TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Potensi yang dimiliki Desa Banjaragung, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, tidak hanya pengolahan sampah saja, tapi juga pemanfaatan lahan yang kemudian dijadikan sebagai perkebunan Pisang Cavendish.
Pemanfaatan lahan yang kemudian ditanami Pisang Cavendish berkat tangan dingin Kepala Desa Banjaragung, Kecamatan Warureja, Paidar Baktiarso.
Saat ditemui Tribunjateng.com di kebun pisang pada Kamis (16/10/2025), Paidar menunjukkan beberapa pisang yang sudah siap panen dan ada juga yang belum waktunya.
Pisang jenis Cavendish yang ada di perkebunan Desa Banjaragung, Kecamatan Warureja ini terlihat berukuran besar-besar meskipun warnanya masih kehijauan.
Di tengah panas terik matahari, Paidar menunjukkan tiap titik yang terdapat pisang Cavendish siap panen.
Diterangkan Paidar, budidaya pisang Cavendish dimulai sejak Oktober 2020 dan mulai berbuah antara April atau Mei 2021 saat pandemi Covid-19.
Kemudian panen perdana sekitar Agustus 2021 yang saat itu belum maksimal karena hanya 50 pohon pisang yang panen dari total sekitar 4.000 pohon yang ditanam.
"Sampai akhirnya panen terus mengalami peningkatan dari awal hanya 50 naik jadi 150, dan rata-rata setiap minggu bisa sampai 400 pohon pisang yang panen. Saat awal hasilnya memang tidak terlalu besar sekitar Rp2 jutaan, kemudian naik Rp3 jutaan sampai yang paling tinggi saya pernah sekali panen mendapat Rp30 juta," ungkap Paidar Baktiarso, kepada Tribunjateng.com.
Sebelum memutuskan menanam pisang Cavendish, Paidar mengaku tidak serta merta langsung menanam begitu saja, tapi mencari informasi terlebih dahulu.
Bahkan Paidar sampai belajar langsung dan mencari informasi dari rekan kepala desa di Banjarnegara yang sudah lebih dahulu berkebun pisang Cavendish.
Dari situlah awal mula Paidar diperkenankan dengan pembeli atau pengepul yang memiliki brand (merek) pisang tertentu.
Kemudian akhirnya sepakat bekerja sama dan terus berlanjut hingga sekarang ini.
Adapun mengenai lahan yang dimanfaatkan untuk menanam pisang Cavendish di Desa Banjaragung, Kecamatan Warureja, kurang lebih sekitar 3 hektare.
Ditambah warga Desa Banjaragung yang menanam pisang Cavendish tapi lokasinya di luar desa ada dua orang sehingga luas lahan total sekitar 4-5 hektare.
"Sampai sekarang ini pemasaran masih ke Jakarta dan ada sebagian yang dibawa ke Surabaya. Adapun saat ini kami juga mulai melayani untuk dapur makan bergizi gratis atau MBG," jelas Paidar.
Dengan hadirnya kebun pisang Cavendish, manfaat langsung yang dirasakan warga Desa Banjaragung, Kecamatan Warureja, kata Paidar, potensi tenaga kerja dan banyak yang ikut menjual atau memasarkan.
Selain itu pelaku UMKM di Desa Banjaragung, Kecamatan Warureja juga bisa ikut memanfaatkan sebagai bahan baku membuat jajanan sarapan pagi ataupun membawa pisang Cavendish untuk dijual ke wilayah desa lainnya.
Warga yang ikut memasarkan pisang Cavendish ada 10 orang, dan tenaga kerja yang rutin mengurus kebun setiap harinya sekitar empat orang.
"Terkait harga semisal dipasarkan ke Jakarta yang paling bagus Rp6 ribu sampai Rp7 ribu per kilogram. Biasanya satu tandan normalnya bisa sampai 70 kilogram dan terdapat delapan sisir," kata Paidar. (dta)