SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sebanyak 51 guru dan tenaga pendidik Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School, Banda Aceh, mengikuti Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) yang digelar oleh Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A), Sabtu (20/9/2025). Pelatihan sehari penuh ini berlangsung di Multipurpose Hall sekolah tersebut, menghadirkan dokter dan perawat profesional sebagai trainer.
Pelatihan difokuskan pada keterampilan dasar yang sering ditemui di sekolah, seperti menangani mimisan, pingsan, luka terbuka, keseleo, hingga penanganan darurat saat terjadi cedera di kelas maupun lapangan olahraga. Kegiatan ini dimulai dengan pre-test, pembekalan teori, praktik kelompok, serta ujian praktik 1-on-1 untuk mengukur keterampilan peserta, diakhiri dengan post-test.
“Guru adalah garda terdepan yang setiap hari bersama anak-anak. Dengan keterampilan P3K, mereka dapat memberikan pertolongan pertama yang tepat sebelum tenaga medis tiba,” ujar dr Imam Maulana, First Aider Trainer GEN-A.
Salah satu fokus pelatihan adalah meluruskan praktik-praktik keliru yang masih banyak ditemui di masyarakat.
Seperti pada saat anak mengalami mimisan misalnya, banyak orang tua/ guru masih menyarankan anak mendongakkan kepala ke belakang.
Padahal, cara ini berisiko membuat darah masuk ke saluran pernapasan. Prosedur yang benar adalah dudukkan anak dengan posisi tegak sedikit menunduk, lalu tekan lembut bagian cuping hidung selama 10 menit tanpa jeda. Jika mimisan tidak berhenti setelah 15 menit atau terjadi berulang, segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Sedangkan pada kejadian pingsan, tidak jarang kita melihat penolong memberikan bebauan ke hidung korban dengan harapan dapat membantu korban sadar. Padahal ini berisiko karena kita tidak tahu apa korban memiliki alergi terhadap kandungan zat bebauan yang digunakan.
Jika pingsan, prosedur yang tepat adalah mengamankan korban, lalu membaringkannya pada posisi terlentang, meninggikan kaki, dan melonggarkan pakaian. Setelah sadar, biarkan korban tetap berbaring, jangan buru-buru diberdirikan.
Pada kasus keseleo, masih banyak orang yang langsung mengurut pada bagian yang keseleo. Padahal, mengurut bagian yang cedera justru dapat memperparah kerusakan jaringan. Prosedur yang benar adalah dengan metode RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation), yakni mengistirahatkan bagian yang cedera, mengompres dengan es, membalut dengan perban elastis, dan meninggikan bagian yang keseleo.
“Niat baik menolong tetapi dilakukan dengan cara yang salah dapat memperparah kondisi korban. Itulah mengapa pelatihan seperti ini sangat penting, agar guru tidak hanya tahu, tetapi juga terampil mempraktikkan cara pertolongan yang benar,” kata Ns. Farhan Saputra, S.Kep, salah satu trainer First Aid GEN-A.
Di banyak negara, keterampilan P3K bahkan sudah menjadi kurikulum wajib sejak usia dini. Anak-anak di taman kanak-kanak hingga sekolah dasar dibekali pemahaman dasar tentang cara meminta bantuan, melakukan pertolongan sederhana, hingga mengenali situasi darurat.
Guru juga diwajibkan mengikuti pelatihan rutin agar siap menghadapi situasi apa pun. Dengan begitu, setiap sekolah memiliki budaya kesiapsiagaan dan keamanan yang lebih terjaga.
Negara-negara seperti Australia mewajibkan sertifikasi pertolongan pertama bagi guru, dengan persyaratan yang bervariasi di setiap negara bagian dan pemberi kerja. Di Selandia Baru, semua staf sekolah diwajibkan mengikuti pelatihan pertolongan pertama, sementara di Amerika Serikat, persyaratan sertifikasi wajib ditetapkan di tingkat negara bagian.
Pelatihan di Banda Aceh ini diharapkan menjadi titik awal agar keterampilan serupa dapat lebih luas diintegrasikan ke dunia pendidikan di Indonesia, khususnya Aceh.
Sejumlah guru peserta pelatihan mengaku pengalaman ini sangat bermanfaat. “Sungguh kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami para guru , terutama bagi kami wali kelas yang berhadapan langsung dengan anak-anak” ujar Fitri, salah satu peserta yang juga guru SD TNA Fatih Bilingual School.
“Kegiatan hari ini sangat bermanfaat, kita ingin guru-guru dan staf memiliki kompetensi dan kualifikasi dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Semoga kegiatan kedepannya dapat memberikan manfaat kepada khalayak ramai” tutur Muhammad Iqbal, Kepala Sekolah SMA TNA Fatih Bilingual School.
Direktur Eksekutif GEN-A, dr. Imam Maulana, menekankan bahwa kesiapan menghadapi keadaan darurat bukan hanya tanggung jawab tenaga kesehatan, tetapi juga masyarakat luas. Pelatihan guru ini menjadi bagian dari upaya membangun budaya siaga dan sadar kesehatan sejak lingkungan pendidikan.
“Di luar negeri, anak-anak tumbuh dengan pemahaman bahwa menolong itu kewajiban dan keterampilan hidup. Kita pun bisa membangun budaya yang sama di Aceh, dimulai dari sekolah dan para guru” kata dr Imam Maulana.
“GEN-A telah mengembangkan berbagai inovasi terkait P3K seperi Santri Dayah First Aider (SADAR), Remaja First Aider (RAIDER), dan Unit Kesehatan Panti Asuhan (UKPA) sebagai wujud kepedulian dan tanggungjawab keilmuan kami,” tambahnya.
“Harapan kami, setiap guru di Aceh memiliki keterampilan P3K, sehingga sekolah menjadi tempat yang aman, ramah anak, dan siap menghadapi situasi darurat,” jelas dr Imam Maulana.(rel/*)