Penanganan Obesitas Butuh Konsistensi dan Disiplin, Olahraga Rutin Cukup 15 Menit 
Willem Jonata October 16, 2025 04:31 PM
Ringkasan Berita:
  • Obesitas dipicu gaya hidup, mulai dari konsumsi makanan tinggi karbohidrat yang berlebihan dan minuman manis
  • Obesitas perlu ditangani karena berisiko pada lutut, jantung, serta gangguan organ dan hormon
  • Penanganan dimulai dengan komitmen dan disiplin, mengatur gaya hidup, serta aktivitas fisik

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perubahan gaya hidup, keliru memilih asupan makanan yang semakin beragam membuat kasus obesitas semakin meningkat.

Obsesitas secara umum dipicu oleh konsumsi makanan dan minuman manis berlebihan, makanan tinggi karbo hingga konsumsi mi instan berlebihan. 

"Obesitas merupakan penyakit kronis. Dulu orang menyebut biar gemuk asal sehat, padahal gemuk sendiri tidak sehat," kata Dokter Waluyo Dwi Cahyono SPPD-KEMD FINASIM, Board of Wellness Halofit di acara talkshow di Jakarta, Rabu, 15 Oktober 2025.

Dokter Waluyo mengatakan, kita bisa mengukur indeks massa tubuh (IMT) dengan menghitung berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam kwadrat (m2).

Bisa juga dengan cara mengukur lingkar perut kita. "Jika hasil pengukuran, kita berada di kelompok obesitas, kita harus segera memulai menanganinya, bukan menunda," saran dokter Waluyo.

Dia menambahkan, risiko menunda-nunda penanganan diabetes berdampak pada kesehatan tubuh.

"Yang mudah terkena risiko adalah lutut, jantung juga bekerja lebih keras dan berisiko terjadi serangan jantung. Juga bisa memicu gangguan organ dan hormon. Jadi obesitas perlu secepat mungkin ditanangani," sebutnya.

Dia menjelaskan, cara menangani obesitas adalah komitmen dan disiplin, mengatur gaya hidup dan memperbanyak aktivitas fisik.

Dia menyebutkan, ada dua fase penanganan obesitas. Fase pertama adalah fase asesmen melalui evaluasi asupan makanan dan aktivitas fisik, serta pemeriksaan fisik dan penunjang.

Kemudian, fase kedua berupa fase intervensi/penanganan melalui modifikasi gaya hidup, pemberian farmakoterapi. "Penanganannya nggak simpel, antara pasien dan dokter harus klik dulu," ungkapnya.

Dia menambahkan, mengkonsumsi karbohidrat tetap perlu dilakukan oleh mereka yang mengalami obesitas, karena kebutuhan untuk otak adalah karbohidrat, bukan protein.

Tapi asupannya harus dikelola untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler "Monitoring oleh dokter akan memantau program penurunan berat badan," ungkapnya.

Dokter Waluyo membagikan tips menurunkan berat badan.

"Lakukan olahraga rutin cukup 15 menit per hari. Yang efektif itu ada;ah olahraga ritmik dan konsisten dan kontinyu seperti jogging, angkat beban. Minimal seminggu tiga kali, 15 menit cukup," sebutnya.

Kemudian, soal asupan makanan yang masuk ke tubuh, pada prinsipnya kalori yang masuk dan energi yang dikeluarkan harus negatif agar terjadi penurunan berat badan.

"Ini juga untuk mencegah terjadinya fenomena yoyo, yakni perubahan berat badan yang turun naik alias turun tapi tidak konsisten," kata dia.

Ignasius Ryan Hasim, VP of Consultation and Diagnostic Halodoc mengatakam, perilaku pengguna platform halodoc dalam manajemen berat badan naik 55 persen secara tahunan (yoy) di Januari sampai September 2025.

"Sebanyak 70 persen didominasi perempuan ditandai oleh lonjakan pembelian produk kesehatan yang mencakup suplemen pengontrol asupan kalori, susu diet," katanya.

Dia menambahkan, obesitas merupakan pemyakit yang harus ditangani bersama-sama dengan segera.

"Kita di halodoc punya eksosistem untuk mengakses layanan kesehatan. Obat obat yang dibeli di halodoc 100 persen asli," ungkapnya.

Pihaknya juga memiliki program terapi menurunkan berat badan melalui halofit selama 30 hari dengan monitoring ketat oleh dokter.(tribunnews/fin)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.