Ini sejaran dan alasan kenapa gaun pengantin perempuan berwarna putih. Inggris biang keroknya?
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Gaun pengantin perempuan identik dengan warna putih. Tapi, kenapa harus warna itu? Pengantin perempuan yang notabene akan menjadi pusat perhatian dalam pesta, semestinya punya banyak pilihan warna lain seperti oranye, kuning, atau merah yang jauh lebih mencolok?
Dulu, pengantin perempuan bangsawan-bangsawan di Eropa lebih menyukai warna emas, ungu, dan biru untuk gaun pengantinnya. Jarang sekali yang mengenakan warna putih sampai Ratu Victoria (Inggris) menikah dengan Albert dari Saxe-Coburg, pada 1840.
Status Victoria sebagai Ratu Inggris membuat gaun pengantin putih mewah berhiaskan renda Honiton Lace yang dikenakannya dengan cepat menjadi tren. Pernikahan anggota kerajaan Inggris lainnya, seperti pernikahan putri Victoria, dan anak tirinya, Alexandra dari Denmark kemudian mengikuti tradisi Victoria, yakni mengenakan gaun putih.
Naiknya jumlah kelas menengah di Inggris pada abad ke-19 juga ikut berkontribusi pada popularitas gaun pengantin wanita yang berwarna putih. Kelas menengah ini berusaha meniru gaya kelas atas yang notabene keluarga Kerajaan Inggris.
Pada sisi lain, warna putih adalah sinonim dengan kesucian dan keperawanan. Apalagi, Ratu Elizabeth I, ratu legendaris Inggris pada abad ke-16 sangat gemar mengenakan gaun warna putih. Dia terkenal sebagai ratu yang terus perawan hingga meninggal. Tak pelak, kombinasi antara keanggunan bangsawan dan simbol keperawanan membuat warna putih menjadi warna “wajib” gaun pengantin wanita dalam pernikahan tradisi Barat.
Tren gaun pengantin 2025
Lalu bagaimana tren gaun pengantin 2025?Gaun simpel disebut kembali menjadi tren gaun pengantin di tahun ini. Giovani Chan, Founder House of Luxury, menjelaskan bahwa orang-orang menggemari gaun dengan desain yang polos dan simpel. “Orang-orang kebanyakan lebih pengin gaun yang simpel,” ujarnya saat ditemui Kompas.com pada acara Bridestory Market di ICE BSD, Tangerang Selatan, Sabtu (8/2/2025).
2024, para pengantin tertarik dengan gaun-gaun berwarna lembut seperti soft blue dan soft pink. Namun, memasuki tahun 2025, mereka cenderung memilih desain yang simpel dan elegan. Dengan model mermaid atau H-line, gaun tersebut cocok digunakan calon pengantin yang ingin tampil sederhana.
Model ini juga membuat pengantin terlihat anggun tanpa harus menambahkan banyak detail. “Sekarang orang lebih suka yang simpel. Jadi lebih ke mermaid, H-line, atau bahkan yang benar-benar polos, seperti satin,” jelasnya.
Perubahan tren ini dipengaruhi oleh preferensi pribadi calon pengantin. Jika dahulu pemilihan gaun sering disesuaikan dengan venue pernikahan, kini tren tersebut bergeser. Saat ini, model gaun disesuaikan sepenuhnya dengan selera pengantin.
“Kalau dulu, venue menentukan model gaunnya. Tapi sekarang lebih mengikuti keinginan klien, bukan soal venue lagi,” ujar Giovani. Hal ini membuat para pengantin lebih leluasa mengekspresikan gaya mereka. Mereka juga bisa menyesuaikan gaun dengan perkembangan tren sehingga terlihat lebih modern.
Gaun pengantin tradisional juga tak kalah keren
Tapi jangan salah, gaun pengantin tradisional juga tak kalah kerennya. Dan lebih dari itu, ia berkharisma dan sarat makna dan tak akan ada habisnya ditelusuri. Setidaknya pesan pelestarian tradisi inilah yang ingin disampaikan dalam talkshow oleh Himpunan Busana Nusantara dalam rangkaian acara Indonesian Traditional Wedding and Cultural Exhibition Mahligai Megah Nusantara, di Ballroom Shangri-La Hotel, Jakarta, Minggu (15/8/2010) lalu.
Busana pengantin mangkunegara khas Puro Mangkunegaran Surakarta, mengawali talkshow ini. Rosati Kadarisman, puteri dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro VII Puro Mangkunegara Surakarta, menjelaskan makna di balik pakem busana pengantin tradisional Jawa.
Kebaya hitam panjang dipadukan kain motif cinde atau sidomukti biasanya dipakai puteri dalem. Kain sidomukti contohnya, mengandung makna dan harapan agar hidupnya mukti atau sakti, dalam artian pernikahan akan langgeng. Setiap motif kain yang digunakan pengantin dan keluarga memiliki filosofi tersendiri.
Begitupun dengan aksesori dan riasan yang diaplikasikan pada pengantin perempuan. Hiasan paes pada kening mempelai puteri punya makna. Bentuk bulat melambangkan anak perempuan.
"Para pujangga dahulu menggambarkan bentuk paes menjadi seni yang indah dan memiliki makna," jelas Jatmiko Hamijoyo, cucu dari Mangkunegoro VII, penerus tradisi pengantin Mangkunegaran saat talkshow.
Lain lagi dengan adat tradisi pengantin Minang. "Busana pengantin minang didominasi warna cerah dan meriah. Busana dan aksesorinya memiliki filosofi, dan agak sulit membuat busana pengantin puteri minang. Satu busana bisa dibuat dalam waktu 3-6 bulan. Karenanya busana pengantin minang biasanya dipakai turun-temurun," kata Ida Hasyim Ning, Ketua Himpunan Ratna Busana.
Warna dominan pada busana pengantin khas minang adalah merah yang maknanya kebahagiaan. Mendapatkan menantu menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga minang. Selain merah, warna khas lain dari busana pengantin minang adalah emas.
Namun begitu, warna lain yang juga sering digunakan adalah biru atau hijau. Ciri khas lain pengantin minang adalah aksesori di bagian kepala, yang terdiri atas 140 bunga sunting. "Perempuan minang memiliki rambut yang tebal. Jadi dianggap cukup kuat untuk menyangga bunga sunting," jelas Ida.
Kekayaan tradisi dari ragam busana pengantin hanya akan lestari jika dipelihara pengguna dan para penyedia jasa busana pengantin tradisional.