Jakarta (ANTARA) - Sejumlah penyandang disabilitas turut dilibatkan dalam aksi daur ulang, khususnya baju bekas, menjadi produk bernilai seni dan ekonomi

Menurut Pendiri program Bersibersilemari Aisyah Winna, penyandang disabilitas saat ini bukan semata dipandang sebagai penerima manfaat, namun juga sebagai penggerak di bidang lingkungan.

"Teman-teman disabilitas bukan hanya jadi penerima manfaat, tetapi juga penggerak di bidang lingkungan," kata Aisyah di Jakarta, Jumat.

Dia memaparkan penyandang disabilitas dalam program Bersibersilemari bernaung dalam Yayasan Teman Hebat Berkarya. Mereka dilatih sesuai kemampuannya masing-masing, seperti menjahit dan upcycle, yakni mengubah produk atau limbah menjadi barang baru yang memiliki nilai lebih tinggi dan fungsi yang lebih baik.

Dalam kaitannya dengan upcycle baju bekas, sambung dia, sebagian penyandang disabilitas menggunakan mesin jahit, sementara lainnya tidak. Mereka yang tidak menggunakan mesin jahit dapat menerapkan teknik mengepang, misalnya untuk membuat gantungan kunci atau hiasan dinding.

"Di sini membuktikan bahwa teman-teman disabilitas juga terlibat dalam isu lingkungan, memiliki kepedulian sama seperti kita," ujar Aisyah.

Saat ini, dia menuturkan terdapat 70 penyandang disabilitas yang tergabung dalam Yayasan Teman Hebat Berkarya. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 orang berkecimpung dalam program Bersibersilemari, sementara sisanya masih dalam tahap pelatihan.

Yayasan yang berdiri di kawasan Jakarta Timur itu terus berkolaborasi dengan pemerintah setempat, termasuk RT dan RW hingga sekolah untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya mendaur ulang sampah baju bekas.

"Kami hadir ke sekolah-sekolah untuk mengadakan workshop upcycle, mengubah dari kaos menjadi gantungan kunci dan produk bernilai lainnya," terang Aisyah.