Ringkasan Berita:
- Kampanye literasi digelar di MI NU Barus, Tapanuli Tengah
- Anak-anak diajak membaca dan bermimpi lewat buku-buku cerita
- Gerakan ini bagian dari peringatan Hari Santri Nasional 2025
TRIBUNNEWS.COM — Puluhan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) NU Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, mengikuti kampanye literasi bertajuk Gerakan Ayo Membaca yang digelar pada Selasa (21/10/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang dipusatkan di Barus, titik nol peradaban Islam Nusantara.
Kampanye literasi tersebut diprakarsai oleh Jendela Dunia Kita, sebuah komunitas yang fokus pada penguatan budaya membaca di kalangan anak-anak Indonesia, terutama di madrasah dan daerah terpencil.
Founder Jendela Dunia Kita, Rustini Muhaimin Iskandar, hadir langsung dan menyampaikan ajakan membaca kepada para siswa.
“Jendela Dunia Kita hadir untuk membuka pintu keajaiban ilmu bagi anak-anak Indonesia. Kami percaya, setiap buku yang dibaca adalah jendela yang membuka masa depan,” ujar Rustini dalam sambutannya, sebagaimana keterangan tertulis.
Dalam kegiatan yang berlangsung di halaman madrasah, Rustini juga mendorong anak-anak untuk berani bermimpi besar melalui bacaan.
Ia menyampaikan bahwa membaca bukan sekadar aktivitas, melainkan jalan menuju masa depan yang lebih cerah.
“Adik-adik semua, mari bermimpi besar lewat bacaan. Mungkin kalian sekarang membaca cerita, tapi kelak kalianlah yang akan menulis sejarah,” tuturnya.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi bagian dari peringatan Hari Santri, tetapi juga menjadi momentum untuk meneguhkan kembali pentingnya literasi di lingkungan pendidikan dasar. Rustini berharap gerakan membaca ini tidak berhenti di Barus, melainkan menjalar ke madrasah-madrasah lain di seluruh Indonesia.
“Saya harap gerakan ini menular, dari satu madrasah ke madrasah lain. Mari jadikan membaca bukan sekadar kegiatan, tapi kebiasaan,” ungkapnya.
Usai kampanye literasi, Rustini yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina DPP Perempuan Bangsa melanjutkan kegiatan bakti sosial bagi masyarakat Barus yang kurang mampu. Dalam kesempatan itu, ia menekankan bahwa Hari Santri bukan hanya soal seremoni, tetapi juga tentang kepedulian sosial.
“Kami hadir di sini bukan sekadar untuk silaturahmi, tapi bentuk nyata dari semangat santri: melayani, peduli, dan menebar manfaat,” katanya.
Barus dipilih sebagai lokasi utama peringatan Hari Santri karena nilai historisnya sebagai titik awal penyebaran Islam di Nusantara. Kegiatan literasi dan sosial yang digelar di sana menjadi simbol bahwa semangat santri tidak hanya hidup di pesantren, tetapi juga di ruang-ruang pendidikan dasar.