Maskapai Pelat Merah Garuda Indonesia Targetkan Pulih Total dan Cetak Profit di 2026
Acos Abdul Qodir October 15, 2025 12:31 AM
Ringkasan Berita:
  • Garuda Indonesia menargetkan laba bersih USD 647 juta pada 2026, bagian dari pemulihan total.
  • Didukung suntikan dana Rp6,6 triliun dari lembaga Danantara, Garuda optimistis ekuitas positif tercapai akhir 2025.
  • Maskapai pelat merah itu sebelumnya dikritik DPR soal efektivitas restrukturisasi dan dituntut reformasi internal nyata.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Maskapai pelat merah Garuda Indonesia menargetkan pemulihan total dan pencapaian laba bersih pada tahun 2026, di tengah sorotan tajam dari DPR RI terkait efektivitas restrukturisasi dan transparansi keuangan perusahaan.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyatakan bahwa perusahaan kini berada di jalur pemulihan dan optimistis mampu mencetak profit dalam dua tahun ke depan.

“Akhir tahun 2026, Garuda Indonesia harus bisa mencetak profit. Ini sesuai arahan presiden bahwa Garuda Indonesia harus menjadi lebih besar, melayani rakyat dan dikenal di internasional,” ujar Wamildan dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Target laba bersih Garuda Indonesia pada 2026 diproyeksikan mencapai sekitar USD 647 juta, atau setara dengan Rp10,3 triliun. Angka ini merupakan bagian dari proyeksi pemulihan beruntun: USD 589 juta pada 2024 dan USD 631 juta pada 2025.

Yang dimaksud “pulih total” mencakup pemulihan keuangan, operasional, dan layanan. Secara keuangan, Garuda menargetkan ekuitas positif di akhir 2025 dan menyelesaikan restrukturisasi utang jumbo pasca pandemi. Secara operasional, perusahaan menargetkan peningkatan pangsa pasar dari 30 persen menjadi 50 persen dalam lima tahun, serta penambahan armada hingga 120 unit melalui skema sewa atau pembelian.

Jumlah armada Garuda Indonesia sempat mencapai 140 unit sebelum pandemi, namun kini hanya sekitar 70 unit yang beroperasi.

“Kalau beli, butuh waktu 6–7 tahun karena rantai pasok. Sedangkan kalau sewa ke lessor, lebih visible karena bisa lebih cepat,” jelas Wamildan.

Pendanaan untuk ekspansi ini didukung oleh Danantara Indonesia. Tahap awal, Danantara telah menggelontorkan pinjaman sebesar Rp6,6 triliun untuk perawatan pesawat.

Tahap berikutnya, perusahaan tersebut siap membenamkan modal langsung ke Garuda Indonesia Group. 

“Targetnya, ekuitas Garuda Indonesia bisa positif di akhir tahun ini,” tambahnya.

Namun, pemulihan Garuda Indonesia tidak lepas dari sorotan publik dan parlemen.

Dalam rapat Komisi VI DPR RI pada 22 September 2025, sejumlah anggota dewan mempertanyakan efektivitas restrukturisasi, transparansi laporan keuangan, dan rencana merger dengan Pelita Air.

Legislator dari Fraksi PAN, Abdullah Hakim Bafagih, menegaskan, “Kalau sudah disuntik triliunan, mestinya ada reformasi internal yang nyata. Jangan hanya kosmetik.”

Di luar aspek keuangan dan ekspansi armada, Garuda Indonesia menegaskan komitmen terhadap keselamatan penerbangan dan pemulihan layanan penuh. Fasilitas yang sempat dikurangi, seperti pilihan menu makanan, mulai dikembalikan. Perusahaan juga menggandeng berbagai mitra untuk meningkatkan pengalaman penumpang, termasuk melalui travel fair di tujuh kota besar pada 16–19 Oktober 2025.

Pemulihan ini diharapkan berdampak langsung pada frekuensi penerbangan, stabilisasi harga tiket, dan kenyamanan layanan. Namun, perhatian publik tetap tinggi, mengingat dana yang digunakan berasal dari pinjaman dan potensi penyertaan modal negara melalui skema investasi strategis.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.