BATAM, TRIBUNBATAM.id - Hari yang tenang Sabtu (4/10/2025) itu, berubah duka bagi Muhammad Faiz (38), warga Maitri Garden 1, Batam Center, Kelurahan Belian, Kecamatan Batam Kota, Kota Batam, Kepri.
Bak petir di siang bolong, ia syok setelah mendapat kabar dari tetangga, putrinya--Nur Zulaikha (10) mengalami kecelakaan, saat akan berangkat ke sekolahnya di SDN 010 Batam Kota.
Tubuh putrinya terkapar bersimbah darah di jalan raya. Bocah 10 tahun itu dilindas ban mobil.
Padahal baru saja beberapa menit lalu, putrinya itu pamit berangkat ke sekolah diantar bibinya.
Buru-buru, Faiz dan anggota keluarganya menuju Rumah Sakit Awal Bros Botania, tempat anaknya dirawat.
Semua kegiatan lain ditinggalkan. Pikirannya berkecamuk, tertuju pada keselamatan putrinya.
Namun apa yang ditakutkan itu terjadi. Nyawa Zulaikha tak tertolong.
Kecelakaan di Batam yang terjadi di Jalan Raja Ali Kelana, tepat di seberang RS Awal Bros Botania, Sabtu itu merenggut nyawa Zulaikha.
Siswi kelas 4 SD di Batam ini meninggal dunia.
Faiz tak punya firasat apa-apa sebelum kejadian tragis yang menewaskan putrinya itu.
Diakuinya, di hari kejadian itu, putri sulungnya bangun tidur lebih awal.
Biasanya Zulaikha bangun agak siang. Setiap Sabtu, putri Faiz itu masuk sekolah pukul 13.00 WIB.
Namun di hari kejadian, Zulaikha bangun lebih awal, dan sudah bersiap-siap hendak berangkat ke sekolah dari pukul 09.00 WIB.
Faiz tak menyangka, Sabtu itu akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan sang putri.
"Saya baru tahu (kecelakan) saat tetangga beli kue dan menyaksikan kecelakaan itu sendiri. Langsung lari kami," ujar Faiz, sambil menghapus air mata sesekali.
Saat ditemui Senin (6/10/2025) di kediamannya, kesedihan mendalam terlihat jelas dari raut wajah Faiz.
Matanya masih sembab. Air mata belum juga kering, setelah kepergian sang putri.
Ia berusaha tegar dengan nasib yang menimpa anggota keluarganya itu.
Faiz mencoba kuat. Sebab ia tahu, ada istrinya, ibunda Zulaikha, dan anaknya yang lain, yang perlu dukungan darinya.
Diakuinya, sang istri tak kalah syok dengan kematian putri mereka.
Ibunda Zulaikha itu masih berat menerima kenyataan putrinya telah tiada.
Istri Faiz lebih banyak berdiam diri di dalam kamar, menahan duka kehilangan anak.
"Istri saya masih syok berat, sudah tiga hari tidak makan. Hanya menangis dan memeluk baju sekolah anaknya," kata Faiz.
Setiap hari, sang istri meminta dibawa ke makam Zulaikha di TPU Nongsa.
Ibunda Zulaikha rindu dan berat untuk merelakan kepergian putrinya. Meski begitu, Faiz berusaha tegar.
Ia hanya berharap pengendara yang menyerempet anaknya segera ditemukan untuk pertanggung jawaban.
"Saya sudah ikhlas. Tapi saya cuma berharap ada tanggung jawab dari pengendara itu. Ini bukan soal ganti rugi, tapi soal nyawa anak saya," ujarnya.
Di luar rumah Faiz, sebuah karangan bunga belasungkawa dari SDN 010 Batam Kota terpampang dekat rumah duka.
Hingga kini, Faiz dan istrinya belum berani datang ke lokasi kejadian lagi.
Tempat itu terlalu menyakitkan, tempat terakhir mereka melihat sang putri yang begitu dicintai tergeletak bersimbah darah.
Motor Honda Beat Street hitam dengan nomor polisi BP 6137 GU dan mobil Toyota Harrier dengan nomor polisi BP 1792 HZ, kini jadi barang bukti polisi terkait kecelakaan yang merenggut nyawa Zulaikha.
Kedua kendaraan itu kini berada di Polresta Barelang.
Kasatlantas Polresta Barelang, Kompol. Afiditya Arief Wibowo, S.I.K., M.H, melalui Kasubnit 1 Satlantas, Ipda Tarmizi Rambe membenarkan bahwa penumpang motor berusia 10 tahun meninggal dunia dalam kecelakaan di Jalan Raja Ali Kelana, Belian, Batam Kota, Sabtu lalu.
"Benar, penumpang motor NZ (10) meninggal dunia. Sementara yang bawa motor, WM (17) mengalami luka ringan," beber Ipda Rambe, Senin (6/10/2025).
Ia melanjutkan, pengendara mobil Toyota Harrier berinisial SH saat ini tengah dimintai keterangan.
