BOLASPORT.COM - Presiden FIFA Gianni Infantino bertemu Presiden RI Prabowo Subianto untuk membahas sepak bola Indonesia, bukan sanksi untuk Malaysia.
Bos Johor Darul Ta'zim, Tunku Ismail Ibni Ibrahim, berpotensi memantik ketegangan diplomatik antara dua negara serumpun.
Bos JDT yang akrab disapa TMJ tersebut menuding Indonesia sebagai dalang sanksi FIFA untuk timnas Malaysia.
Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) baru saja dihukum FIFA terkait pemalsuan dokumen naturalisasi tujuh pemain.
Tujuh pemain tersebut yaitu Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel.
FAM juga mendapatkan denda 350.000 franc swiss untuk FAM, serta 2000 franc swiss untuk masing-masing pemain.
Angka tersebut setara dengan Rp7,3 miliar untuk FAM, serta Rp41 juta untuk masing-masing pemain.
Lebih dari sanksi itu, timnas Malaysia seolah dipermalukan dengan kebijakan FAM yang dimotori JDT, yaitu program naturalisasi bodong.
TMJ sendiri merespons dengan tidak berkelas, yaitu menuliskan "Siapa yang ada di New York?" di akun X pribadinya.
Untuk diketahui, New York adalah tempat pertemuan Presiden FIFA Gianni Infantino dengan Presiden RI Prabowo Subianto, satu hari sebelum sanksi FIFA untuk Malaysia.
Untuk lebih jelasnya, berikut pernyataan lengkap Presiden FIFA Gianni Infantino usai menghadap Prabowo, dilansir dari Sekretariat Kabinet RI.
“Saya merasa terhormat dan sangat senang dapat bertemu dengan Presiden Indonesia," ujar Infantino setelah pertemuan.
"Beliau adalah sahabat besar sepak bola, seorang pemimpin yang memegang teguh kata-katanya."
"Dan apa yang telah dan sedang beliau lakukan untuk sepak bola di negara sepak bola yang hebat seperti Indonesia sungguh unik,” ujarnya.
“Di dunia, negara inilah yang telah membuat kemajuan terbesar dalam waktu sesingkat itu."
"Terima kasih kepada rakyat, terima kasih kepada Presiden, terima kasih atas investasinya, terima kasih atas semangat setiap orang Indonesia,” ujar Infantino lagi.
“Kami berharap dapat melanjutkan kolaborasi yang fantastis ini untuk Indonesia, untuk seluruh ASEAN, untuk Asia, dan untuk seluruh dunia."
"Kita bersatu. Ini juga merupakan diskusi kami dengan Presiden. Kita ingin menyatukan dunia dan Indonesia memainkan peran penting dalam hal itu,” tandasnya.
Melihat pernyataan lengkap tersebut, nyaris mustahil kedua presiden membahas hal remeh-temeh sanksi Malaysia.