Kami mengubah sampah hari ini menjadi energi esok lebih cepat, lebih aman, dan lebih berkelanjutan

Amsterdam, Belanda (ANTARA) - Di tengah meningkatnya krisis sampah perkotaan dan terbatasnya lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA menghadirkan solusi konkret melalui proyek Refuse Derived Fuel (RDF) Jakarta di Rorotan, Jakarta Utara.

Proyek ini bukan hanya menjawab tantangan pengelolaan sampah, tetapi juga menandai langkah besar Indonesia menuju ekonomi sirkular berbasis energi terbarukan.

Selama ini, kebijakan pengelolaan sampah di Indonesia dihadapkan pada dilema klasik: volume sampah terus meningkat, sementara kapasitas TPA kian terbatas. Di Jakarta saja, lebih dari 7.000 ton sampah dihasilkan setiap hari, dan sebagian besar masih berakhir di TPA Bantargebang.

Melalui RDF Rorotan, WIKA membuktikan bahwa sampah bukanlah beban, melainkan sumber energi alternatif yang bernilai tinggi.

Refuse Derived Fuel (RDF) adalah bahan bakar padat hasil pengolahan sampah rumah tangga dan perkotaan melalui proses pemilahan, pencacahan, pengeringan, hingga pengolahan lanjutan. Fasilitas RDF Rorotan mampu mengolah sekitar 2.500 ton sampah per hari menjadi bahan bakar pengganti batu bara yang digunakan oleh industri semen, seperti Indocement.

Penggunaan RDF mampu menekan ketergantungan pada batu bara hingga 30 persen, serta menurunkan emisi karbon sebanyak 100.000 ton karbon dioksida per tahun yang setara dengan mengurangi 28.000 mobil dari jalan raya.

“Proyek ini merupakan langkah nyata dalam mendukung target pengurangan emisi dan transisi energi nasional,” ujar Sagara Senjakartika Putra, Engineering Manager RDF Plant Jakarta, usai mempresentasikan proyek tersebut dalam ajang Going Digital Awards 2025, bagian dari acara tahunan Bentley Systems Year in Infrastructure yang digelar di Amsterdam, Belanda pada Kamis (16/10).

“Setiap ton sampah yang masuk ke RDF berarti satu langkah lebih dekat menuju masa depan energi yang lebih hijau,” tambahnya.

Inovasi Digital untuk Efisiensi dan Akurasi

Membangun fasilitas sebesar ini tentu tidak mudah. WIKA menghadapi tantangan kompleks dalam desain, integrasi sistem, dan koordinasi lintas disiplin teknik di area proyek yang relatif terbatas.

“Awalnya kami bekerja dengan sistem konvensional yang memakan waktu dan rawan kesalahan,” ujar Sagara. “Namun kami kemudian beralih ke pendekatan digital yang lebih terintegrasi.”

Dengan dukungan teknologi Bentley Systems seperti ProjectWise, iTwin, dan SYNCHRO, WIKA membangun ekosistem digital yang menghubungkan seluruh tahapan proyek, mulai dari desain, konstruksi, hingga operasional.

Melalui sistem ini, setiap elemen fasilitas dapat dimodelkan secara 3D real-time, dijadwalkan menggunakan 4D modeling untuk memvisualisasikan waktu, dan dihitung biayanya melalui 5D cost management.

Menurut Oktob Bayu Hangora Putro, Lead Digital Twin & BIM Strategic Project Management Division WIKA, integrasi digital ini membawa perubahan besar dalam budaya kerja perusahaan.

“Semua pihak kini bekerja berbasis data yang sama. Tidak ada lagi duplikasi, tumpang tindih, atau kebingungan antar tim,” jelasnya.

“Hasilnya sangat nyata: proyek dapat diselesaikan dua bulan lebih cepat dengan efisiensi biaya mencapai sekitar 10 persen.”

Transformasi Lapangan Lewat Data

Pemanfaatan drone surveying mempercepat proses pemetaan area proyek seluas 7,8 hektare—dari yang sebelumnya membutuhkan waktu sepuluh hari menjadi hanya dua hari.

Sementara itu, sistem clash detection membantu mencegah benturan antar elemen desain seperti struktur, pipa, dan sistem proteksi kebakaran.

“Kalau dulu potensi tabrakan antarsistem baru ketahuan di lapangan, sekarang bisa langsung terdeteksi di layar komputer,” jelas Oktob.

