4 Kesulitan Identifikasi Jenazah Korban Runtuhan Bangunan Ponpes Al Khoziny, Lewat Tes DNA
Wiwit Purwanto October 04, 2025 10:32 AM

 

SURYA.co.id Sidoarjo- Tim Forensik Disaster Victim Identification (DVI) RS Bhayangkara Surabaya mengalami sejumlah kendala pada proses identifikasi jenazah korban runtuhan bangunan bertingkat di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim).

Kepala Bidang DVI Pusdokkes Polri, Kombes Pol dr Wahyu Hidajati, menjelaskan terdapat empat aspek utama yang menjadi hambatan dalam proses identifikasi korban.

  • Sidik Jari Rusak dan Minimnya Data Biometrik

Menurut Wahyu, banyak jenazah korban mengalami kerusakan pada bagian jari, sehingga menyulitkan tim forensik untuk melakukan pencocokan data menggunakan alat Mobile Automatic Multi Biometric Identification System (MAMBIS).

"Kalaupun sidik jari bisa dideteksi, anak-anak usia 12–15 tahun ini belum memiliki KTP atau data biometrik resmi sebagai pembanding," ujarnya, Jumat (3/10/2025).

  • Tidak Ada Ciri Khas pada Gigi Korban

Identifikasi melalui rekam gigi juga menemui hambatan karena tidak ditemukan ciri khas atau kondisi unik pada gigi korban. 

Selain itu, data ante-mortem dari keluarga korban juga belum mencantumkan informasi rinci tentang struktur atau kondisi gigi anak-anak yang dilaporkan hilang.

  • Pakaian Seragam Tidak Memiliki Identitas

Wahyu menjelaskan, bahwa para korban rata-rata mengenakan pakaian seragam berupa baju koko putih dan sarung saat kejadian, karena tengah melaksanakan salat Asar. 

Tidak ada atribut khusus seperti nama, label atau penanda lainnya yang dapat membantu proses identifikasi.

"Semua pakaiannya seragam, tidak ada identitas apa pun di baju koko yang mereka kenakan," terangnya.

  • Keluarga Tidak Mengingat Ciri Fisik Khusus Korban

Kendala lainnya berasal dari minimnya informasi dari pihak keluarga mengenai ciri-ciri fisik pembeda, seperti letak tahi lalat, bekas luka atau tanda lahir yang khas.

"Meskipun ada yang mengaku hafal, sampai saat ini pembandingnya belum ditemukan," tambah Wahyu.

Tes DNA Jadi Pilihan Terakhir Identifikasi Korban Runtuhan Ponpes
Jika seluruh metode identifikasi sekunder tidak membuahkan hasil, tim DVI akan menggunakan tes DNA sebagai langkah terakhir. 

Tes DNA dianggap paling akurat untuk mencocokkan identitas korban dengan keluarga.

Namun, proses ini membutuhkan waktu relatif lama, tergantung kondisi jaringan tubuh yang dijadikan sampel. 

"Kalau jaringan tubuhnya rusak atau busuk, prosesnya bisa memakan waktu hingga dua minggu," jelas Wahyu.

Apabila identitas korban berhasil dipastikan melalui tes DNA, pihak rumah sakit akan segera menghubungi keluarga untuk proses pengambilan jenazah. 

Selanjutnya, proses pemulasaran dan pemakaman akan disesuaikan dengan keinginan keluarga korban.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.