Kisah Gina Anak Pemulung yang Putus Sekolah karena Dibully di Lampung
Ringkasan Berita:Kisah pilu datang dari seorang gadis 16 tahun yang kini putus sekolah. Gina mengaku mengalami perundungan karena ibunya bekerja sebagai pemulung. Dari sudut pandang sang ibu, pihak sekolah tak peduli dengan isu perundungan yang menipa putrinya. Sebaliknya, pihak sekolah menduga Gina putus sekolah karena minder.
TRIBUNJATENG.COM - Kisah pilu datang dari Gina Dwi Sartika, remaja asal Bandar Lampung yang terpaksa berhenti sekolah karena mengalami perundungan (bullying).
Gadis 17 tahun itu memilih meninggalkan bangku SMP setelah diejek dan dihina oleh teman-temannya hanya karena ibunya bekerja sebagai pemulung.
Gina yang kala itu duduk di kelas VIII menceritakan bahwa dirinya sering menjadi sasaran ejekan.
Status ekonomi keluarganya kerap dijadikan bahan hinaan.
"Saya sering dibully sama teman saya, mereka menghina orangtua saya pemulung, tukang rongsokan hingga akhirnya saya dikeluarin dari sekolah," ujar Gina, dikutip dari Tribun Lampung.
Ibunda Gina, Misna Megawati, membesarkan enam anak seorang diri setelah sang suami meninggal dunia.
Untuk bertahan hidup, ia menjadi pemulung dan mengumpulkan barang bekas dari jalanan.
"Suaminya udah enggak ada. Anak semua ada enam. Yang satu udah kerja, yang lain enggak kerja," kata Misna.
Ia mengaku penghasilannya tidak menentu. Dalam sebulan, ia hanya mendapat sekitar Rp600 ribu.
Uang tersebut pun lebih banyak habis untuk membayar sewa rumah dan kebutuhan makan seadanya.
"Makan aja susah, kadang dua hari tiga hari enggak makan. Dapat cuma Rp600 ribu, bayar sewa rumah Rp300 ribu, sisanya habis," ujarnya pilu.
Mirisnya, bukannya mendapat perlindungan dari sekolah, Gina justru merasa dipersalahkan.
Menurut Misna, guru dan kepala sekolah seolah tidak peduli dengan perundungan yang dialami anaknya.
"Tiba-tiba dipulangin aja sama guru. Kata kepala sekolahnya, daripada milih murid satu yang lainnya bubar, ya sudah Gina dikeluarin," tutur Misna.
Sejak saat itu, Gina enggan kembali ke sekolah.
Ia kini lebih banyak diam di rumah dan tampak murung.
Meski demikian, pihak SMPN 13 Bandar Lampung menolak tuduhan mengeluarkan Gina.
Wakil kepala sekolah, Abdul Rohman, menegaskan bahwa Gina tidak dikeluarkan, melainkan berhenti sekolah karena minder.
"Tidak ada pembullyan tersebut. Mungkin karena anak itu minder dengan sendirinya."
"Setelah tantenya meninggal, kami lost kontak, dia tidak masuk lagi ke sekolah," ujarnya.
Kepala sekolah Amaroh juga menyampaikan hal serupa.
Ia menyebut Gina sebenarnya masih bisa melanjutkan pendidikan melalui program Paket B.
"Saya berharap Gina tetap sekolah. Saya bahkan akan membantu, walaupun dia belajar melalui program paket."
"Kami seluruh sivitas akademika berharap Gina memiliki masa depan yang lebih baik," tegas Amaroh.
Perihal isu Gina dibully di sekolah, Amaroh membantahnya.
Diungkap Amaroh, justru keputusan untuk tidak bersekolah lagi itu dipilih Gina sendiri, bukan dikeluarkan dari sekolah.
"Awalnya Gina ingin pindah sekolah, kami baru tahu kemudian bahwa ia akhirnya putus sekolah," ujar Amaroh.
Dijelaskan Amaroh, Gina sudah empat tahun ketinggalan dalam pendidikannya.
Gina seharusnya sudah duduk di bangku SMA, tapi belakangan justru putus sekolah di kelas VIII. (*)