Pendekatan digital ini bukan hanya meningkatkan efisiensi waktu dan biaya, tetapi juga berdampak pada keselamatan kerja.

Proyek RDF Jakarta mencatat nol kecelakaan kerja, menghemat lebih dari 52.000 jam kerja, dan tidak mengalami penundaan berarti selama proses konstruksi.

Sistem ProjectWise juga mempercepat persetujuan dokumen teknis dari hitungan minggu menjadi hanya beberapa hari.

“Digitalisasi membuat semua data terdokumentasi dan bisa dilacak kapan saja,” ujar Sagara. “Jika ada perubahan desain di model 3D, sistem otomatis memperbarui gambar 2D-nya. Tidak ada lagi miskomunikasi antara tim engineering dan lapangan.”

Dampak Sosial dan Lingkungan

Lebih dari sekadar proyek infrastruktur, RDF Jakarta membawa dampak sosial dan lingkungan yang nyata.

Fasilitas ini bukan hanya mengurangi timbunan sampah dan emisi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.

Lebih dari 50 jenis pekerjaan terlibat dalam operasional harian fasilitas ini.

Dari sisi lingkungan, RDF Rorotan dilengkapi dengan sistem deodorizer untuk memastikan udara di sekitar proyek tetap bersih dan aman bagi warga.

“Karena lokasi proyek berada di kawasan padat penduduk, kami harus memastikan tidak ada gangguan suara, bau, maupun polusi,” jelas Sagara. “Kualitas udara menjadi prioritas utama kami.”

Sagara Senjakartika Putra, Engineering Manager RDF Plant Jakarta bersama Oktob Bayu Hangora Putro, Lead Digital Twin & BIM Strategic Project Management Division WIKA usai memaparkan proyek di hadapan sejumlah juri ajang tahunan Going digital Awards 2025 di Amsterdam, Belanda pada Kamis (16/10/2025). (ANTARA/Meuthia Hamidah)

Proyek Pionir dan Replikasi Nasional

Keberhasilan RDF Jakarta menempatkan WIKA sejajar dengan proyek-proyek infrastruktur berteknologi tinggi dunia.

Inovasi digital yang diterapkan bahkan disandingkan dengan dua proyek raksasa asal China yakni pembangunan pabrik baja digital Baosteel dan PLTA Caiziba oleh Shanghai Investigation.

Baosteel sukses meraih gelar juara di kategori ini dalam ajang Going Digital Awards 2025.

Proyek RDF Jakarta juga menjadi benchmark nasional bagi pengelolaan sampah modern.

WIKA kini tengah menyiapkan studi kelayakan untuk pembangunan fasilitas RDF di sejumlah daerah lain.

“Kami ingin menjadikan RDF Rorotan sebagai model replikasi bagi pengelolaan sampah berkelanjutan di Indonesia,” ujar Oktob.

“Dengan pendekatan digital dan kolaborasi lintas sektor, proyek seperti ini bisa diimplementasikan lebih luas.”

Menuju Masa Depan Energi Bersih

Lebih dari sekadar proyek pengolahan sampah, RDF Jakarta mencerminkan visi WIKA sebagai pionir teknologi konstruksi dan energi bersih.

“Kami percaya masa depan pembangunan tidak hanya soal kecepatan dan efisiensi, tetapi juga keberlanjutan,” tegas Sagara.

Melalui RDF Rorotan, WIKA menunjukkan bahwa inovasi dan teknologi digital dapat menjadi solusi nyata atas krisis sampah dan energi di kota besar.

Setiap ton sampah yang diolah bukan hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga menyalakan harapan baru bagi masa depan energi Indonesia.

“RDF Jakarta adalah simbol transformasi,” tutup Sagara. “Kami mengubah sampah hari ini menjadi energi esok lebih cepat, lebih aman, dan lebih berkelanjutan.”

Sebelumnya, PT Wijaya Karya juga diganjar Founders’ Honor dalam ajang Going Digital Awards atas keberhasilannya dalam proyek konektivitas jalan dan tol di Ibu Kota Nusantara (IKN). Pengakuan internasional ini menegaskan kemampuan WIKA dalam menerapkan inovasi digital pada proyek-proyek infrastruktur strategis nasional. Kini, melalui RDF Jakarta, WIKA kembali menunjukkan kepemimpinannya dalam transformasi teknologi dan keberlanjutan.