Tangerang (ANTARA) - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Abu Dhabi Forum for Peace sepakat bekerja sama melalui kemitraan akademik dan riset untuk memperkuat upaya perdamaian dunia merespons dinamika krisis kemanusiaan global.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Asep Saepudin Jahar di Tangerang mengatakan fiqh realitas dan toleransi merupakan pintu masuk penting bagi kehidupan beragama yang damai, moderat, dan penuh penghormatan terhadap sesama.
“Dengan spirit ini, kita dapat memperkuat kemampuan umat Islam untuk hidup berdampingan, membangun dialog, serta menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam,” kata Prof Asep Saepudin Jahar dalam keterangannya yang diterima, Minggu.
Ia mengatakan relevansi kerja sama para akademisi dan pakar lintas negara bertujuan dalam mencari solusi krisis kemanusiaan global.
“Sebab kita hidup di era yang sarat perubahan cepat di bidang sosial, politik, budaya, bahkan ideologi," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut dia, menghadirkan fiqh realitas menjadi kebutuhan mendesak agar ajaran Islam mampu merespons tantangan kemanusiaan dengan bijaksana, humanis, dan penuh penghormatan pada keberagaman.
Asep menegaskan kembali bahwa fiqh realitas dan toleransi merupakan pintu masuk penting bagi kehidupan beragama yang damai, moderat, dan penuh penghormatan terhadap sesama.
“Dengan spirit ini, kita dapat memperkuat kemampuan umat Islam untuk hidup berdampingan, membangun dialog, serta menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam,” ujarnya.
Kepala Pusat Moderasi Beragama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Arif Zamhari mengatakan forum ini melanjutkan pesan tentang pentingnya memperkuat harmoni dan perdamaian dunia yang menjadi misi Abu Dhabi Forum for Peace yang didirikan ulama terkemuka dunia Islam al-Allamah Syaikh Abdullah bin Bayyah dan telah banyak berkontribusi untuk perdamaian dunia.
Misalnya saja konferensi internasional seperti Deklarasi Maroko 2016 yang menekankan pentingnya penghargaan Hak Kaum Minoritas Agama di Negara Mayoritas Muslim maupun Konferensi Para Tokoh Lintas Agama di Washington pada Februari 2018 yang menghasilkan Alliance of Virtues atau Aliansi untuk Kebajikan.
“Kehadiran Forum Abu Dhabi untuk Perdamaian di Indonesia diharapkan menjadi jembatan dialog lintas iman dan budaya yang relevan dengan tantangan global saat ini, sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia dalam mengupayakan perdamaian dunia,” katanya.
Wakil Kepala Perwakilan di Kedutaan Besar Uni Emirat Arab di Jakarta Mrs. Shaima Salem Alhebsi mengingatkan jika masyarakat dunia saat ini menghadapi beragam tantangan global seperti konflik bersenjata, bencana alam, perubahan iklim, serta krisis pemikiran dan ideologi.
“Semua ini menuntut kita untuk menggali kembali nilai-nilai bersama, memperkuat budaya dialog, mengikis kebencian, dan menegakkan semangat hidup berdampingan secara damai,” ujarnya.
Untuk itu, Shaima merespons positif forum yang mempertemukan akademisi dan pakar lintas negara dalam menghasilkan resolusi perdamaian dan penyelesaian krisis kemanusiaan global.
Menurutnya, dialog dan inisiatif kerja sama para akademisi dan pengambil kebijakan lintas negara merupakan aset berharga bagi dunia secara keseluruhan.
“Mengokohkan nilai-nilai bersama adalah langkah awal bagi perdamaian yang berkelanjutan. Dengan modal sejarah, nilai, dan kepentingan bersama, kita mampu berkontribusi dalam membangun masa depan yang lebih aman, adil, dan penuh toleransi,” ujarnya.
Shaima mengatakan Uni Emirat Arab dan Indonesia merupakan dua negara yang telah menegaskan komitmen masing-masing untuk menjadikan toleransi, moderasi, dan koeksistensi damai sebagai prinsip utama dalam kebijakan dan inisiatifnya, baik di level domestik maupun internasional.
Uni Emirat Arab misalnya, pendirian Kementerian Toleransi, Forum Abu Dhabi untuk Perdamaian, Majelis Hukama al-Muslimin, dan berbagai inisiatif global lainnya.
“Sementara itu, Republik Indonesia sahabat kita, adalah teladan nyata dalam nilai-nilai koeksistensi dan penghormatan terhadap keragaman. Falsafah negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika yang berakar pada Pancasila adalah simbol dan model toleransi dunia,” katanya.
Direktur Abu Dhabi Forum for Peace, Dr. Amina memaparkan jika penyelesaian krisis kemanusiaan kini membutuhkan pendekatan baru yang tidak hanya berorientasi pada aspek intelektual, tetapi juga berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan universal serta prinsip keadilan ekonomi.
“Kami menekankan pentingnya pengembangan pendekatan baru yang berfokus pada penguatan nilai-nilai kemanusiaan serta pembentukan prinsip keadilan ekonomi. Model ini menjadi landasan keilmuan yang relevan untuk menjawab berbagai persoalan, tanpa terkecuali, serta menjembatani setiap perbedaan yang ada,” katanya.