Jakarta (ANTARA) - Basarnas memperketat koordinasi penggunaan alat berat dalam operasi pencarian korban robohnya bangunan bertingkat Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, untuk memastikan keselamatan personel dan efektivitas evakuasi.
Direktur Operasi Basarnas Yudhi Bramantyo dalam konferensi pers yang diikuti dari Jakarta, Sabtu, mengatakan bahwa pengalaman sehari sebelumnya menunjukkan perlunya pengaturan lebih rinci antara operator alat berat dan tim penyelamat.
“Kami sudah koordinasi dengan Dandim selaku penanggung jawab alat berat agar penggunaannya lebih tepat. Ada beberapa titik yang sebaiknya tidak digarap alat berat, tetapi dilakukan manual oleh personel kami,” kata Yudhi di depan puluhan pewarta di posko media center darurat itu.
Menurut dia, kondisi lapangan menunjukkan ada lokasi yang serpihan betonnya harus dipotong terlebih dahulu bagian strukturnya, sebelum tim penyelamat turun langsung untuk mengevakuasi korban.
Data Basarnas mencatat pada Jumat (3/10), tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi sembilan jenazah dengan kombinasi metode manual dan dukungan alat berat. Namun, proses di beberapa titik memakan waktu lebih lama karena posisi korban sulit dijangkau.
“Kami bagi tim menjadi tiga sektor agar pencarian lebih cepat. Tetapi tetap prinsipnya, keselamatan personel nomor satu,” ujarnya.
Ia menambahkan, koordinasi yang lebih ketat diharapkan mempercepat proses pencarian pada hari ini yang merupakan hari keenam pascarobohnya bangunan bertingkat Pondok Pesantren Al-Khoziny Buduran Sidoarjo, sekaligus mengurangi risiko kerja di lapangan.
Basarnas juga meminta doa masyarakat agar seluruh rangkaian operasi dapat berjalan lancar dan hasil pencarian bisa maksimal demi kemanusiaan