13 Kesalahan Perempuan dalam Memilih Pasangan Pernikahan, Apa saja?
Mia Della Vita October 04, 2025 08:34 AM

Grid.ID- Pernikahan sering dianggap sebagai tujuan akhir dalam hubungan. Banyak perempuan bermimpi menemukan pasangan ideal untuk membangun rumah tangga yang bahagia.

Namun kenyataannya, tidak semua pernikahan berakhir dengan senyum. Kesalahan dalam memilih pasangan bisa berujung pada konflik, ketidakbahagiaan, bahkan perceraian.

Kadang kesalahan itu tampak sepele di awal, tetapi berbahaya di kemudian hari. Karena itu, memahami kesalahan perempuan saat memilih pasangan menjadi langkah penting sebelum melangkah ke pelaminan.

1. Memilih Pasangan dengan Harapan Bisa Mengubahnya

Mengutip YourTango, Jumat (3/10/2025), banyak perempuan terjebak pada keyakinan bahwa setelah menikah, pasangan akan berubah. Padahal, visi hidup yang berbeda sering jadi bom waktu dalam pernikahan.

Jika ia tidak ingin punya anak atau tidak sejalan soal tujuan hidup, jangan berharap bisa memaksanya berubah. Harapan semacam ini hanya akan melahirkan kekecewaan.

2. Terjebak pada "Fixer-Upper"

Ada perempuan yang merasa bisa memperbaiki sifat buruk pasangannya. Kenyataannya, seseorang tidak akan berubah jika ia sendiri tidak mau.

Menikahi pria yang penuh masalah hanya akan menambah beban dalam pernikahan. Ingat, yang bisa Anda ubah hanyalah diri sendiri, bukan dia.

3. Menuruti Pilihan Orang Lain

Banyak perempuan memilih pasangan demi restu keluarga atau demi terlihat ideal di mata orang lain. Pernikahan yang dibangun karena tekanan sosial jarang membawa kebahagiaan.

Pada akhirnya, yang menjalani rumah tangga adalah Anda, bukan mereka. Hidup untuk orang lain hanya akan menumbuhkan penyesalan.

4. Mengabaikan Tanda Bahaya

Ketika cinta membutakan mata, red flag sering dianggap sepele. Padahal, sikap kasar atau kebiasaan buruk yang dibiarkan bisa merusak pernikahan.

Mengabaikan tanda-tanda itu sama saja menyiapkan diri untuk terluka. Jangan biarkan perasaan mengalahkan akal sehat.

5. Tetap Bertahan Meski Disakiti

Jika pasangan pernah melakukan kekerasan, baik verbal maupun fisik, itu pertanda bahaya serius. Banyak perempuan memilih bertahan dengan harapan dia berubah setelah pernikahan.

Sayangnya, kenyataan menunjukkan sebaliknya. Pernikahan dengan pelaku kekerasan hanya akan membawa trauma panjang.

6. Mengabaikan Stabilitas Finansial

Cinta saja tidak cukup untuk menopang pernikahan. Ketika pasangan tidak bertanggung jawab secara finansial, konflik akan mudah muncul.

Perempuan yang menikah dengan pria tanpa arah karier sering kali berakhir menanggung beban berat. Keuangan yang sehat adalah fondasi rumah tangga.

7. Menikah Karena “Seharusnya”

Ada perempuan yang merasa menikah adalah kewajiban sosial. Mereka akhirnya memilih pasangan bukan karena cinta, melainkan karena desakan usia atau lingkungan.

Pernikahan tanpa niat tulus cenderung rapuh. Lebih baik menunda daripada salah memilih.

8. Mengabaikan Intuisi

Sering kali, hati perempuan sudah memberi tanda sejak awal bahwa pasangannya bukan orang yang tepat. Namun rasa takut sendiri membuat mereka menolak suara hati.

Dalam pernikahan, insting sering lebih jujur dibanding kata-kata manis pasangan. Jangan abaikan perasaan yang muncul dari dalam diri.

9. Berharap Masalah Akan Hilang Setelah Menikah

Konflik sebelum menikah tidak akan otomatis hilang setelah akad. Justru, masalah itu biasanya semakin besar.

Banyak perempuan yang percaya pernikahan bisa memperbaiki hubungan, padahal kenyataannya sebaliknya. Pernikahan hanya memperkuat fondasi yang sudah ada, baik atau buruk.

10. Mengabaikan Hal yang Penting Bagi Diri Sendiri

Setiap orang punya hal-hal prinsip yang tidak bisa ditawar. Jika pasangan menolak berdiskusi soal itu, pernikahan akan penuh ketegangan.

Contoh paling umum adalah perbedaan pandangan tentang anak atau agama. Jangan pernah mengorbankan nilai diri hanya demi menikah.

11. Menikah Demi Uang

Menjadikan harta sebagai alasan utama menikah adalah jebakan berbahaya. Uang memang memberi kenyamanan, tetapi tidak menjamin kebahagiaan.

Banyak perempuan yang akhirnya merasa terpenjara dalam pernikahan yang kosong. Cinta sejati tidak bisa dibeli.

12. Menyetujui untuk “Settle”

Ketakutan akan kesepian sering membuat perempuan menerima pasangan yang jelas tidak cocok. Mereka berpikir lebih baik menikah daripada sendirian.

Padahal, pernikahan tanpa kecocokan hanya menambah luka batin. Jangan puas dengan hubungan yang tidak sehat.

13. Menikah Karena Takut Sendiri

Kesepian bukan alasan untuk memilih pasangan yang salah. Menikah hanya demi mengisi kekosongan sering berakhir dengan penyesalan.

Lebih baik belajar bahagia sendiri sebelum memutuskan berumah tangga. Pernikahan seharusnya melengkapi, bukan sekadar mengisi ruang kosong.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.