Cerdiknya, keputusan kontroversial tersebut diambil hanya beberapa jam sebelum oposisi dijadwalkan melakukan pemungutan suara untuk memakzulkannya dari kursi kepresidenan.
SERAMBINEWS.COM, ANTANANARIVO – Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina mengambil langkah ekstrem dengan membubarkan Majelis Nasional pada Selasa, 14 Oktober 2025.
Langkah berani, bahkan tergolong nekat ini diambil Andri di tengah gejolak politik yang semakin tak terkendali,
Cerdiknya, keputusan kontroversial tersebut diambil hanya beberapa jam sebelum oposisi dijadwalkan melakukan pemungutan suara untuk memakzulkannya dari kursi kepresidenan.
Langkah pembubaran parlemen diumumkan melalui siaran resmi dan unggahan di media sosial kepresidenan.
Dalam pernyataan tersebut, dekrit pembubaran parlemen disebut berlaku seketika setelah diumumkan melalui radio dan televisi nasional.
Madagaskar telah dilanda demonstrasi besar-besaran selama lebih dari dua pekan terakhir, yang menyebabkan korban jiwa dan kerusakan di berbagai wilayah.
Aksi protes dipimpin oleh kelompok muda, terutama dari generasi Z, yang menuntut perubahan menyeluruh dalam pemerintahan.
Presiden Rajoelina, yang kini berusia 51 tahun, menolak mundur dan menyatakan bahwa pembubaran parlemen adalah langkah untuk mengembalikan stabilitas dan memperkuat demokrasi.
“Rakyat harus kembali didengar. Beri jalan bagi kaum muda,” tulisnya dalam unggahan media sosial.
Namun, ajakan dialog dari pemerintah ditolak mentah-mentah oleh para demonstran.
Pada pendemo malah menuduh elite penguasa gagal mengatasi kemiskinan dan korupsi yang semakin memperburuk kondisi negara kepulauan di Samudra Hindia tersebut.
Di sisi lain, kubu oposisi yang dipimpin oleh Siteny Randrianasoloniaiko telah merancang pemungutan suara untuk memakzulkan Rajoelina.
Mereka menuduh sang presiden mengabaikan tanggung jawab kenegaraan, terutama setelah beredar kabar bahwa ia sempat meninggalkan negara di tengah krisis.
“Kami akan memakzulkannya karena telah meninggalkan tanggung jawabnya terhadap rakyat,” ujar Siteny.
Rajoelina membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa dirinya hanya berlindung di tempat aman menyusul beberapa upaya serangan terhadap dirinya.
Meski demikian, laporan dari Radio France Internationale (RFI) menyebutkan, bahwa ia sempat terbang keluar negeri menggunakan pesawat militer Perancis.
Hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari otoritas Perancis.
Situasi semakin rumit ketika sejumlah anggota militer dan aparat keamanan bergabung dengan demonstran.
Salah satu unit elite yang membelot adalah CAPSAT, yang pernah berperan dalam kudeta tahun 2009--kudeta yang mengantarkan Rajoelina ke tampuk kekuasaan untuk pertama kalinya.
Sebagai respons atas pembelotan tersebut, pemerintah melantik Jenderal Demosthene Pikulas sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada Minggu, 12 Oktober 2025.
Ia dipilih langsung oleh satuan militer yang kini berpihak pada demonstran.
Sebelumnya, Rajoelina sempat memecat seluruh anggota kabinetnya dalam upaya meredam ketegangan.
Namun, langkah itu gagal menenangkan situasi yang terus memburuk.(*)