TRIBUNJATIM.COM - Para ibu-ibu yang mendominasi warga Desa Tembongraja, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kompak gotong royong membantu memperbaiki jalan yang rusak, Minggu (21/9/2025).
Ibu-ibu tersebut melakukan penggalangan dana di lokasi jalan rusak yang menghubungkan enam desa.
Mereka rela menjual hewan ternaknya seperti bebek dan entok demi melihat jalan di desanya mulus.
Aksi tersebut dilakukan sebagai protes kepada pemerintah karena jalan yang rusak selama 18 tahun tak kunjung diperbaiki.
Warga mengaku geram terhadap Pemerintah Kabupaten Brebes yang tak kunjung merealisasikan janjinya untuk memperbaiki jalan Kabupaten yang kondisinya rusak parah.
Mereka pun akhirnya bergotong royong dan terpaksa memperbaiki jalan rusak dengan cara swadaya.
Warga juga menggalang dana untuk memperbaiki jalan yang berstatus jalan Kabupaten ruas Salem-Tembongraja sepanjang kurang lebih enam kilometer.
Di bawah terik matahari, mereka bersemangat demi memiliki jalan yang bagus.
Sebab, sudah 18 tahun jalan tersebut rusak dan tak kunjung diperbaiki.
Pantauan Tribun Jateng di lokasi perbaikan jalan, warga terlihat bersemangat.
Mereka bahu membahu menata batu material yang akan digunakan untuk lapisan dasar jalan yang rusak.
Selain itu, ada juga ibu-ibu yang meminta sumbangan kepada pengendara yang melintas di lokasi perbaikan jalan.
Ada juga warga yang membersihkan rerumputan, menurunkan dan menata material batu belah dan batu split, hingga menyediakan konsumsi untuk aksi tersebut.
Perwakilan ibu-ibu, Farida mengatakan, warga sudah bosan dengan kondisi jalan rusak yang belasan tahun tak kunjung diperhatikan oleh pemerintah daerah.
Ia menyebut, warga merasa dikucilkan, sehingga mereka inisiatif melakukan perbaikan jalan rusak secara swadaya dengan menggalang dana.
"Dari saya kecil sampai sekarang belum diperhatikan. Kami bergotong royong sebisa kami untuk melakukan perbaikan jalan rusak ini," ujarnya di sela kegiatan.
Warga lain, Eko Sucarko mengungkap, hampir 18 tahun jalan rusak tersebut tidak tersentuh pemerintah untuk dilakukan perbaikan.
Menurut Eko, warga dan pemerintah desa sudah berupaya untuk menyampaikan keluhan jalan rusak, baik melalui anggota DPRD maupun pemerintah daerah.
"Hasilnya cuma dijanjikan dijanjikan tapi tidak pernah ada realisasi."
"Perbaikan ini swadaya, ada jual entok, ada yang jual bebek ada yang jual entok, kalau tidak percaya tanya saja pada warga."
"Jadi kami mengerahkan semua masyarakat untuk berpartisipasi untuk menunjukkan sikap moral kami kepada pemerintah."
"Selama ini kami patuh bayar pajak, kepala desa juga selalu menginstruksikan bayar pajak," katanya.
Perbaikan jalan tersebut, ungkap Eko, dilakukan secara swadaya.
Bahkan, ada warga yang terpaksa menjual hewan ternak untuk ikut berpartisipasi melakukan perbaikan jalan rusak.
Eko menyebut, perbaikan jalan rusak ini akan dilakukan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan warga.
"Beberapa pengendara juga sering kecelakaan di sini, khususnya pengendara sepeda motor," lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Desa Tembongraja, Abdul Kholik mengaku, dirinya selalu menyampaikan keluhan warga ini saat mengikuti musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), baik di tingkat Kecamatan maupun Kabupaten.
"Kami cuma minta perbaikan satu jalan Kabupaten tapi sampai sekarang belum ada perbaikan dan hanya dijanjikan," katanya.
Dia melanjutkan, ruas jalan tersebut sudah dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Brebes dengan anggaran pemeliharaan senilai Rp500 juta untuk tahun ini.
Namun, terkait dengan realisasi perbaikan jalan rusak tersebut, dirinya menyebut selalu hanya dijanjikan.
"Kemarin katanya mau dibetulkan setelah Hari Raya Lebaran bulan April. Kemudian tanya lagi katanya nanti bulan delapan."
"Sampai sekarang bulan sembilan belum diperbaiki. Akhirnya warga kesal karena banyak anak yang jatuh saat sekolah," ungkapnya.
Kades menjelaskan, pihaknya berinisiatif bersama warga untuk melakukan perbaikan secara swadaya.
Namun, pihaknya mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Brebes yang telah berniat untuk melakukan perbaikan.
Meskipun, saat ini baru sebatas janji.
"Kami iuran dengan warga untuk melakukan perbaikan jalan ini semaksimal mungkin," pungkasnya.
Sementara itu, di Jawa Timur, warga Desa Kombangan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, bergerak mandiri patungan memperbaiki jalan yang rusak selama 10 tahun.
Padahal jalan tersebut dekat rumah Bupati Bangkalan, Lukman Hakim, dan tiap hari dilewati oleh sang pejabat.
Namun, nyatanya jalan rusak tersebut juga tak kunjung diperbaiki.
Kondisi tersebut sudah berlangsung kurang lebih 10 tahun.
Adapun jalan tersebut yang menghubungkan Desa Kombangan ke Desa Katol, Kecamatan Geger.
Diketahui, jalan Kabupaten tersebut merupakan akses utama warga setempat.
Bahkan, di jalan ini juga Bupati biasa melintas saat pulang ke rumahnya di Desa Katol.
Akhirnya, warga melakukan perbaikan secara swadaya.
Koordinator gotong royong, Lutfinul Hakim mengaku, jalan di desanya sudah sejak 10 tahun terakhir tak pernah diperbaiki.
Ia bersama warga desa sudah melakukan perbaikan dengan material seadanya beberapa kali.
Namun, jalan kini rusak parah sehingga warga desa kembali memperbaiki secara swadaya.
"Itu sudah lama rusak, sekitar 10 tahun belum diperbaiki oleh pemerintah," ujarnya, Selasa (20/5/2025), dikutip dari Kompas.com.
"Jadi kami pernah perbaiki, sudah rusak lagi karena memang materialnya enggak kuat."
"Lalu sekarang kami perbaiki lagi karena rusak parah," imbuh Lutfinul
Kerusakan jalan semakin diperparah oleh kondisi hujan yang kerap mengguyur desa tersebut.
Akibatnya, material jalan terkikis dan terbawa air hujan, sehingga jalan semakin rusak dan berlubang.
"Karena kami tunggu tidak kunjung ada perbaikan, maka selama seminggu kami buka donasi di jalan untuk biaya perbaikan ini," imbuhnya.
Selama seminggu, uang terkumpul sekitar Rp6 juta, dan beberapa warga turut menyumbang bahan material.
Setelah dana terkumpul, warga bergotong-royong melakukan perbaikan jalan.
"Totalnya sekitar Rp6 juta, ada juga yang ngasih material, salah satunya kepala desa nyumbang semen," ucapnya.
Setelah dikerjakan selama dua hari, jalan penghubung dua desa tersebut kini bisa dilalui.
Meski begitu, diperkirakan hasil perbaikan tak bertahan lama, sebab tidak menggunakan aspal.
"Ya, kami cuma bisa berharap segera diperbaiki oleh pemerintah."
"Rumah Pak Bupati juga di Katol, jadi kalau ke sana lewat jalan ini juga," ungkapnya.