Ada enam area yang harus kita awasi untuk memenuhi standar HACCP dan wajib dilakukan secara konsisten oleh kru kapal
Ambon (ANTARA) - PT Pelayaran Nasional Indonesia Persero (Pelni) memastikan seluruh menu makanan yang disajikan kepada ribuan penumpang kapal memenuhi standar keamanan pangan, mulai dari proses penyimpanan bahan baku, pengolahan, hingga penyajian selama perjalanan laut.
"Jaminan ini diperkuat dengan sertifikasi HACCP (hazard analysis and critical control point) yang diterapkan di kapal-kapal penumpang Pelni sejak 2023," kata Manajer Komunikasi Korporasi Pelni Ditto Pappilanda dalam media tour di Ambon, Maluku, Senin.
Ia menjelaskan dengan penerapan HACCP, perusahaan dituntut untuk menjaga standar tertinggi untuk pengelolaan bahan pangan yang akan disajikan penumpang sejak penerimaan bahan baku hingga penyajian makanan ke penumpang.
"Ada enam area yang harus kita awasi untuk memenuhi standar HACCP dan wajib dilakukan secara konsisten oleh kru kapal, khususnya yang menangani perbekalan dan pengolahan bahan makanan di kapal," ujar Ditto.
Enam area HACCP yang dimaksud antara lain penerimaan bahan baku: penyimpanan; penyiapan proses; pengolahan makanan; proses pengemasan; dan penyajian makanan.
HACCP atau Hazard Analysis Critical Control Points merupakan sistem manajemen keamanan pangan yang sistematis dan fokus pada pencegahan.
"Secara awam, penerapan HACCP mencegah bahan baku pangan yang akan dikonsumsi tercemar dari kontaminasi biologi maupun kimia sehingga aman untuk dikonsumsi," jelasnya.

Saat ini, lima kapal penumpang Pelni yang telah menerapkan HACCP yaitu KM Dorolonda, KM Kelud, KM Bukit Siguntang dan KM Awu.
Lima kapal berikutnya yang dalam proses sertifikasi yaitu KM Dobonsolo, KM Sinabung, KM Lambelu, KM Bukit Raya dan KM Nggapulu.
Meski belum ada insiden keracunan pangan terhadap penumpang, namun dengan penerapan HACCP, Ditto berharap seluruh penumpang tetap tenang dengan menu makanan yang disajikan.
"Penumpang tidak perlu khawatir menyantap sajian makanan di atas kapal karena sudah melalui standar dan prosedur keamanan pangan yang ketat," terang Ditto.
Perbedaan yang mencolok sejak penerapan HACCP adalah peralatan dapur dan perlengkapan kru dapur.
Sesuai standar HACCP, seluruh peralatan memasak yang wajib berbahan stainless steel antikarat seperti pisau, sutil, hingga tray atau rak penyimpanan.
Perlengkapan kru dapur pun diwajibkan menggunakan hair net, masker, celemek, sarung tangan dan sepatu dapur antilicin.
Dapur HACCP juga menuntut penggunaan talenan atau cutting board masing-masing tergantung jenis bahan baku yang diolah.

Pemisahan talenan diatur berdasarkan warna seperti talenan merah untuk daging dan talenan putih untuk roti/keju dengan tiga warna talenan lainnya biru (ikan), kuning (ayam) dan hijau (sayur).
Penggunaan talenan sesuai jenis bahan baku sebagai pencegahan penyebaran bakteri berbahaya dan alergen dari masing-masing jenis bahan baku.
Pelni juga memasang pemberitahuan jenis alergen atau kandungan bahan tertentu yang dapat menimbulkan alergi di area publik kapal.
Ayam, ikan, seafood, kacang-kacangan, telur, susu, gluten dan kerang merupakan contoh alergen yang diberitahukan kepada penumpang sebelum mengonsumsi sajian kapal.
Dia menuturkan budaya 5R menjadi syarat wajib yang dijalankan kru dapur Pelni, meliputi ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin untuk menjaga standar kebersihan serta kualitas pelayanan makanan di kapal.
Penerapan 5R dilakukan melalui pengelompokan bahan makanan, penataan bahan secara ringkas dan rapi, penyimpanan alat masak dalam loker tertutup, serta pengawasan ketat terhadap suhu dan masa kedaluwarsa bahan baku.
Dengan jumlah penumpang yang mencapai 3.361.965 orang per September 2025 kemarin, Ditto menegaskan, sangat penting bagi Pelni untuk terus menjaga kualitas makanan yang disajikan kepada penumpang.
"Selain keselamatan pelayaran yang menjadi prioritas, keamanan pangan menjadi hal penting yang saat ini kami jaga," kata Ditto.