"Sedang kami dalami kronologinya. Pengendara mobil kami periksa, dan seluruh barang bukti sudah berada di Gakkum Satlantas Polresta Barelang," tambahnya.
Polisi masih menelusuri penyebab pasti kecelakaan maut di Batam dengan meminta keterangan sejumlah saksi di lokasi kejadian.
Pihaknya masih menyelidiki, termasuk apakah ada keterlibatan kendaraan lain yang menyenggol motor Honda Beat itu.
Kecelakaan maut di Batam, tepatnya di jalan Raja Alikelana, depan kawasan RS Awal Bros Botania, Kelurahan Belian, Kecamatan Batam Kota pada Sabtu (4/10/2025) siang ternyata bukan yang pertama kali terjadi.
Warga sekitar menyebut, setidaknya sudah 6 kali kecelakaan di Batam terjadi di ruas jalan tersebut.
Rara, seorang warga yang berjualan tak jauh dari lokasi, mengatakan kecelakaan di Batam kerap terjadi karena kondisi jalan yang berkelok hampir 90 derajat dan sedikit menurun.
Selain itu, minimnya penerangan jalan juga disebut menjadi penyebab utama.
Sebagai informasi, kecelakaan maut di Batam itu merenggut nyawa Nur Zulaikha, seorang siswi SD Negeri 010 Batam Kota.
Korban lakalantas di Batam diketahui merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Saat kejadian, ia mengenakan seragam lengkap dan hendak berangkat sekolah pada jam siang.
"Yang terjadi di sini itu bukan cuma siang hari saja, malam juga sering. Soalnya lampu jalan dari Simpang Cikitsu sampai depan mal itu banyak yang mati," ujar Rara, Senin (6/10/2025).
Ia menuturkan, lokasi kecelakaan yang merenggut nyawa siswi SD berusia 10 tahun itu menjadi satu dari sejumlah kejadian serupa yang pernah ia saksikan.
"Dulu pernah ada juga, orang jalan kaki mau nyebrang ke RS Awal Bros. Karena gelap, dikira sepi, ada pick up lewat, langsung ditabrak, meninggal," kenangnya.
Menurut Rara, sejak ia berjualan di kawasan itu, sudah enam kali terjadi kecelakaan lalu lintas.
Sebagian di antaranya berakhir tragis.
"Kalau yang fatal mungkin enam kali ada. Selain karena jalan berkelok, ya itu, lampu jalan mati, gelap banget di sini. Saya biasa jualan sampai jam 11 malam, dan itu gelap. Kebantu lampu saya," tambahnya.
Wali kelas 4C di SDN 010 Batam Kota, Kalang Ismuha berusaha menahan tangis saat mengenang sosok muridnya, Nur Zulaikha.
Di matanya, Zulaikha merupakan anak baik dan sopan.
"Saya tahu kabarnya dari rekan guru, langsung ke rumah sakit. Tapi saya datang sudah terlambat. Itu pertemuan terakhir saya dengan Zulaikha,” ujarnya pelan.
Kalang mengenang Zulaikha sebagai anak pendiam, namun berperilaku manis dan penuh hormat kepada guru.
"Dia nggak pernah ribut di kelas. Kalau anak lain ramai, dia justru diam sambil tersenyum. Anak baik sekali,” katanya.
Yang membuat Kalang tak bisa melupakan muridnya itu, yakni perubahan luar biasa yang terjadi dua minggu sebelum peristiwa nahas tersebut.
"Nilainya meningkat pesat. Biasanya 60-an, tapi belakangan bisa 90 bahkan 100. Saya sempat puji dia waktu itu. Nggak nyangka, ternyata itu momen terakhir,” ucapnya dengan suara bergetar.
Ia masih menyimpan foto terakhir Zulaikha diambil saat pelajaran seni membuat layang-layang.
“Waktu itu saya foto karena dia kelihatan senang banget. Sekarang, foto itu jadi kenangan terakhir,” ujarnya.
Ia menyebut, ketika kabar duka disampaikan di kelas, seluruh siswa menangis.
"Tidak ada yang bisa menahan air mata,” kata Kalang.
Alfin, teman sebangku Zulaikha, menunduk saat mengenang sahabatnya.
"Kami sering main truth or dare bareng. Sekarang rasanya sepi, gak ada dia,” ucapnya lirih.
Sementara Ais, teman dekat lainnya, menyebut Zulaikha sebagai anak yang mudah bergaul dan ceria.
"Anaknya asik banget. Kami sering main bareng. Sekarang rasanya kayak kehilangan saudara sendiri,” katanya meneteskan air mata.
Kepala SDN 010 Batam Kota, Riana, mengatakan seluruh warga sekolah berduka atas kepergian Zulaikha.
"Kami sedang rapat saat kabar itu datang. Para guru langsung ke rumah sakit, tapi korban sudah tidak tertolong,” tuturnya. (Tribunbatam.id/Ucik Suwaibah/Muhammad Rafli/wie)