Latih Bidan Puskesmas Diagnosa Tepat Luka Robek Pada Pasien Pasca Persalinan 
Wiwit Purwanto October 19, 2025 12:31 AM
Ringkasan Berita:
  • Pelatihan diagnosa tepat dan pasien pasca persalinan, bertajuk A-Preserve (Airlangga Perineal Repair Workshop for Health Service in Surabaya
  • Karena banyak kasus rujukan pasien ke Rumah Sakit Dr Soetomo dan Rumah Sakit Unair yang mengalami masalah pascapersalinan normal
  • Biasanya permasalahan yang dialami para pasien pascapersalinan normal adalah jahitan di vagina yang tidak menyatu dengan daging

 

SURYA.co.id Surabaya- Sejumlah dokter umum dan bidan di beberapa Puskesmas Kota Surabaya mengikuti pelatihan diagnosa tepat dan pasien pasca persalinan, di Kantor Dinas Kesehatan kota Surabaya, Sabtu (18/10/2025).

Pemberi materi pada kegiatan bertajuk A-Preserve (Airlangga Perineal Repair Workshop for Health Service in Surabaya itu adalah para dokter dan dosen dari Fakultas Kedokteran Unair Surabaya.

Dosen yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Prof Dr dr Eighty Mardiyan Kurniawati, SpOG,Subsp Urogin Re, dr Gatut Hardianto, SpOG, Subsp Urogin Re, dr Tri Hastono Setyo Hadi, SpOG, Subsp Urogin Re, dr Riska Wahyuningtyas, SpOG, dr M Dimas Abdi Putra, SpOG dibantu Trainee Urogin yakni dr Mita Herdiyantini, SpOG, dr Rico, SpOG.

Salah satu anggota tim pengabdian masyarakat FK Unair dr Riska menjelaskan kegiatan ini digelar karena banyaknya kasus rujukan pasien ke Rumah Sakit Dr Soetomo dan Rumah Sakit Unair yang mengalami masalah pascapersalinan normal.

dr Riska mengatakan biasanya permasalahan yang dialami para pasien pascapersalinan normal adalah jahitan di vagina yang tidak menyatu dengan daging, imbasnya akan terasa nyeri saat berhubungan suami istri hingga buang air besar yang keluar lewat vagina.

“Kondisi ini tidak mengancam nyawa tapi akan menurunkan produktivitas dan kualitas hidup seseorang. Mereka tidak akan nyaman dengan kondisi itu,” jelas dr Riska 

Lebih detail dr Riska mengatakan kondisi yang dialami pasien itu biasanya robekan pada vagina saat melahirkan sudah di derajat tiga atau empat. 

Dalam kondisi derajat 3 dan 4 ini seharusnya dokter umum dan bidan tidak boleh melakukan penjahitan sendiri, karena kompetensi yang belum memadai.

“Mereka harus merujuknya, karena penanganan hanya boleh dilakukan dokter spesialis. Dokter umum dan bidan hanya boleh melakukan penanganan jika robekan di derajat satu atau dua. Jika dipaksa melakukan maka akan bermasalah di kemudian harinya,” paparnya.

Jika terjadi permasalahan ini biasanya pasien yang dirujuk ke dokter spesialis tidak langsung ditangani. Dokter akan melakukan tindakan setelah tiga bulan pascapersalinan.

Karena kondisi luka jahitan sebelumnya sudah mulai mengering dan tidak lagi bengkak. Jika dipaksakan maka akan menimbulkan infeksi. “Tiga bulan dengan kondisi tidak nyaman pasti akan menyiksa, karenanya diagnosa harus benar-benar tepat,” lanjutnya.

Dokter Gatut Hardianto menambahkan pelatihan seperti ini bagi bidan dan dokter umum yang bertugas di puskesmas ini penting. Karena para garda terdepan itu harus terus upgrade pengetahuan dan kemampuan dirinya, baik dalam hal tindakan dan diagnosa.

“Karena ilmu terus berkembang. Misalkan dulu, penjahitan cukuo dengan teknik begini dan memakai benang ini, tapi ternyata berkembang dengan teknik jahit seperti ini dan benang yang model baru lagi. Jadi harus terus diasah agar kompetensi meningkat,” katanya.

Para bidan Puskesmas mengaku pelatihan ini sangat bermanfaat. Dia merasa merefresh lagi pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya

“Sudah 16 tahun jadi bidan, skill tetap harus terus dilatih agar bisa lebih kompeten untuk melayani masyarakat,” tukasnya.

Di akhir materi juga langsung dilakukan praktik menjahit vagina pasca persalinan yang diganti dengan daging lidah sapi.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.