaksanaan upacara ini kondisi jagat baik di Bali, Badung dapat menjadi lebih seimbang, harmonis, dan lestari,” pungkas Bupati Adi Arnawa.