Kerangka bocah perempuan berusia enam tahun ditemukan sekitar 100 kilometer dari rumahnya.
Natsuse Yamane dinyatakan hilang 14 tahun lalu akibat gempa dan tsunami besar di Jepang tahun 2011.
Penantian panjang keluarga Natsuse Yamane di Prefektur Iwate berakhir sudah.
Gempa bermagnitudo 9,0 mengguncang pesisir timur laut Jepang pada 11 Maret 2011.
Saat itu, Natsuse sedang berada di rumah bersama sang nenek di Kota Yamada, Prefektur Iwate, Pulau Honshu.
Ibunya, Chiyumi Yamane, mengenang bahwa putrinya terseret gelombang tsunami saat berusaha menuju pusat evakuasi.
Gempa tersebut juga memicu kebakaran besar yang membuat anggota keluarga lain tak dapat mendekat ke lokasi rumah.
Sang nenek berhasil diselamatkan, namun Natsuse menjadi salah satu dari 2.500 orang yang dinyatakan hilang pascabencana, sebagaimana dilansir SCMP, Kamis (23/10/2025).
Keluarga Yamane pun tak henti mencari keberadaan gadis cilik yang periang itu.
Mereka tak lelah menyambangi pusat-pusat pengungsian, kamar jenazah sementara, dan lokasi lain untuk mencari keberadaan Natsuse.
Setelah enam bulan tanpa hasil, mereka akhirnya menyerahkan laporan kematian anak mereka kepada pemerintah daerah.
Meski begitu, keluarga tetap memperingati ulang tahun Natsuse setiap bulan Juni dengan meletakkan kue di altar kecil di rumah.
Pada Oktober tahun ini, Chiyumi (49) dan suaminya, Tomonori (52), menerima kabar mengejutkan dari Kota Minami-Sanriku, Prefektur Miyagi, sekitar 100 kilometer dari lokasi hilangnya Natsuse.
Polisi menginformasikan bahwa sebagian tulang rahang dengan beberapa gigi ditemukan oleh seorang pekerja konstruksi sukarelawan yang tengah membersihkan garis pantai pada Februari 2023.
Hasil uji DNA yang dilakukan pada 9 Oktober 2025 memastikan bahwa tulang tersebut adalah milik Natsuse.
Tepat sepekan kemudian, pada 16 Oktober, kerangka Natsuse diserahkan kepada keluarganya, 14 tahun setelah ia dinyatakan hilang.
Dalam suasana haru, Chiyumi menuturkan bahwa ketika memegang guci kecil berisi kerangka putrinya, dia merasa seolah mendengar suara lembut memanggil "mama".
"Itu salah satu dari sedikit kata yang pernah diucapkan Natsuse. Dia mengalami autisme, tapi selalu memanggil saya begitu penuh kasih," ujarnya dengan air mata menetes.
Ia menambahkan, sekarang rasanya keluarnya utuh kembali.
Sang ayah, Tomonori, mengatakan bahwa dia dan keluarga sudah tak sabar untuk menyambutnya pulang dan memberinya kue favoritnya.
Kabar ini juga membawa kelegaan bagi sang nenek, yang selama ini menyesal karena sempat melepaskan tangan cucunya saat tsunami datang.
"Terima kasih sudah kembali kepada kami. Kamu sudah berjuang begitu keras," kata Chiyumi lirih.
Kisah penemuan ini turut menyentuh banyak hati di dunia maya.
Seorang warganet menulis, rasanya seperti keajaiban bahwa pekerja konstruksi itu bisa menemukan tulang sekecil itu di pantai.
"Seolah-olah keinginan gadis kecil itu untuk pulang benar-benar tersampaikan," tulis salah satu warganet. (*)