59 Santri Ponpes Al Khoziny Masih Tertimbun: Tak Ada Tanda Kehidupan, Orangtua Nangis Cium Bau Anyir
Rr Dewi Kartika H October 02, 2025 11:30 PM

TRIBUNJAKARTA.COM - Diprediksi saat ini masih ada 59 orang yang tertimbun bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny, di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.

Diketahui Pondok Pesantren Al-Khoziny roboh pada Senin (29/9/2025). 

Sudah Tak Ada Tanda Kehidupan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan dalam proses evakuasi korban ambruknya musala pondok pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo.

Proses evakuasi hari keempat mulai menggunakan alat berat pada Kamis (2/10/2025).

"Mulai tadi malam, setelah penemuan terakhir dalam kondisi selamat, itu kami rapat koordinasi tim Gabungan menyatakan menggunakan alat-alat yang canggih, ada yang menggunakan drone termal secara ilmu pengetahuan tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan," ucap Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto dalam Breaking News KompasTV, Kamis (2/10/2025), dikutip dari kompas.tv.

"Kami masih memberi waktu kepada tim gabungan dari kemarin sore sampai tadi pagi. Bahkan tadi malam disterilkan lokasi supaya sunyi, di tengah kesunyian itu mudah-mudahan ada kedengaran, tanda-tanda kehidupan. Ternyata sampai tadi pagi tidak ada (tanda kehidupan)," imbuhnya.

Melihat kondisi tersebut, diputuskan upaya evakuasi dilakukan dengan mengerahkan alat berat, dan tetap mengedepankan kehati-hatian.

"Akhirnya tim gabungan memutuskan untuk masuk tahap berikutnya, tahap evakuasi pencarian dengan menggunakan alat-alat berat. Tentu saja risikonya ini tidak mempertimbangkan lagi apabila yang masih selamat," jelasnya.

Ia mengatakan, upaya evakuasi menggunakan alat berat itu telah dimulai sejak Kamis siang.

"Kegiatan sudah mulai, tadi crane sudah masuk, pesonel sudah masuk. Jam 11.30 (WIB) tadi sudah mulai," bebernya.

Menurut penjelasannya, proses evakuasi menggunakan alat berat tersebut dilakukan usai berdiskusi dengan keluarga korban.

Di mana keluarga korban, menurutnya meminta agar proses evakuasi menggunakan alat berat.

"Kami sudah berdiskusi dengan masyarakat yang terdampak, tidak ada satu keluarga pun yang meminta kami melanjutkan terhadap korban yang hidup. Jadi mereka sudah memutuskan agar aparat segera melakukan evakuasi terhadap korban secara menggunakan alat-alat berat," ucapnya.

"Untuk memperkuat kami membuat berita acara yang ditanda tangani oleh wakil dari warga masyarakat yang ada keluarganya di situ. Ini menjaga bahwa kami tidak bertindak sesuai keinginan sendiri," tegas Suharyanto.

Tercium Bau Anyir

Orangtua salah satu santri yang masih tertimbun bangunan menangis mengaku pasrah.

Ia menegaskan hanya ingin segera anaknya dikeluarkan dari reruntuhan walau sudah tak bernyawa.

Pasalnya ia mengaku sudah mencium aroma anyir yang menyengat dari alam reruntuhan.

"Kita dari pihak keluarga, sudah ikhlas, sudah pasrah, tiga hari menunggu," ucapnya.

"Sedangkan tadi di tempat kejadian itu sudah bau seperti bau enggak enak,"

"Saya minta tolong banget harus segera dieksekusi,"

"Walaupun nanti enggak selamat, enggak apa apa, yang penting bisa keluar, karena sudah bau menyengat," imbuhnya sambil menangis.

Cerita Korban Selamat

M Ali Zainal Abidin (18), salah seorang santri Pondok Pesantren Al Khoziny masih tak percaya dirinya selamat dari runtuhnya bangunan tiga lantai yang menimpa puluhan rekannya.

Dengan suara bergetar, ia menceritakan kembali detik-detik musibah yang mengubah suasana khusyuk ibadah menjadi kepanikan tak terbayangkan.

Saat itu, Zainal bersama puluhan santri lain tengah menunaikan shalat berjamaah di lantai dasar mushola pesantren.

Mereka memulai rakaat pertama dengan penuh kekhidmatan. Namun, memasuki rakaat kedua, ia merasakan kejanggalan.

Sejumlah kerikil dan butiran debu mulai berjatuhan dari langit-langit.

“Saya masih coba fokus shalat, tapi tiba-tiba runtuhan terasa makin besar. Setelah itu saya tidak sadar apa-apa lagi,” kata Zainal saat ditemui di RSUD RT Notopuro, Senin (29/9/2025).

Zainal baru tersadar setelah beberapa jam kemudian. Ia mendapati dirinya sudah terbaring di rumah sakit dengan sejumlah luka.

Dokter mendiagnosis ia mengalami gegar otak ringan serta rasa nyeri hebat di punggung hingga tulang ekor.

 Meski tubuhnya belum pulih benar, Zainal menyebut yang terberat justru adalah perasaan kehilangan teman-temannya yang hingga kini belum semuanya ditemukan.

Kisah Zainal menjadi gambaran getir bagaimana peristiwa itu terjadi begitu cepat, seolah tanpa peringatan berarti.

Saat para santri masih berada dalam suasana doa, bangunan yang seharusnya menjadi tempat perlindungan justru runtuh menimpa mereka.

Dari 108 korban yang telah dievakuasi, lima orang dipastikan meninggal dunia, sementara 59 santri lainnya masih dinyatakan hilang.

Bagi Zainal, kesempatan kedua untuk hidup adalah anugerah.

Meski tubuhnya masih lemah, ia berharap para sahabatnya yang masih terjebak dapat segera ditemukan, apapun kondisinya.

“Saya hanya bisa berdoa mereka semua diberi keselamatan. Kalau pun tidak, semoga husnul khatimah,” ujarnya lirih. (TribunJakarta.com/TribunJatim)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.